Bergembiralah...

بــــسم الله الــــرحمن الــــرحيــــم ...
By : Satria Ibnu Abiy


Lailatun mubaarakah...
Saatnya bermuhasabah...
Bergembiralah...
Saat engkau menjumpai mushaf Al Quran berada di tanganmu,
Segembira engkau mendapati hadiah terindahmu.
Bergembiralah wahai hati yang sedih...
Saat lisanmu mentartilkan tiap huruf-hurufnya,
Segembira engkau melafalkan keinginanmu pada yang bisa memenuhinya.
Bergembiralah wahai hati yang kering...
Saat waktu-waktumu bersama Al Quran,
Segembira engkau mengunjungi taman-taman yang indah.
Sehingga engkau pun betah, ingin berlama-lama di dalamnya,
Sebab Al Qur’an adalah musim semi bagi hati,
Seperti bumi yang setelah dibasahi hujan,
Tumbuh di atasnya itu kehidupan, hijau, dan bunga-bunga bermekaran.

اللهم اجعل القرآن ربيع قلبي

“Ya Allah… Jadikanlah Al Qur’an sebagai musim semi di hatiku”
Bergembiralah wahai hati yang dilanda kegelisahan...
Saat engkau merutinkan bacaan Al Qur’an di setiap harinya,
Engkau sedang kembali kepada kesegaran,
Setelah hatimu jauh meninggalkan tempat asalnya.

الذكر للقلب كالماء للسمك، فكيف يكون حال السمك إذا أخرج من الماء؟

“Al Qur’an bagi hati laksana air bagi ikan, apa yang terjadi pada ikan jika keluar dari air?"
(Ibnu Taimiyah).
Menangislah...
Saat engkau berpisah dari Al Quran,
Karena bisa jadi ia berpisah bukan karena engkau sibuk,
Tapi karena hati terlalu jauh dari cahaya iman dan hidayah!!!

لو طهرت قلوبكم لما شبعت من كلام الله

“Jika hati-hati kalian bersih, niscaya kalian tidak akan pernah kenyang dengan Al Qur’an”
(Ibnu Mas’ud)

Atau juga karena nyanyian...
Sehingga Al Qur’an terpaksa pamit dari hatimu,
Lalu nyanyian mengisi penuh ruang hatimu...

حب الألحان و حب كتاب الله في قلب عبد ليس يجتمعان

“Cinta nyanyian dan cinta Al Qur’an di dalam hati seorang hamba, TIDAK AKAN PERNAH BERSATU”
(Ibnul Qoyyim)
Maka bersegeralah…
Bergegaslah meneguk kesegaran Al Qur’an...
Karena ia adalah kalamuLlaah,
Nikmatilah...
Sejatinya engkau sedang berkomunikasi pada Yang Menciptakanmu...

واللّــــه اعلـــــــم ...

0 komentar:

UBAH CARA KITA MENGHAFAL AL-QUR'AN


8 HAL AGAR MENGHAFAL AL-QUR’AN TERASA NIKMAT

Berikut ini adalah 8 hal yg insya Allah membuat kita merasa nikmat menghafal Al-Qur’an.
Tips ini kami dapatkan dari ust. Deden Makhyaruddin yang menghafal 30 juz dalam 19 hari (setoran) dan 56 hari untuk melancarkan.

Tapi uniknya, beliau mengajak kita untuk berlama-lama dalam menghafal.

Pernah beliau menerima telepon dari seseorang yang ingin memondokkan anaknya di pesantren beliau.

“ustadz.. menghafal di tempat antum tu berapa lama untuk bisa hatam??”

“SEUMUR HIDUP” jawab ust. Deden dengan santai.

Meski bingung, Ibu itu tanya lagi “targetnya ustadz???”

“targetnya HUSNUL KHOTIMAH, MATI DALAM KEADAAN PUNYA HAFALAN” jawab ust. Deden.

“Mm.. kalo pencapaiannya ustadz???” Ibu itu terus bertanya.

“Pencapaiannya adalah DEKAT DENGAN ALLAH” kata ust. Deden.

