Nasehat Kehidupan


Suatu hari Fudhail bin Iyadh bertemu dengan seseorang. Beliau lantas bertanya kepada orang itu, "Berapa umur anda?". "Enam puluh tahun", jawab laki-laki itu. "Kalau begitu sejak enam puluh tahun yang lalu anda sudah berjalan menuju Allah, dan perjalananmu hampir saja tiba."

"Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji'ûn", ujar lelaki itu. "Apakah anda tahu maknanya?" tanya Fudhail. Lelaki itu menjawab : "Ya, saya tahu. Saya adalah hamba Allah dan hanya kepada-Nya saya akan kembali."

Fudhail lalu menasehatinya :

ﻳﺎ ﺃﺧﻲ، ﻣﻦ ﻋﺮﻑ ﺃﻧﻪ ﻟﻠﻪ ﻋﺒﺪ، ﻭأنه ﺇﻟﻴﻪ ﺭﺍﺟﻊ، ﻓﻠﻴﻌﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﻣﻮﻗﻮﻑ ﺑﻴﻦ ﻳﺪﻳﻪ، ﻓﻠﻴﻌﻠﻢ ﺍﻧﻪ ﻣﺴﺌﻮﻝ، وﻣﻦ ﻋﻠﻢ ﺃﻧﻪ مسئول ﻓﻠﻴﻌﺪ ﻟﻠﺴﺆﺍﻝ ﺟﻮﺍﺑﺎ"

"Wahai saudaraku. Barangsiapa yang menyadari bahwa dirinya adalah hamba Allah dan hanya kepada-Nya ia kembali, hendaknya dia juga menyadari bahwa dia akan berdiri di hadapan-Nya dan akan ditanya (oleh-Nya). Dan barangsiapa yang menyadari bahwa dirinya akan ditanya maka hendaknya ia mempersiapkan jawaban untuk pertanyaan tersebut."

Laki-laki itu pun menangis lantas bertanya kepada Fudhail, "Lalu apa yang harus aku perbuat?" "Mudah", jawab Fudhail. "Apa? Semoga Allah merahmatimu", tanya laki-laki itu lagi.

Fudhail menasehatinya lagi :

ﺗُﺤﺴﻦ ﻓﻴﻤﺎ بقي، ﻳﻐﻔﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻚ ﻣﺎﻗﺪ ﻣﻀﻰ ﻭﻣﺎ بقي، ﻓﺈﻧﻚ ﺇﻥ ﺃﺳﺄﺕ ﻓﻴﻤﺎ بقي ﺃُﺧﺬﺕ ﺑﻤﺎ ﻣﻀﻰ ﻭﻣﺎ بقي

"BERBUAT BAIKLAH DI SISA UMURMU, niscaya Allah akan mengampuni apa yang telah lalu dan yang masih tersisa dari umurmu . Namun bila engkau berbuat keburukan pada apa yang masih tersisa niscaya engkau akan dihukum atas apa-apa yang telah lalu dan yang masih tersisa darimu."
            ***
Sungguh nasehat yang luar biasa.

Sahabat fillah…
Kita mungkin pernah membaca kisah saat Rasulullah memegang pundak Ibnu Umar dan berkata, ”Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau pengembara.”

Ibnu Umar –radhiallahu anhuma- berkata, ”Jika engkau berada di sore hari, maka jangan menunggu pagi tiba. Dan jika engkau berada di pagi hari, maka jangan menunggu sore tiba. Pergunakan masa sehatmu untuk masa sakitmu, dan kehidupanmu untuk kematianmu.” (HR. Bukhari)

Atau membaca sabda beliau yang berbunyi, “Apa urusanku dengan dunia? Sungguh perumpamaanku dengan dunia laksana seorang pengembara yang berteduh di bawah sebuah pohon, kemudian berlalu dan meninggalkannya”. (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah).

Atau pesan Ali –radhiallahu anhu- yang berbunyi, ”Sesungguhnya dunia telah pergi berlalu dan akhirat telah datang dihadapan. Keduanya memiliki anak-anak . Maka jadilah kalian ANAK-ANAK AKHIRAT dan jangan menjadi anak anak dunia, karena hari ini (hari-hari dunia) adalah hari untuk beramal dan bukan (hari) perhitungan dan esok adalah (hari) perhitungan dan bukan (hari untuk) amal.

Atau pesan Al-Hasan yang Masyhur, “Wahai anak Adam, sesungguhnya engkau adalah kumpulan hari-hari. Jika berlalu sebagian dari harimu, maka berlalu pula sebagian dari dirimu. Wahai anak Adam, sesungguhnya engkau berada diatara dua kenderaan yang siap mengantarkanmu. Siang mengantarkanmu pada malam dan malam pun mengantarkanmu pada siang. Selanjutnya keduanya akan mengantarkanmu pada akhirat, maka siapakah yang lebih besar marabahayanya darimu wahai anak adam? Sungguh tali kematian telah diikatkan diatas ubun-ubun setiap kalian, sementara dunia dilipat dari belakang kalian."

Kedua hadits dan atsar di atas pada hakikatnya sedang mengajari kita tentang logika kehidupan yang harus kita pahami lebih dalam, bahwa hidup tak ubahnya seorang musafir yang lewat kemudian mampir untuk berteduh selanjutnya pergi untuk meneruskan perjalanan. 

Pemaknaan yang baik terhadap logika itulah yang nantinya akan membuat hidup kita menjadi berarti atau mungkin berbalik tak ubahnya seperti mobil tua yang hanya memberi nilai pada sisi sejarah tanpa bisa mengantarkan penumpangnya pada cita-cita yang dituju. 

Dan itu tak boleh terjadi, sebab hidup hanya datang sekali. Gerak dan pilihan untuk terus maju dan memperbaharui diri adalah prinsip besar yang harus kita pilih sebelum semuanya terlambat.

Semoga betmanfa'at, saudaraku.. Aamiin..

"AKU MENCINTAIMU KARENA ALLAH..."

0 komentar:

maul's articles