Mencintai Tahajjud

EMPAT PROSES TAHAPAN DALAM MENCINTAI TAHAJUD
.
. 📌 DIPAKSA
Paksakan diri untuk Tahajjud,suka atau tidak,ringan ataupun berat..paksakan diri tuk bangun tengah malam menjelang subuh...
.
📌 KEBIASAAN
Beberapa bentuk paksaan akan berubah menjadi 'kebiasaan'.
Kita akan merasaa aneh jika tidak TAHAJUD, kita akan terbiasa bangun saat jam tahajud, walaupun tanpa alarm.
Lanjutkan.
.
📌 KEBUTUHAN
Kebiasaan yg trs di lakukan akan berubah menjadi 'kebutuhan'.
Di tahap ini sudah mulai tumbuh benih-benih cinta TAHAJUD, Akan merasa rugi jika tidak tahajud...
.
📌KENIKMATAN
Pada tahap ini TAHAJUD sudah menjadi candu. sholat tahajjud berlama lama adalah 'kenikmatan'.
Sedangkan ketika terlewat tidak tahajud akan membuat diri resah.
Yang perlu kita lakukan adalah 'istiqomah' dan mengajak sebangak banyak nya orang untuk TAHAJJUD agar mereka pun dapat merasakan nikmatnya BERTAHAJUD..
.
Ada ditahap manakah kita?
.
.
Sumber: grup santribackpacker

0 komentar:

Hadza Sayamurru

هذا سيمر


Pada suatu hari, seseorang meminta tukang emas yang tua renta untuk membuat cincin dan menuliskan sesuatu di dalamnya. Ia berpesan, "Tuliskanlah sesuatu yang bisa di simpulkan dari seluruh pengalaman dan perjalanan hidupmu supaya bisa menjadi pelajaran bagi hidupku"

Setelah jadi, pemesan mengambil emasnya dan ia membaca tulisan kecil di cincin itu. Bunyinya, "Hadza Sayamurr (هزا سيمر) –Ini akan Berlalu–"

Awalnya ia tidak paham dengan tulisan itu sampai suatu ketika, tatkala menghadapi persoalan hidup yang pelik, tak sengaja ia membaca tulisan di cincin itu "INI AKAN BERLALU", lalu ia pun menjadi lebih tenang

Dan tatkala ia sedang bersenang-senang, ia pun tak sengaja membaca tulisan di cincin itu "INI AKAN BERLALU", lantas ia menjadi rendah hati kembali.

Ketika kita mempunyai masalah besar ataupun sedang dalam kondisi terlalu gembira, ingatlah kalimat "INI AKAN BERLALU"

***

Akhirnya ia tersadar bahwa
Tidak ada satupun di dunia ini yang abadi. Jadi, ketika kita punya masalah, jalanilah dan janganlah terlalu bersedih.

Demikian juga tatkala kita sedang senang, nikmati dan syukuri.
Ingatlah, apapun yang kita hadapi saat ini, semuanya akan berlalu.
🌸Untuk itu:
◾Tetaplah SEJUK di tempat yang Panas.
◾Tetaplah MANIS di tempat yang begitu Pahit.
◾Tetaplah merasa KECIL meskipun telah menjadi Besar.
◾Tetaplah TENANG di tengah Badai yang paling Hebat.

Hadza Sayamurru ^^

0 komentar:

Seni Menata Hati



Oleh: Rochma Yulika

Belajar mengolah jiwa agar diri menjadi pribadi mulia.
Tak perlu mudah merasa sakit bila ada rasa yang menghimpit.
Tak perlu merasa merana bila jiwa kita sedang terluka.
Tak perlu larut dalam kesedihan bila diri berada dalam kesempitan.

Allah atur segalanya.
Semua peristiwa tak luput dari rencana-Nya.
Bahkan hingga tertusuknya jari oleh duri pun Allah ada dalam ketetapan-Nya.

Begitu pula kala kita sebagai manusia dalam menjalani hidup ini.
Terkadang tak pernah sepi dari caci maki.
Bahkan cercaan pun hadir tak terelakkan.

Ketika kita menjadi baik bukan berarti akan jauh dari kedengkian atau ejekan.
Semua bisa saja hadir silih berganti menyapa hari-hari kita. 

Tak perlu sedih berkepanjangan, lantaran waktu tak pernah menunggu kita. 
Segera bangkit dan bergeraklah, niscaya Allah akan berikan jalan-jalan kemudahan.

Dr Aidh Al Qarni mengajak kita merenung:

"Jangan pernah membalas cercaan dan olok-olok yang melukai hati kita! 
Karena kesabaranmu dalam menghadapi semua itulah yang akan dengan sendirinya akan menguburkan semua kehinaan. 

Kesabaran adalah sumber kemuliaan, diam adalah sumber kekuatan untuk mengalahkan musuh, dan memaafkan adalah sumber dan tangga untuk mencapai pahala dan kemuliaan.

Ingat, separoh dari orang yang pernah mencerca mereka, sepertiganya tidak sadar dengan apa yang mereka lontarkan, dan selebihnya tidak akan mengerti apa dan mengapa mereka mencerca kita. 

Maka dari itu, jangan pernah cercaan itu kita masukkan ke dalam hati dan jangan pula berusaha untuk membalas apa yang mereka katakan."

Wallahu musta'an


Divisi Tarqiyah Imaniyah PSDM ODOJ
DTI/79/29/10/2015
oaseodoj@gmail.com

0 komentar:

Last Words

Dari Ustadz YM



Saya dikirimi ini oleh Pak Hermawan Kertajaya di Group Writers di mana saya diizinkan Allah bergabung. Berikut ini saya share u Saudara saya sem ua... InsyaaAllah manfaat.

Terjemahan Bebas dari Last Words (Kata2 Terakhir) from Steve Job:

Dalam dunia bisnis, aku adalah simbol dari kesuksesan, seakan2 harta dan diriku tidak terpisahkan. Karena selain kerja, hobiku  tak banyak. 

Saat ini aku berbaring di rumah sakit, merenung jalan kehidupanku: kekayaan, nama, kedudukan... Semuanya itu tidak ada artinya lagi.

Malam yang hening, cahaya & suara mesin di sekitar ranjangku, bagai nafasnya maut kematian yg mendekat pada diriku. 

Sekarang aku mengerti. Seseorang, asal memiliki harta secukupnya buat diri gunakan, itu udah cukup. 

Mengejar kekayaan tanpa batas bagaikan monster yg mengerikan.

Tuhan memberi kita organ2 perasa, agar kita bisa merasakan cinta kasih yg terpendam dalam hati kita yg paling dalam. Tapi bukan kegembiraan yg datang dari kehidupan yg mewah. Itu hanya ilusi saja. 

Harta kekayaan yang aku peroleh saat aku hidup, tak mungkin bisa aku bawa pergi. Yang aku bisa bawa adalah kasih yg murni yg selama ini terpendam dalam hatiku. Hanya cinta kasih itu lah yg bisa memberiku kekuatan & terang. 

Ranjang apa yg termahal di dunia ini? 

Ranjang orang sakit. 

Orang lain bisa membukakan pintu mobil untukmu. Orang lain bisa bekerja untukmu. Tapi tidak ada orang bisa menggantikan sakitmu.

Barang hilang bisa di dapat  kembali, tapi nyawa hilang tak bisa kembali. 

Saat kamu masuk ke ruang operasi, kamu baru sadar bahwa betapa berharganya kesehatan itu.  

Kita berjalan di jalan kehidupan ini. Dengan jalannya waktu, suatu  saat akan sampai tujuan.

Bagaikan panggung pentas. Tirai panggung akan tertutup. Pentas telah berakhir.