Menggelitik, tapi sarat makna. Prinsip beliau “CEPAT HAFAL itu datangnya dari ALLAH, INGIN CEPAT HAFAL (bisa jadi) datangnya dari hawa nafsu dan syaithan”…

(Sebelum membaca lebih jauh, saya harap anda punya komitmen terlebih dahulu untuk meluangkan waktu 1 jam per hari khusus untuk qur’an. Kapanpun itu, yg penting durasi 1 jam)

Mau tahu lebih lanjut, yuk kita pelajari 8 prinsip dari beliau beserta sedikit penjelasan dari saya.
1. MENGHAFAL TIDAK HARUS HAFAL
Allah memberi kemampuan menghafal dan mengingat yg berbeda2 pada tiap orang.
Bahkan imam besar dalam ilmu qiroat, guru dari Hafs -yg mana bacaan kita merujuk pada riwayatnya- yaitu Imam Asim menghafal Al-Quran dalam kurun waktu 20 tahun.
Target menghafal kita bukanlah ‘ujung ayat’ tapi bagaimana kita menghabiskan waktu (durasi) yg sudah kita agendakan HANYA untuk menghafal.

2. BUKAN UNTUK DIBURU-BURU, BUKAN UNTUK DITUNDA-TUNDA
Kalau kita sudah menetapkan durasi, bahwa dari jam 6 sampe jam 7 adalah WAKTU KHUSUS untuk menghafal misalnya,
Maka berapapun ayat yang dapat kita hafal tidak jadi masalah.
Jangan buru-buru pindah ke ayat ke-2 jika ayat pertama belum benar2 kita hafal.
Nikmati saja saat2 ini.. saat2 dimana kita bercengkrama dengan Allah.
1 jam lho.. untuk urusan duniawi 8 jam betah, hehe.
Toh 1 huruf 10 pahala bukan??
So jangan buru2…
Tapi ingat!
Juga bukan untuk ditunda2.. habiskan saja durasi menghafal secara ‘PAS’

3. MENGHAFAL BUKAN UNTUK KHATAM, TAPI UNTUK SETIA BERSAMA QUR’AN.
Kondisi HATI yang tepat dalam menghafal adalah BERSYUKUR bukan BERSABAR.
Tapi kita sering mendengar kalimat “menghafal emang kudu sabar”, ya kan??
Sebenarnya gak salah, hanya kurang pas saja.
Kesannya ayat2 itu adalah sekarung batu di punggung kita, yang cepat2 kita pindahkan agar segera terbebas dari beban (hatam).
Bukankah di awal surat Thoha Allah berfirman bahwa Al-Qur’an diturunkan BUKAN SEBAGAI BEBAN.
Untuk apa hatam jika tidak pernah diulang??
Setialah bersama Al-Qur’an.

4. SENANG DIRINDUKAN AYAT
Ayat2 yg sudah kita baca berulang-ulang namun belum juga nyantol di memory, tu ayat sebenarnya lagi kangen sama kita.
Maka katakanlah pada ayat tersebut “I miss you too…” hehe.
Coba dibaca arti dan tafsirnya… bisa jadi tu ayat adalah ‘jawaban’ dari ‘pertanyaan’ kita.
Jangan buru2 suntuk dan sumpek ketika gak hafal2, senanglah jadi orang yg dirindukan ayat..

5. MENGHAFAL SESUAP-SESUAP
Nikmatnya suatu makanan itu terasa ketika kita sedang memakannya, bukan sebelum makan bukan pula setelahnya.
Nikmatnya menghafal adalah ketika membaca berulang2.
Dan besarnya suapan juga harus pas di volume mulut kita agar makan terasa nikmat.
Makan pake sendok teh gak nikmat karena terlalu sedikit, makan pake sendok nasi (entong) bikin muntah karena terlalu banyak.
Menghafalpun demikian.
Jika “amma yatasa alun” terlalu panjang, maka cukuplah “amma” diulang2, jika terlalu pendek maka lanjutkanlah sampai “anin nabail adzim” kemudian diulang2.
Sesuaikan dengan kemampuan ‘mengunyah’ masing-masing anda.

6. FOKUS PADA PERBEDAAN, ABAIKAN PERSAMAAN“
Fabi ayyi alaa’i rabbikuma tukadz dziban” jika kita hafal 1 ayat ini, 1 saja! maka sebenarnya kita sudah hafal 31 ayat dari 78 ayat yg ada di surat Ar-Rahman.
Sudah hampir separuh surat kita hafal.
Maka ayat ini dihafal satu kali saja, fokuslah pada ayat sesudahnya dan sebelumnya yang merangkai ayat tersebut.