Yang patut kita hargai dan sayangkan adalah hubungan kasih antar keluarga, cinta akan suami-istri dan juga kasih persahabatan antar teman...

Steve Jobs... Last Words. Kata2 Terakhir.

Salam, @Yusuf_Mansur. Dari Pak Hermawan Kertajaya.......

0 komentar:

Generasi Wacana



oleh Rhenald Kasali


Saya sering kasihan melihat anak-anak muda yang makin pintar tetapi hidupnya galau. Penyebabnya beragam. Misalnya, karena hal sepele saja. Belum lagi tamat SMA, mereka sudah dikejar-kejar orang tuanya, "Mau kuliah di mana? Swasta atau negeri?"


Bahkan, sampai menjelang lulus SMA sekalipun, masih banyak yang bingung mau kuliah di mana dan jurusan apa? Jangan heran kalau banyak yang salah jurusan.


Bahkan, sarjana nuklir pun berkarir di bank, sarjana pertanian jadi wartawan, dan seterusnya. Susah-susah kuliah di fakultas kedokteran, namun begitu lulus maunya jadi motivator.


Karena sejak awal sudah galau, setelah lulus tetap galau. Generasi ini pada gilirannya bermetamorfosis menjadi generasi wacana. Jadi, karena dulu selalu galau, setelah lulus hanya mampu berwacana. Ribut melulu. Paling jauh cuma bisa berbuat heboh di media sosial, membuat meme, tetapi tidak berani bertindak. Apalagi menggambil keputusan.


SUARANYA LANTANG

Indikatornya simpel. Kita bisa dengan mudah menemukan mereka dimana-mana. Contohnya begini. Ada dahan yang patah dan menghalangi jalan. Lalu lintas pun jadi macet. Apa yang dilakukan generasi wacana? Dengan gadgetnya, mereka memotret dahan itu. Juga memotret kemacetan yang terjadi. Lalu, mengunggahnya ke media sosial, tentu disertai dengan komentar. Isinya kritik. "Dimana dinas pertamanan kita? Ada dahan yang tumbang kok didiamkan!" Lalu, ketika hasil unggahannya dikomentari banyak orang, senangnya bukan main.


Begitulah potret generasi wacana. Padahal, kalau mau membantu, dia bisa menyingkirkan dahan tersebut dari jalan. Tidak hanya berwacana. Begitulah kita juga saksikan sikap mereka terhadap asap. Itu hanya satu contoh. Contoh lainnya ada dimana-mana.


Sebagian generasi wacana tersebut memasuki dunia kerja. Karir beberapa di antara mereka meningkat dan menduduki posisi-posisi penting. Kalau diperusahaan swasta, mereka itulah yang berteriak paling keras ketika kondisi ekonomi menjadi lebih sulit. Misalnya, ketika pemerintah mengubah kebijakan atau ketika rupiah melemah/kembali menguat seperti sekarang ini.


Kalau didunia politik, mereka ributnya minta ampun. Persis seperti anggota DPR kita. Biasanya kritik sana, kritik sini, tetapi pekerjaan utamanya, seperti membuat undang-undang, malah tidak diurus.


Kalau dilingkungan pemerintahan, mereka adalah orang-orang yang sibuk mengamankan posisi dan cari adu selamat. Caranya? Adu pintar debat dan lihai membangun argumentasi. Mereka sangat pintar kalau soal ini. Tetapi, nyalinya langsung menciut ketika ditantang untuk mengambil keputusan.


Akibatnya, kita merasakan dampaknya. Penyerapan anggaran akan terus sangat rendah dan kinerja perekonomian kita melambat. Kalau pemerintah saja tidak punya nyali, apalagi kalangan swasta.


WE CHANGE

Kalau mau melihat masa depan suatu negara, lihatlah generasi mudanya. Kalau generasi mudanya mudah galau, hanya bisa berwacana, bisa ditebak kelak seperti apa nasib negaranya. Kata banyak orang, karena galau dan sibuk berwacana, negara kita tertinggal sepuluh tahun dari negara-negara lain.


Contoh gampang. Lihatlah jalan tol kita. Kita membangun jalan tol sejak 1973. Lebih dahulu ketimbang Malaysia dan Tiongkok. Tapi coba lihat berapa panjang jalan tol yang telah kita bangun.


Malaysia mulai membangun jalan tol pada 1990. Namanya jalan tol Anyer Hitam. Panjangnya sekitar 10 kilometer. Itu pun yang mengerjakan adalah BUMN kita, PT Hutama Karya. Kini panjang tol di Malaysia sudah mencapai 3.000 kilometer.


Tiongkok pun baru membangun. Jalan tol pertama pada 1990. Jalan tol pertama yang mereka bangun bernama Shenda, menghubungkan dua kota, Shenyang dan Dalian. Kini Tiongkok sudah memiliki jalan tol sepanjang 85 ribu kilometer. Anda tahu berapa panjang jalan tol yang sudah kita bangun hingga saat ini? Belum sampai 900 kilometer! Begitulah kalau negara lain sibuk membangun, kita sibuk berwacana lantaran tidak berani mengambil keputusan.


Jawa Pos,

17 Oktober 2015

0 komentar:

Poligami


Sebagian pria muslim ingin melakukan poligami dengan alasan mengikuti sunnah Nabi. Sering kali sang istri tidak siap mendengar keinginan tersebut, apalagi jika yang akan menjadi madu jauh lebih muda dan lebih cantik darinya.

Ini kisah yang dialami oleh Ustadz Bangun Samudra. Ia pernah mencoba apakah istrinya membolehkannya melakukan poligami.

“Jeng, kalau Mas menikah lagi boleh?” tanyanya kepada Istri.
“Ndak boleh”
“Lho kenapa?” Lalu Ustadz Bangun Samudra pun membukakan Al Qur’an. Mantan pastor itu membukakan surat An Nisa’ yang di dalamnya ada ayat

وَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تُقْسِطُوا فِي الْيَتَامَى فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَاءِ مَثْنَى وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً

”Dan jika engkau takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (apabila engkau menikahinya), maka nikahilah perempuan-perempuan (lain) yang engkau sukai: dua, tiga atau empat. Kemudian jika engkau takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja” (QS. An Nisa’ : 3)

“Kalau engkau melarang poligami berarti melanggar firman Allah”
“Lalu Mas menikah untuk apa?”
“Sunnah Rasul. Ibadah”
“Mas, kalau Mas memang betul-betul menjalankan sunnah Rasul dan betul-betul untuk ibadah Mas, tak siapkan dua istri”
Ustadz Bangun Samudra sangat kaget dengan jawaban ini. “Kapan ta’aruf?” tanyanya tidak sabar.
“Nanti sore siap” Jawaban ini lebih mengagetkan lagi. Maka sorenya, ia pun berdandan rapi.

Sore harinya, sang istri menepati janji. Ia mengajak Ustadz Bangun Samudra pergi ke sebuah rumah. Setelah pintu diketuk, keluarlah seorang perempuan. “Kenalkan Mas, ini Mbah Darmi. Janda. Usianya 75 tahun”
“Lho, ini?”
“Iya Mas. Janda. Berapa kitab hadits sudah Mas baca sejak masuk Islam sampai hari ini?” Ustadz Bangun Samudra terdiam. Ia telah membaca 15 kitab hadits. Mulai Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Tirmidzi, Sunan Abu Dawud, Sunan An Nasa’i hingga Hakim. “Siapa istri muda dari Rasulullah?”
“Aisyah”
“Sebelumnya?”
“Saudah”
“Usianya?”
“69 tahun”
“Status?”
“Janda”

Istri Ustadz Bangun Samudra tahu persis jika suaminya sudah tahu bahwa semua istri Nabi janda dan berusia tua ketika dinikahi beliau. Hanya Aisyah yang masih gadis. Dan semua pernikahan itu pun karena ibadah, dakwah dan perintah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Calon kedua yang hendak ditaarufkan kepada Ustadz Bangun Samudra juga seorang janda lanjut usia. Akhirnya keinginan poligami itu pun kandas oleh kata-kata pamungkas istrinya.

“Istri Rasul semuanya janda dan tua, Mas. Jadi kalau Mas mau mengikuti sunnah Rasul, aku rela Mas. Ini Mbah Darmi dan calon berikutnya Mbah To, usia 76 tahun.”

“Kalau begitu Mas menjalankan sunnah Rasul yang lainnya saja,” simpul Ustadz Bangun Samudra. 

# ISTRI2 RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WASALLAM #

Nama-nama Istri Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, usia mereka dinikahi, usia Rasulullah menikahi, statusnya, kondisinya, serta alasan Rasulullah menikahinya.

1. Nama : Khadijah ra
Status : 2 kali janda
Usia Dinikahi : 40 thn
Usia Rasulullah : 25 thn
Kondisinya : Pengusaha, keturunan bangsawan, punya 4 anak dari pernikahan sebelumnya, memiliki 6 anak dari Rasulullah ...
Alasan : Petunjuk Allah, karena dia adalah wanita pertama yang memeluk islam, dan mendukung dakwah Nabi.

2. Nama : Aisyah ra
Status : gadis
Usia dinikahi : 11 tahun (tetapi tinggal serumah dengan Nabi setelah usia 19 tahun)
Usia Rasulullah : 52 tahun
Kondisinya : Cantik, cerdas, putri
Abu Bakar Ash-Shiddiq ra.
Alasannya : Petunjuk Allah lewat mimpinya 3 malam berturut-turut bhw Rasulullah akan mengajarkan tentang kewanitaan kepada Aisyah, agar disampaikan kepada umatnya kelak. Aisyah ra banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah yang disampaikan pada umat.

3. Nama : Saudah binti Zum’ah ra
Status : janda
Usia dinikahi : 70 thn
Usia Rasulullah : 52 thn
Kondisi : Wanita kulit hitam, janda dari sahabat nabi yang menjadi perisai Nabi saat perang. Memiliki 12 anak dari pernikahan dengan suami pertama.
Alasannya : Menjaga keimanan Saudah ra dari teror & gangguan kaum musyrikin.

4. Nama : Zainab Binti jahsyi ra
Status : Janda
Usia dinikahi : 45 thn
Usia Rasulullah : 56 thn
Kondisi : Mantan isteri Zaid bin Haritsah ra.
Alasan : Perintah Allah bahwa pernikahan harus sekufu, Zainab adalah mantan istri anak angkatnya Rasulullah. Sekaligus mencontohkan bahwa anak angkat tidak bisa dijadikan anak kandung secara nasab (kebiasaan masyarakat saat itu). Maka istrinya tetap bukan mahrom untuk ayah angkatnya. Jadi boleh dinikahi.

5. Nama : Ummu Salamah ra
Status : Janda
Usia dinikahi : 62 thn
Usia Rasulullah : 56 thn
Kondisi : Putri bibi Nabi, seorang janda yang pandai berpidato dan mengajar.
Alasan : Perintah Allah untuk membantu dakwah Rasulullah.

6. Nama : Ummu Habibah ra
Status : Janda
Usia dinikahi : 47 thn
Usia Rasulullah : 57 tahun
Kondisi : Mantan istri Ubaidillah bin Jahsyi, cerai karena suaminya pindah agama jadi nashrani ...
Alasan : Untuk Menjaga Ummu Habibah dari pemurtadan.

7. Nama : Juwairiyyah bin Al-harits ra
Status : Janda
Usia dinikahi : 65 thn
Usia Rasulullah : 57 tahun
Kondisi : Tawanan perang yang dinikahi oleh Rasulullah, tidak memiliki sanak saudara, dan memiliki 17 anak dari pernikahan yang pertama.
Alasan : Petunjuk Allah, memerdekakan budak, pembebasan dari tawanan perang dan menjaga ketauhidan.

8. Nama : Shafiyah binti Hayyi ra
Status : 2 kali janda
Usia dinikahi : 53 thn
Usia Rasulullah : 58 tahun
Kondisi : Wanita muslimah dari kalangan yahudi bani nadhir, memiliki 10 anak dari pernikahan sebelumnya.
Alasan : Rasulullah menjaga keimanan shafiyyah dari boikot & teror orang yahudi.

9. Nama : Maimunah Binti al-harits ra
Status : Janda
Usia dinikahi : 63 thn
Usia Rasulullah : 58 tahun
Kondisi : Mantan istri Abu Ruham bin Abdul Uzza
Alasan : Istri Rasulullah dari kalangan yahudi bani kinanah. Menikah dengan Rasulullah adalah untuk menjaga dan mengembangkan dakwah di kalangan bani nadhir ...

10. Nama : Zainab binti Khuzaimah ra
Status : Janda
Usia dinikahi : 50 thn
Usia Rasulullah : 58 tahun
Kondisi : Seorang janda yang banyak memelihara anak yatim dan orang yang lemah di rumahnya. Mendapat gelar ibu para masakin.
Alasan : Petunjuk Allah untuk bersama2 menyantuni anak yatim dan orang lemah.

11. Nama : Mariyah Al-Qibtiyah ra
Status : Gadis
Usia dinikahi : 25 thn
Usia Rasulullah : 59 tahun
Kondisi : Budak hadiah dari raja Muqauqis dari Mesir.
Alasan : Menikahi untuk memerdekakannya dari perbudakan dan menjaga keimanan Mariyah ra.

12. Nama : Hafsah binti Umar ra
Status : Janda
Usia dinikahi : 35 thn
Usia Rasulullah : 61 tahun
Kondisi : Putri sabahat Umar bin Khattab. Janda dari Khunais bin Huzafah yang meninggal karena perang uhud.
Alasan : Petunjuk Allah swt
Hikmah : Hafsah adalah wanita pertama yang hafal al Qur’an. Dinikahi oleh Rasulullah saw agar bisa menjaga keotentikan Al Qur'an dan mengajarkan pada muslimah.

Semoga jadi pedoman & pengetahuan kita bhw poligami Rasulullah krn petunjuk Allah & bkn krn nafsu seperti fitnah kaum kuffar .....

Wassalamu'alaikum warahm

0 komentar:

Pasmina Pet Syar'i

Assalamu'alaikum
Selamat datang di Galeri Mueeza

Mueeza Facebook Fanpage



Ada apa disini?
Ada produk baru, namanya pasmina pet syar'i. Terinspirasi dari orang-orang yang pengen pake pasmina tapi pipinya bulet dan ga pede kalo tanpa pet, hehee..

Bahannya woolpeach yang lembut dan jatuh, insyaallah ga nerawang.


Warna yang dipesan sesuai stok kain yang tersedia (update)

Before and After
FREE PIN untuk pembelian 3 pcs

Dapatkan pula gambar-gambar 'handmade', alias (belajar) desain sendiri, hehee
Semoga bermanfaat :D
 ^Barakallahu fii kum^

0 komentar:

Sedekah Kreatif


Siapkan nasi bungkus dari rumah. Berikan ke yang kira-kira membutuhkan. Pedagang kecil. Pengemis. Orang gila. Pengamen. Anak terlantar etc. Ngga usah banyak juga gapapa. Misal 1 bungkus setiap harinya

Laundry/cucikan Mukena secara berkala musholla yang ada disekitar lingkungan kita

Bawa Mukena ketika akan berpergian. Tinggalkan di masjid/ musholla yang kita singgahi.