7. MENGUTAMAKAN DURASI
Seperti yang dijelaskan di atas, komitmenlah pada DURASI bukan pada jumlah ayat yg akan dihafal.
Ibarat argo taxi, keadaan macet ataupun di tol dia berjalan dengan tempo yang tetap.
Serahkan 1 jam kita pada Allah.. syukur2 bisa lebih dari 1 jam.
1 jam itu gak sampe 5 persen dari total waktu kita dalam sehari…!!!
5 persen untuk qur’an

8. PASTIKAN AYATNYA BERTAJWID
Cari guru yang bisa mengoreksi bacaan kita.
Bacaan tidak bertajwid yg ‘terlanjur’ kita hafal akan sulit dirubah/diperbaiki di kemudian hari (setelah kita tahu hukum bacaan yang sebenarnya).
Jangan dibiasakan otodidak untuk Al-Qur’an… dalam hal apapun yg berkaitan dengan Al-Qur’an; membaca, mempelajari, mentadabburi, apalagi mengambil hukum dari Al-Quran.

NB: setiap point dari 1 – 8 saling terkait…
Semoga bermanfaat, niat kami hanya ingin berbagi..
Mungkin ini bisa jadi solusi bagi teman-teman yang merasa tertekan, bosan, bahkan capek dalam menghafal.

Kami yakin ada yg tidak setuju dengan uraian di atas, pro-kontra hal yg wajar karena setiap kepala punya pikiran dan setiap hati punya perasaan.

Oh ya, bagi penghafal pemula jangan lama2 berkutat dalam mencari2 metode menghafal yang cocok dan pas, dewasa ini banyak buku ataupun modul tentang menghafal Al-Qur’an dengan beragam judulnya yg marketable.

Percayalah..
1 metode itu untuk 1 orang, si A cocok dengan metode X, belum tentu demikian dengan si B, karena si B cocok dengan metode Y.

Dan yakini sepenuhnya dalam hati bahwa menghafal itu PENELADANAN PADA SUNNAH NABI BUKAN PENERAPAN PADA SUATU METODE.

Satu lagi.. seringkali teman kita menakut2i “jangan ngafal.. awas lho, kalo lupa dosa besar”.. hey, yg dosa itu MELUPAKAN, bukan LUPA.

Imam masjidil Harom pernah lupa sehingga dia salah ketika membaca ayat, apakah dia berdosa besar???
Oke ya…
Semoga kita masuk syurga dengan jalan menghafal Qur’an. Amiin…selamat menghafal.

(Catatan dari Kajian Indahnya hidup dengan Menghafal dan Mentadabburi Al Quran bersama Ustadz Bachtiar Natsir dan Ustadz Deden Mukhyaruddin di Masjid Al Falah; 7/6/'15) - bersama Ustadzuna Alfan Syulukh, S.Psi., Al Hafidz.

0 komentar:

HALAL BUAT KAMI, HARAM BUAT TUAN

Assalamu'alaikum wr wb.



Adalah ulama Abu Abdurrahman Abdullah bin al-Mubarak al-Hanzhali al Marwazi ulama terkenal di makkah yang menceritakan riwayat ini.

Suatu ketika, setelah selesai menjalani salah satu ritual haji, ia beristirahat dan tertidur. Dalam tidurnya ia bermimpi melihat dua malaikat yang turun dari langit. Ia mendengar percakapan mereka,
“Berapa banyak yang datang tahun ini?” tanya malaikat kepada malaikat lainnya.
“Tujuh ratus ribu,” jawab malaikat lainnya.
“Berapa banyak mereka yang ibadah hajinya diterima?”
“Tidak satupun”

Percakapan ini membuat Abdullah gemetar.
“Apa?” ia menangis dalam mimpinya.
“Semua orang-orang ini telah datang dari belahan bumi yang jauh, dengan kesulitan yang besar dan keletihan di sepanjang perjalanan, berkelana menyusuri padang pasir yang luas, dan semua usaha mereka menjadi sia-sia?”

Sambil gemetar, ia melanjutkan mendengar cerita kedua malaikat itu.
“Namun ada seseorang, yang meskipun tidak datang menunaikan ibadah haji, tetapi ibadah hajinya diterima dan seluruh dosanya telah diampuni . Berkat dia seluruh haji mereka diterima oleh Allah.”
“Kok bisa”
“Itu Kehendak Allah”
“Siapa orang tersebut?”
“Sa’id bin Muhafah, tukang sol sepatu di kota Damsyiq (damaskus sekarang)”

Mendengar ucapan itu, ulama itu langsung terbangun. Sepulang haji, ia tidak langsung pulang kerumah, tapi langsung menuju kota Damaskus, Siria.