Beli beberapa pasang sandal. Taruh di kantor atau musholla dan masjid untuk di gunakan ketika berwudhu.

Kumpulkan botol minuman plastik/ botol bekas shampoo etc. Rusak dulu. Misal patahkan tutup botolnya. Agar tidak disalahgunakan. Setelah banyak berikan ke pemulung.

Beli kamper/pengharum baju. Taruh di kumpulan mukena di masjid/musholla yang kita singgahi.

Jangan nawar sama pedagang kecil. Kalo bisa kasih lebih.

Beli tissue atau keperluan yang remeh temeh di pedagang kecil yang kita jumpai. Beli tissue 2000 rupiah atau ikat rambut atau peniti udah bikin mereka senang.

Bungkus perlengkapan shalat (Mukena, sarung, sajadah, kopiah, Al Qur'an jadikan parcel ketika lebaran. Berikan ke satpam komplek atau tukang kebersihan komplek atau office boy dikantor. 1 parcel senilai 100ribu aja. Pahalanya bisa terus-terusan. InsyaAllah.

Selalu siap jika dimintai tolong tenaga jika sedekah materi belum bisa kita lakukan.

Bayar lebih ketika naik angkot yang supirnya kakek-kakek atau bapak tua.

Kasih tips lebih buat ibu/abang ojek online kalo kira-kira jaraknya jauh dan juga kondisi mereka yang kira-kira memprihatinkan (tua misalnya).

Rutin mensortir mainan anak-anak kita. Buy 1 give 1. Ketika beli mainan baru harus ada 1 mainan yang disedekahkan. Ajari dan ajak anak kita ketika memberi mainan tersebut ke temannya atau panti asuhan.

Ketika makan di kaki lima ada pengemis atau anak terlantar beliin mereka seporsi seperti yang kita makan (mungkin sekitar 15ribuan seporsi nasi uduk ayam goreng atau roti bakar).

Tawarkan temen kita yang searah. Jika kita bawa kendaraan. Ingat ini yang sesama jenisnya yaa :) kalo beda jenis kelamin bisa panjang urusannya kalo terus menerus.

Beberapa bisa dilakukan dengan anak-anak kita. Biarkan anak-anak kita melihat kebaikan yang orang tuanya lakukan. Karena satu contoh perbuatan akan lebih efektif dari 100 nasehat. Semoga kebaikan-kebaikan ini selalu ada penerusnya hingga akhir jaman. Aamiin.

Semoga menginspirasi...

0 komentar:

Sepak Bola Liberal


K : Kiyai
L : Liberal

-----

L : “Barat itu maju karena liberal dan sekulernya, Kyai.”

K : “Terus?”

L : “Ya umat Islam harus berani berpikir liberal. Jangan terikat dengan penafsiran dan dogma yang mengekang. Masa hari gini, masih ngeributin homoseksual haram. Tenang aja, kita ini bukan umat nabi Luth. Buktinya kita aman-aman saja.”

K : “Jadi, kalo umat Islam ingin maju, tidak usah berpegang pada hukum Allah, gitu?”

L : “Bukan tidak berpegang pada hukum Allah, tetapi penafsiran agama yang harus berubah. Jilbab, potong tangan, kawin beda agama, sudah saatnya direvisi.”

K : “Dengan menjadi liberal, apa ada jaminan umat Islam akan maju?”

L : “Paling tidak, umat Islam bisa menyesuaikan diri dengan zaman modern dan HAM.”

K : “Tapi, tidak semua yang bebas itu baik. Bahkan kebebasan itu identik dengan setan.”

L : “Engga juga laaah. Pokoknya kebebasan itu hak asasi, tidak boleh dilarang-larang.”

K : “Oke. Kita tanding Futsal. Berani?”

L : “Lho, kok lari ke futsal?

K : "Berani ora?"

L : "Oke.”

Pertandingan digelar

Cahyo, Lukman, Bhakti, Baim, Fajri dan Abdul hampir nyerah. Tim futsal gerombolan liberal sukar ditembus. Untungnya, mereka juga belom kebobolan. Tiba-tiba kyai Adung ganti kain sarung dengan trening. Sorban dan gamisnya diganti kaos. Jiyahahahaha, kyai Adung pake nomor punggung 10. Dari pinggir lapangan kyai Adung bersuit, “suiit”.

K : “Jri, sampeyan ngasoh. Kumpulin nafas dulu. Ane yang maju.” Fajri nurut. Dalem ati, Fajri nggerutu, “emang bisa lari apa?”

Sepuluh menit berlalu belom ada kemajuan. Tim Futsal gerombolan liberal masih kokoh.

“Kyai, gimana nih? Mereka alot banget maennya,” kata Lukman

“Tenang Luk. Liat aja dua menit lagi,” kata Kyai Adung.

Benar saja, dua menit kemudian Kyai Adung melakukan hal aneh. Saat kapten gerombolan liberal menggiring bola dan hendak ditendang ke gawang tim Kyai Adung, Kyai Adung merebut bola dengan kedua tangannya. Bola dibekap Kyai Adung dan dimasukan ke dalam kaosnya.

Kyai Adung berlari menuju gawang gerombolan liberal macam perempuan hamil tua lari ke rumah dukun hendak beranak. Semua pemain dari kedua tim pada melongo. Kyai Adung terus saja berlari sampai di muka gawang tim lawan. Sambil merogoh bola dari dalam kausnya, Kyai Adung melempar bola sekencang-kencangnya ke arah gawang dan...

“Gooooollllllll,” teriak Kyai Adung. Wasit melongo. Kapten tim futsal gerombolan liberal protes.

L : “Kyai, apa-apaan nih?”

K : “Maen futsal.”

L : “Patuhi aturan dong. Ini bukan basket. Ini futsal.”

K : “Emang, engga boleh, ye?"

L : “Kalo volly atau basket, boleh ambil bola pake tangan. Begitu aturannya.”

K : “Ini kan futsal gaya saya.”
L : “Futsal gaya apaan?”

K : “Futsal gaya liberal. Sampeyan engga boleh protes apa lagi ngelarang-larang. Itu melanggar hak asasi saya.”

Qiqiqiqiqi. Giliran peraturan dan hukum Allah ngambil jalan liberal. Giliran peraturan futsal yang kaga ditanya di akherat
dilanggar, dia kaga terima.

0 komentar:

Full Version


Bismillah..
tampilan baru nih

Kalo mau liat lengkapnya, buka aja salah satu artikel. Nanti kamu bakal liat widget-widget seperti biasanya di sebelah kanan, hehee..

Oh iya.. mau liat daftar artikel? scroll ke bawah ya


^Happy Blogging^

0 komentar:

Wahai yang tercinta, Rasulullah SAW



Hari ini di sekolah, guru meminta kami melukis wajahmu. Aku suka melukis, tapi aku tidak pernah melihatmu. Lalu aku menutup kedua mataku. Dan aku melihat air mata ibu saat membaca kisahmu. Aku melihat ayah shalat sepanjang malam. Aku melihat kakak tersenyum meski dia baru mendapat penghinaan di jalan. Aku melihat sahabatku meminta maaf meski aku yang bersalah.

Aku ingin melukiskan semua gambaran ini. Di sini orang-orang ingin melihat semuanya, menyaksikan semuanya. Tapi aku menutup kedua mataku. Dan aku melihatmu datang kepadaku, kepada kami semua, dengan senyum yang paling sempurna. Bagaimana mungkin aku bisa melukiskan senyum yang sempurna?

Guru tidak memberiku kesempatan bicara saat aku ingin menjelaskan. Aku tidak menyalahkannya. Dia mungkin tidak pernah belajar mencintai seseorang yang tidak dilihatnya. Tapi aku, aku mencintaimu meski tak pernah melihatmu.

Aku tak begitu pintar melukis tapi aku ingin menulis. Aku ingin menulis kepadamu Ya Rasulullah. Jika saja kau bisa kembali hadir pada kami selama beberapa jam, beberapa detik, atau beberapa saat saja, mungkin dia akan mengerti.


Pelajar itu melukis huruf Muhammad dalam bahasa arab dibalik kertas. Sang guru tercekat senyumnya tak bisa berkata-kata lagi saat membacanya di sebuah kursi.

0 komentar:

Akan Datang Kengerian


Oleh: Mohammad Fauzil Adhim

Kemarau yang panjang ini masih akan berlanjut, kegersangan yang membuat tanam-tanaman tak bisa tumbuh dengan sempurna, masih akan terjadi. Hutan-hutan yang menghijau akan enggan menahan air untuk kita. Sementara gempa mungkin akan mengguncang kita, hingga kita lari ketakutan. Tak ada tempat untuk berlindung, sedangkan doa orang-orang shalih tak lagi dikabulkan oleh Allah Ta’ala.

Apa sebabnya? Bukankah Allah Ta’ala perintahkan kita untuk berdo’a dan Ia berjanji akan mengabulkan setiap permintaan kita?

Ya…, Allah Maha Mendengar. Ia kabulkan setiap permintaan selagi tak ada perkara yang menghalangi. Ada beberapa sebab yang menjadikan Allah Ta’ala mengizinkan sebuah negeri hancur, dan sebuah kaum ditimpa kesengsaraan yang berkepanjangan. Mereka hidup di antara musibah demi musibah. Mereka bernafas di antara bencana demi bencana. Sesudah satu kengerian berlalu, datang lagi keguncangan yang lebih mengerikan.

Boleh jadi kengerian itu datang dari tindakan kita yang salah perhitungan. Boleh jadi ketakutan itu mencekam setiap hati karena ganasnya manusia. Atau boleh jadi, kita lari dari satu bencana menuju bencana berikutnya yang lebih besar, sementara langit tak lagi menurunkan hujan. Kalau saja Allah Ta’ala tidak kasihan kepada binatang-binatang yang kehausan, tentu bumi akan terbakar dan sumur-sumur akan mengering seluruhnya.

Teringatlah saya kepada hadis riwayat Ibnu Abdil Barr.

Allah mengutus dua malaikat untuk membinasakan sebuah desa dan semua isinya. Dua malaikat tersebut mendapatkan seorang yang sedang shalat di sebuah masjid. Dua malaikat itu berkata, “Wahai Tuhanku, di desa ini ada seorang hamba-Mu yang sedang shalat.”

Allah berkata, “Hancurkan desa tersebut dan hancurkan ia bersama-sama karena wajahnya tidak merah, marah karena-Ku.” (HR. Ibnu AbdulBarr).

Kapankah doa orang shalih tak sanggup menghindarkan sebuah negeri dari bencana yang menakutkan? Ummu Salamah bertutur:

Aku mendengar Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kemaksiatan merebak di antara umatku, maka Allah akan menimpakan azab yang mengenai siapa saja.”

Shahabat bertanya, “Wahai Rasul Allah, bukankah di antara mereka ada orang yang shalih?”

Beliau menjawab, “Betul.”

Shahabat berkata, “Apa yang ditimpakan kepada mereka?”

Beliau menjawab, “Mereka juga merasakan apa yang dirasakan oleh orang umumnya. Mereka mendapatkan pengampunan dan ridha Allah.”(HR. Ahmad).

Hari ini, marilah kita berhenti sejenak untuk melihat diri kita sendiri. Ketika kemaksiatan telah dianggap kesenian, apakah yang sudah kita lakukan? Ketika memperlihatkan aurat telah dianggap sebagai hak dan kemerdekaan, apakah yang sudah kita lakukan? Ketika TV berlomba-lomba menayangkan pantat dan pusar sebagai tuntutan pasar, apakah yang sudah kita lakukan? Kalau kita hanya mengucap istighfar di bibir sembari tetap menikmati dan tertawa, maka bersiaplah menyambut ketakutan demi ketakutan di depan kita. Bersiaplah melihat sungai-sungai besar mengering, mata air berhenti mengalir, dan tanah yang kita pijak pecah membentuk retakan-retakan. Bersiaplah menghadapi paceklik panjang, ketika tanah-tanah subur tak lagi menumbuhkan tanaman. Sedangkan pohon-pohon yang biasanya sepanjang tahun bisa kita petik buahnya, akan berhenti berbunga. Tak berbuah kecuali sangat sedikit atau bahkan tidak sama sekali.

Di saat itu, kemiskinan merata di seluruh negeri, kecuali pada sebagian kecil orang saja. Padahal, barang-barang yang membuat hati sangat mengingini, sangat bertebaran. Airmata tumpah di mana-mana. Sementara para pemimpin hilang kasih-sayangnya. Tak ada yang mereka pikirkan kecuali bagaimana menambah kekayaan. Sedangkan bergantinya pemimpin, sesungguhnya hanyalah pergantian kekuasaan yang menindas.

Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Umat ini akan selalu di tangan dan pertolongan Allah selagi para ulamanya tidak diperkaya oleh para pemimpinnya dan selagi orang-orang yang baik tidak menganggap baik orang-orang yang fajir (jahat), dan selagi orang-orang jahat tidak menghinakan orang-orang yang baik. Bila mereka melakukan semua itu, maka Allah akan mengangkat Tangan-Nya dari mereka dan orang-orang yang kejam akan menguasai dan menindas mereka. Kemudian Allah menurunkan paceklik dan kemiskinan.” (Marasil Hasan Bashri)

*** Ini merupakan tulisan lama, hampir 16 tahun yang lalu.

0 komentar:

Balance Dunia Akhirat


Oleh: Ummu Adib

Begitu banyak waktu diri gunakan untuk mengejar rezeki, mencemaskannya dan memohonnya terus-menerus kepada Rabb. 
Pagi, siang, sore... malam terus berkejaran. 

Padahal Rasûlullâh ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ pernah mengingatkan :
"Tidaklah suatu jiwa akan mati hingga terpenuhi rezekinya."
[HR. Ibnu Majah, dan Syaikh Al-Albani menshahihkannya]

Ustadz Aan C. Thalib pernah menyampaikan : 
Soal dunia Allah memberinya pada siapa saja, bahkan pada orang yang paling kufur sekalipun. 
Tapi soal syurga Allah hanya akan mengaruniakannya  pada orang yang bertaqwa saja.

Yang selalu terlafadz dalam doa agar dimudahkan rezekinya,
Namun alangkah jarangnya diri pinta dimudahkan dan dilapangkan untuk beribadah kepada Rabb.

Ahh Rabbana...
Bahkan ibadah diri selama ini saja, kadang dikerjakan tanpa kesadaran hati dan fikiran. Memulai shalat dan berakhir tanpa bekas di hati.

Satu juz kini begitu berat lidah lantunkan tiap harinya. 
Tiada banyak masa untuk mengingat-ingat Asma-Mu, nikmat yang terlimpah dari-Mu. Malu rasanya diri ini... Rabb.

Saudara syurgaku,
Rasulullah ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ mengajarkan doa agar diri senantiasa seimbang dalam meminta kelapangan dunia lagi akhirat :

ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺃَﺻْﻠِﺢْ ﻟِﻰ ﺩِﻳﻨِﻰَ ﺍﻟَّﺬِﻯ ﻫُﻮَ ﻋِﺼْﻤَﺔُ ﺃَﻣْﺮِﻯ ﻭَﺃَﺻْﻠِﺢْ ﻟِﻰ ﺩُﻧْﻴَﺎﻯَ ﺍﻟَّﺘِﻰ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻣَﻌَﺎﺷِﻰ ﻭَﺃَﺻْﻠِﺢْ ﻟِﻰ ﺁﺧِﺮَﺗِﻰ ﺍﻟَّﺘِﻰ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻣَﻌَﺎﺩِﻯ ﻭَﺍﺟْﻌَﻞِ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓَ ﺯِﻳَﺎﺩَﺓً ﻟِﻰ ﻓِﻰ ﻛُﻞِّ ﺧَﻴْﺮٍ ﻭَﺍﺟْﻌَﻞِﺍﻟْﻤَﻮْﺕَ ﺭَﺍﺣَﺔً ﻟِﻰ ﻣِﻦْ ﻛُﻞِّ ﺷَﺮٍّ

“Ya Allah, perbaikilah agamaku untukku yang ia merupakan benteng pelindung bagi urusanku. Dan perbaikilah duniaku untukku, yang ia menjadi tempat hidupku. Serta perbaikilah akhiratku yang ia menjadi tempat kembaliku. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagiku dalam setiap kebaikan, serta jadikanlah kematian sebagai kebebasan.” 
[HR. Muslim]

Life is about balance. The good and the bad. The highs and the lows. The dunya and the akhiraat.


#Semangat Tilawah
#Semangat Menjadi Pribadi Indah


Divisi Tarqiyah Imaniyah PSDM ODOJ
DTI/77/22/10/2015
oaseodoj@gmail.com

0 komentar:

Tips-Tips Mendidik Anak Menghafal Al Qur'an


🔗 Anak-anak berbeda dengan orang tua. Apa yang menurut orang tua mudah, belum tentu bagi mereka mudah. Pun sebaliknya yang menurut orang tua susah, boleh jadi bagi mereka mudah. Nah, begitu juga dalam menghafal Al Qur'an, mungkin bagi kita susah, jangankan 30 juz, juz 30 saja masih belepotan. Namun, belum tentu bagi anak-anak..

📔 Sesuai dengan apa yang diriwayatkan Ath-Thabrani dari Ali ra, bahwa Rasulullah saw bersabda: "Didiklah anak-anakmu dalam tiga perkara: Mencintai Nabimu, mencintai keluarganya, dan Membaca Al Qur'an, maka sesungguhnya orang-orang yang membawa Al Qur'an berada dalam naungan 'Arsy Allah ketika tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, bersama para Nabi dan orang-orang Suci."

🎓 Menurut Ibnu Khaldun, sesungguhnya usia ideal bagi anak untuk menghafal Al Qur'an adalah mulai usia 5 tahun sampai menjelang baligh.

🎓 Ibnu Sina dalam bukunya 'As-Siyasah' menasehatkan agar dalam mempersiapkan anak dari segi fisik dan mental hendaknya dimulai dengan mengajarkan Al Qur'an kepada anak, agar sejak kecil ia sudah mulai mengenal bahasa arab yang asli, dan tertanam dalam jiwanya nilai-nilai keimanan.

🎓 Imam Al-Ghazali dalam Ihya'-nya mewasiatkan agar mengajarkan anak tentang Al Qur'an, hadits, dan cerita orang-orang shalih kemudian adalah bagian dari hukum-hukum agama, dimana anak-anak akan mudah sekali menghafal Al Qur'an.
〰〰〰

🔆 Untuk  mencapai prestasi anak tersebut (menghafal Al Qur'an), tentunya harus ada peran orang tua yang mengarahkan anak dalam menghafal Al Qur'an sehingga benar-benar berinteraksi dengan Al Qur'an.

👪💝Ada beberapa tips untuk mendidik anak-anak menghafal Al Qur'an, diantaranya:
🌷1. Perdengarkan Al Qur'an saat anak di dalam rahim ibu,
🌷2. Perdengarkan Al Qur'an saat anak sedang disusui,
🌷3. Bacakan Al Qur'an dihadapan anak,
🌷4. Perdengarkan Al Qur'an dimanapun (rumah, mobil, dll),
🌷5. Jauhkan dari musik, sesungguhnya musik adalah musuh Al Qur'an,
🌷6. Berikan 1 mushaf Al Qur'an,
🌷7. Berikan hadiah setiap menghafal 1 juz,
🌷8.Ceritakan kisah-kisah dalam Al Qur'an,
🌷9. Buat permainan ttg Al Qur'an.

🎁 Salah satu yang menjadi kebahagiaan bagi orang tua adalah memiliki anak yang menghafal Al Qur'an.

📓 Hadits Nabi Muhammad saw berbunyi:
"Disampaikan oleh Rasulullah Shalallahu'alaihi Salam yang diriwayatkan oleh Imam Al-Hakim, bacalah dengan hatimu "Siapa yang membaca Al Qur'an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, akan dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orangtuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan) yang tidak didapatkan didunia. Keduanya bertanya, "Mengapa kami dipakaikan jubah ini?" Dijawab, "Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Qur'an."

👳🏻 Maa syaa Allah, orangtua yang memiliki anak Hafizh Al Qur'an akan mendapatkan jubah (kemuliaan) yang tidak didapatkan di dunia.
Semoga kita menjadi orang tua yang selalu mendidik anak kita untuk membaca Al Qur'an, mencintai Al Qur'an, dan memotivasi anak untuk menghafal Al Qur'an, aamiiin..

📚 Dirangkum dari Berbagai Sumber oleh Tim INC Divisi Tsaqafah Islamiyah PSDM ODOJ

0 komentar:

Dunia dalam Genggaman


Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam berpesan, “Demi Allah, bukan kemiskinan yang saya khawatirkan atas kamu. Tetapi saya khawatir kalau dunia ini terhampar luas bagimu, sebagaimana telah terhampar pada orang-orang sebelummu. Lalu kamu berlomba-lomba mengejarnya, sehingga membinasakanmu sebagaimana membinasakan mereka.” (HR. Bukhari-Muslim)

Padahal Allah telah berfirman, “Dan tiadalah kehidupan dunia ini selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidaklah kamu memahaminya!” (QS. Al-An'am: 32)

Do'a sahabat Abu Bakar Ash Shidiq ra, “Ya Allah, jadikanlah kami kaum yang memegang dunia dengan tangan kami, bukan dengan hati kami”

Dan do'a sahabat Umar bin Khattab ra, “Ya Allah, tempatkanlah dunia dalam genggaman tangan kami dan jangan kau tempatkan dia di lubuk hati kami"

Mari kita 'genggam' dunia dengan tangan kita..
Jangan biarkan dunia 'memenuhi' hati kita.

Wallaahu a'lam bish shawwab...

0 komentar:

Sedang Sehat dan Tidak Safar?


Ketika kita sedang dalam keadaan sehat dan tidak sedang safar, maka manfaatkanlah saat tersebut dengan melakukan amalan yang rutin dan kontinyu.. Apa sebabnya? Dan apa keutamaannya? 

Yang pertama karena amalan yang kontinyu adalah sangat dicintai Allah swt. 

سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ الأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ قَالَ: «أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ» وَقَالَ: «اكْلَفُوا مِنَ الأَعْمَالِ مَا تُطِيقُونَ» , (خ) ٦٤٦٥

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah ditanya, "Amalan apa yg paling dicintai Allah?" Beliau menjawab, "Yang rutin kontinyu meskipun sedikit". Dan beliau bersabda, "Laksanakanlah amal-amal ibadah yang kalian mampu". (HR. Al-Bukhary)

Yang kedua karena apabila kita sakit atau safar, maka kita akan terus mendapatkan pahalanya meskipun kita tidak bisa melakukannya

«إِذَا مَرِضَ العَبْدُ، أَوْ سَافَرَ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا» , (خ) ٢٩٩٦

"Apabila seorang hamba sakit atau safar, maka dicatat baginya pahala amalan yang biasa dia kerjakan ketika sehat dan tidak safar" (HR. Al-Bukhary)

Jadi, manfaatkan waktu sehat dan muqim (tidak bepergian) kita dengan amalan yang rutin, meskipun tidak banyak, baik jumlahnya maupun intervalnya, yang penting kontinyu. 

Semoga bermanfa'at.

Ditulis oleh Ustadz Askar Wardhana, Lc حفظه الله  

0 komentar:

Belum hafal? Jangan pernah menyerah!


10 ALASAN MENGHAFAL TAK HAFAL-HAFAL TETAP MENYENANGKAN

1. Satu huruf Al-Qur'an satu kebaikan, dan satu kebaikan 10 pahala. Bagi yang kesulitan melafalkan, satu hurufnya dua kebaikan. Berarti setiap hurufnya 20 pahala. Semakin sulit semakin banyak. Kalikan dengan jumlah pengulangan Anda.

2. Al-Qur'an, seluruhnya, adalah kebaikan. Menghafal tak hafal-hafal berarti Anda berlama-lama dalam kebaikan. Semakin lama semakin baik. Bukankah Anda menghafal untuk mencari kebaikan.

3. Ketika Anda menghafal Al-Qur'an, berarti Anda sudah punya niat yang kuat. Rasulullah saw menyebut 70 syuhada dalam tragedi sumur Ma'unah sebagai qari (hafizh), padahal hafalan mereka belum semua. Ini karena seandainya mereka masih hidup, mereka akan terus menghafal. Jadi, meski Anda menghafal tak hafal-hafal, Anda adalah hafizh selama tak berhenti menghafal. Bukankah hafizh yang sebenarnya di akhirat?

4. Menghafal Al-Qur'an ibarat masuk ke sebuah taman yang indah. Mestinya Anda betah, bukan ingin buru-buru keluar. Menghafal tak hafal-hafal adalah cara Allah memuaskan Anda menikmati taman itu. Terseyumlah.

5. Ketika Anda menghafal Al-Quran, meski tak hafal-hafal, maka dapat dipastikan, paling tidak, selama menghafal, mata Anda, telinga Anda, dan lisan Anda tidak sedang melakukan maksiat. Semakin lama durasinya, semakin bersih.

6. Memegang mushaf adalah kemuliaan, dan melihatnya adalah kesejukan. Anda sudah mendapatkan hal itu saat menghafal kendati tak hafal-hafal.

7. Adakalanya kita banyak dosa. Baik yang terasa maupun tak terasa. Dan menghafal tak hafal-hafal adalah kifaratnya, di mana, barangkali, tidak ada kifarat lain kecuali itu.

8. Tak hafal-hafal adakalanya karena Allah sangat cinta kepada kita. Allah tak memberikan ayat-ayat-Nya sampai kita benar-benar layak dicintai-Nya. Jika kita tidak senang dengan keadaan seperti ini, maka kepada siapa sebenarnya selama ini kita mencintai. Ini yang disebut: Dikengenin ayat.

9. Menghafal tak hafal-hafal tentu melelahkan. Inilah lelah yang memuaskan, karena setiap lelahnya dicatat sebagai amal sholeh. Semakin lelah semakin sholeh.

10. Menghafal tak hafal-hafal, tandanya Anda di pintu hidayah. Berat tandanya jauh dari nafsu. Jauh dari nafsu tandanya dekat dengan ikhlas. Dan ikhlas lahirkan mujahadah yang hebat.

0 komentar:

Atasi Marahmu, Gapai Ridho Rabbmu

Siapapun kita, tentu pernah merasakan marah, bahkan mungkin tidak jarang kita merasakan kemarahan dan emosi yang sangat.
Memang sifat marah merupakan tabiat yang tidak mungkin luput dari diri manusia, karena mereka memiliki nafsu yang cenderung ingin selalu dituruti dan enggan untuk diselisihi keinginannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku ini hanya manusia biasa, aku bisa senang sebagaimana manusia senang, dan aku bisa marah sebagaimana manusia marah[1].
Bersamaan dengan itu, sifat marah merupakan bara api yang dikobarkan oleh setan dalam hati manusia untuk merusak agama dan diri mereka, karena dengan kemarahan seseorang bisa menjadi gelap mata sehingga dia bisa melakukan tindakan atau mengucapkan perkataan yang berakibat buruk bagi diri dan agamanya[2].
Oleh karena itu, hamba-hamba Allah Ta’ala yang bertakwa, meskipun mereka tidak luput dari sifat marah, akan tetapi kerena mereka selalu berusaha melawan keinginan hawa nafsu, maka mereka pun selalu mampu meredam kemarahan mereka karena Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala memuji mereka dengan sifat ini dalam firman-Nya,
{الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ}
Orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang menafkahkan (harta mereka) baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS Ali ‘Imran:134).
Artinya: jika mereka disakiti orang lain yang menyebabkan timbulnya kemarahan dalam diri mereka, maka mereka tidak melakukan sesuatu yang diinginkan oleh watak kemanusiaan mereka (melampiaskan kemarahan), akan tetapi mereka (justru berusaha) menahan kemarahan dalam hati mereka dan bersabar untuk tidak membalas perlakuan orang yang menyakiti mereka[3].

Keutamaan menahan marah dan mengendalikan diri ketika emosi

Dalam sebuah hadits yang shahih, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ »
Bukanlah orang kuat (yang sebenarnya) dengan (selalu mengalahkan lawannya dalam) pergulatan (perkelahian), tetapi tidak lain orang kuat (yang sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah[4].
Inilah kekuatan yang terpuji dan mendapat keutamaan dari Allah Ta’ala, yang ini sangat sedikit dimiliki oleh kebanyakan manusia[5].
Imam al-Munawi berkata,“Makna hadits ini: orang kuat (yang sebenarnya) adalah orang yang (mampu) menahan emosinya ketika kemarahannya sedang bergejolak dan dia (mampu) melawan dan menundukkan nafsunya (ketika itu). Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits ini membawa makna kekuatan yang lahir kepada kekuatan batin. Dan barangsiapa yang mampu mengendalikan dirinya ketika itu maka sungguh dia telah (mampu) mengalahkan musuhnya yang paling kuat dan paling berbahaya (hawa nafsunya)”[6].
Inilah makna kekuatan yang dicintai oleh Allah Ta’ala yang disebutkan dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah”[7].
Arti kuat dalam hadits ini adalah kuat dalam keimanan dan kuat dalam berjuang menundukkan hawa nafsunya di jalan Allah U[8].
Dalam hadits lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللَّهُ مِنَ الْحُورِ مَا شَاءَ »
Barangsiapa yang menahan kemarahannya padahal dia mampu untuk melampiaskannya maka Allah Ta’ala akan memanggilnya (membanggakannya) pada hari kiamat di hadapan semua manusia sampai (kemudian) Allah membiarkannya memilih bidadari bermata jeli yang disukainya[9].
Imam ath-Thiibi berkata, “(Perbuatan) menahan amarah dipuji (dalam hadist ini) karena menahan amarah berarti menundukkan nafsu yang selalu menyuruh kepada keburukan, oleh karena itu Allah Ta’ala memuji mereka dalam firman-Nya,
{وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ}
Dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS Ali ‘Imran:134)”[10].
Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits ini: “…padahal dia mampu untuk melampiaskannya…”, menunjukkan bahwa menahan kemarahan yang terpuji dalam Islam adalah ketika seseorang mampu melampiaskan kemarahannya dan dia menahnnya karena Allah Ta’ala[11], adapun ketika dia tidak mampu melampiaskannya, misalnya karena takut kepada orang yang membuatnya marah atau karena kelemahannya, dan sebab-sebab lainnya, maka dalam keadaan seperti ini menahan kemarahan tidak terpuji.
Seorang mukmin yang terbiasa mengendalikan hawa nafsunya, maka dalam semua keadaan dia selalu dapat berkata dan bertindak dengan benar, karena ucapan dan perbuatannya tidak dipengaruhi oleh hawa nafsunya.
Inilah arti sikap adil yang dipuji oleh Allah Ta’ala sebagai sikap yang lebih dekat dengan ketakwaan. Allah Ta’ala berfirman,
{وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ على أَلاَّ تَعْدِلُوْا اِعْدِلُوْا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى}
Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa” (QS al-Maaidah:8).
Imam Ibnul Qayyim menukil ucapan seorang ulama salaf yang menafsirkan sikap adil dalam ayat ini, beliau berkata, “Orang yang adil adalah orang yang ketika dia marah maka kemarahannya tidak menjerumuskannya ke dalam kesalahan, dan ketika dia senang maka kesenangannya tidak membuat dia menyimpang dari kebenaran”[12].

Menahan marah adalah kunci segala kebaikan

Dalam sebuah hadits shahih dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa seorang laki-laki datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta nasehat beliau. Orang itu berkata: Berilah wasiat (nasehat) kepadaku. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Janganlah engkau marah”. Kemudian orang itu mengulang berkali-kali meminta nasehat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu menjawab: “Janganlah engkau marah”[13].
Orang ini datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta nasehat yang ringkas dan menghimpun semua sifat baik, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallammenasehatinya untuk selalu menahan kemarahan. Kemudian orang tersebut mengulang permintaan nasehat berkali-kali dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan jawaban yang sama: “Janganlah engkau marah”. Ini semua menunjukkan bahwa melampiaskan kemarahan adalah sumber segala keburukan dan menahannya adalah penghimpun segala kebaikan[14].
Imam Ja’far bin Muhammad berkata: “(Melampiaskan) kemarahan adalah kunci segala keburukan”.
Imam Abdullah bin al-Mubarak al-Marwazi, ketika dikatakan kepada beliau: Sampaikanlah kepada kami (nasehat) yang menghimpun semua akhlak yang baik dalam satu kalimat. Beliau berkata: “(Yaitu) meninggalkan (menahan) kemarahan”.
Demikian pula imam Ahmad bin Hambal dan imam Ishak bin Rahuyah ketika menjelaskan makna akhlak yang baik, mereka berdua mengatakan: “(Yaitu) meninggalkan (menahan) kemarahan”[15].
Maka perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits di atas: “Janganlah engkau marah” berarti perintah untuk melakukan sebab (menahan kemarahan) yang akan melahirkan akhlak yang baik, yaitu: sifat lemah lembut, dermawan, malu, merendahkan diri,sabar, tidak menyakiti orang lain, memaafkan, ramah dan sifat-sifat baik lainnya yang akan muncul ketika seseorang berusaha menahan kemarahannya pada saat timbul sebab-sebab yang memancing kemarahannya[16].

Petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengatasi kemarahan ketika muncul pemicunya

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa memberi petunjuk kepada orang yang sedang marah untuk melakukan sebab-sebab yang bisa meredakan kemarahan dan menahannya dengan izin Allah Ta’ala[17], di antaranya:
  1. Berlindung kepada Allah Ta’ala dari godaan setan
    Dari Sulaiman bin Shurad beliau berkata: “(Ketika) aku sedang duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ada dua orang laki-laki yang sedang (bertengkar dan) saling mencela, salah seorang dari keduanya telah memerah wajahnya dan mengembang urat lehernya. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya aku mengetahui satu kalimat yang seandainya dia mengucapkannya maka niscaya akan hilang kemarahan yang dirasakannya. Seandainya dia mengatakan: “Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk”, maka akan hilang kemarahan yang dirasakannya”[18].
  2. Diam (tidak berbicara), agar terhindar dari ucapan-ucapan buruk yang sering timbul ketika orang sedang marah[19].
    Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang dari kalian marah maka hendaknya dia diam”[20].
  3. Duduk atau berbaring, agar kemarahan tertahan dalam dirinya dan akibat buruknya tidak sampai kepada orang lain[21].
    Dari Abu Dzar al-Gifari bahwa Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang dari kalian marah dalam keadaan berdiri maka hendaknya dia duduk, kalau kemarahannya belum hilang maka hendaknya dia berbaring”[22].
Di samping itu, yang paling utama dalam hal ini adalah usaha untuk menundukkan dan mengendalikan diri ketika sedang marah, yang ini akan menutup jalan-jalan setan yang ingin menjerumuskan manusia ke dalam jurang keburukan dan kebinasaan[23]. Allah Ta’alaberfirman,
{إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُون}
Sesungguhnya syaithan itu hanya menyuruh kamu berbuat buruk (semua maksiat) dan keji, dan mengatakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui” (QS al-Baqarah:169).
Suatu hari, Khalifah yang mulia, ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz marah, maka putranya (yang bernama) ‘Abdul Malik berkata kepadanya: Engkau wahai Amirul mukminin, dengan karunia dan keutamaan yang Allah berikan kepadamu, engkau marah seperti ini? Maka ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz berkata: Apakah kamu tidak pernah marah, wahai ‘Abdul Malik? Lalu ‘Abdul Malik menjawab: Tidak ada gunanya bagiku lapangnya perutku (dadaku) kalau tidak aku (gunakan untuk) menahan kemarahanku di dalamnya supaya tidak tampak (sehingga tidak mengakibatkan keburukan)[24].

Marah yang terpuji

Ummul mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamtidak pernah marah karena (urusan) diri pribadi beliau, kecuali jika dilanggar batasan syariat Allah, maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam akan marah dengan pelanggaran tersebut karena Allah”[25].
Inilah marah yang terpuji dalam Islam, marah karena Allah Ta’ala, yaitu marah dan tidak ridha ketika perintah dan larangan Allah Ta’ala dilanggar oleh manusia.
Inilah akhlak mulia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang selalu ridha dengan apa yang Allah ridhai dalam al-Qur’an dan benci/marah dengan apa yang dicela oleh Allah Ta’ala dalam al-Qur’an[26].
‘Aisyah berkata: “Sungguh akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah al-Qur’an”[27]. Dalam riwayat lain ada tambahan: “…Beliau marah/benci terhadap apa yang dibenci dalam al-Qur’an dan ridha dengan apa yang dipuji dalam al-Qur’an”[28].
Imam Ibnu Rajab al-Hambali berkata: “Wajib bagi seorang mukmin untuk menjadikan keinginan nafsunya terbatas pada apa yang dihalalkan oleh Allah baginya, yang ini bisa termasuk niat baik yang akan mendapat ganjaran pahala (dari Allah Ta’ala). Dan wajib baginya untuk menjadikan kemarahannya dalam rangka menolak gangguan dalam agama (yang dirasakan) oleh dirinya atau orang lain, serta dalam rangka menghukum/mencela orang-orang yang menentang Allah dan rasul-Nya r, sebagaimana firman-Nya:
{قَاتِلُوهُمْ يُعَذِّبْهُمُ اللهُ بِأَيْدِيكُمْ وَيُخْزِهِمْ وَيَنْصُرُكُمْ عَلَيْهِمْ وَيَشْفِ صُدُورَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ وَيُذْهِبْ غَيْظَ قُلُوبِهِمْ}
Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman. Dan menghilangkan kemarahan orang-orang yang beriman” (QS at-Taubah: 14-15)”[29].

0 komentar:

maul's articles