Sampai disana ia langsung mencari tukang sol sepatu yang disebut Malaikat dalam mimpinya.
Hampir semua tukang sol sepatu ditanya, apa memang ada tukang sol sepatu yang namannya Sa’id bin Muhafah.
“Ada, ditepi kota” Jawab salah seorang sol sepatu sambil menunjukkan arahnya.
Sesampai disana ulama itu menemukan tukang sepatu yang berpakaian lusuh,
“Benarkah anda bernama Sa’id bin Muhafah?” tanya Ulama itu
“Betul, siapa tuan?”
“Aku Abdullah bin Mubarak”
Said pun terharu, "Bapak adalah ulama terkenal, ada apa mendatangi saya?”

Sejenak Ulama itu kebingungan, dari mana ia memulai pertanyaannya, akhirnya iapun menceritakan perihal mimpinya.
“Saya ingin tahu, adakah sesuatu yang telah anda perbuat, sehingga anda berhak mendapatkan pahala haji mabrur?”
“Wah saya sendiri tidak tahu!”
“Coba ceritakan bagaimana kehidupan anda selama ini"

Maka Sa’id bin Muhafah bercerita.
“Setiap tahun, setiap musim haji, aku selalu mendengar :
Labbaika Allahumma labbaika.
Labbaika la syarika laka labbaika.
Innal hamda wanni’mata laka wal mulka.
laa syarika laka.
Ya Allah, aku datang karena panggilanMu.
Tiada sekutu bagiMu.
Segala ni’mat dan puji adalah kepunyanMu dan kekuasaanMu.
Tiada sekutu bagiMu.
Setiap kali aku mendengar itu, aku selalu menangis
Ya allah aku rindu Mekah
Ya Allah aku rindu melihat kabah
Ijinkan aku datang…..
ijinkan aku datang ya Allah..

Oleh karena itu, sejak puluhan tahun yang lalu setiap hari saya menyisihkan uang dari hasil kerja saya, sebagai tukang sol sepatu. Sedikit demi sedikit saya kumpulkan. Akhirnya pada tahun ini, saya punya 350 dirham, cukup untuk saya berhaji.
“Saya sudah siap berhaji”
“Tapi anda batal berangkat haji”
“Benar”
“Apa yang terjadi?”
“Istri saya hamil, dan sering ngidam. Waktu saya hendak berangkat saat itu dia ngidam berat”
“Suami ku, engkau mencium bau masakan yang nikmat ini?
“ya sayang”
“Cobalah kau cari, siapa yang masak sehingga baunya nikmat begini. Mintalah sedikit untukku”
"Ustadz, sayapun mencari sumber bau masakan itu. Ternyata berasal dari gubug yang hampir runtuh.
Disitu ada seorang janda dan enam anaknya.
Saya bilang padanya bahwa istri saya ingin masakan yang ia masak, meskipun sedikit.
Janda itu diam saja memandang saya, sehingga saya mengulangi perkataan saya

Akhirnya dengan perlahan ia mengatakan “tidak boleh tuan”
“Dijual berapapun akan saya beli”
“Makanan itu tidak dijual, tuan” katanya sambil berlinang mata.
Akhirnya saya tanya kenapa?
Sambil menangis, janda itu berkata “daging ini halal untuk kami dan haram untuk tuan” katanya.
Dalam hati saya : Bagaimana ada makanan yang halal untuk dia, tetapi haram untuk saya, padahal kita sama-sama muslim? Karena itu saya mendesaknya lagi “Kenapa?”
“Sudah beberapa hari ini kami tidak makan. Dirumah tidak ada makanan. Hari ini kami melihat keledai mati, lalu kami ambil sebagian dagingnya untuk dimasak. Bagi kami daging ini adalah halal, karena andai kami tak memakannya kami akan mati kelaparan. Namun bagi Tuan, daging ini haram".

Mendengar ucapan tersebut spontan saya menangis, lalu saya pulang.
Saya ceritakan kejadian itu pada istriku, diapun menangis, kami akhirnya memasak makanan dan mendatangi rumah janda itu.
“Ini masakan untuk mu”
"Uang peruntukan Haji sebesar 350 dirham pun saya berikan pada mereka.”
"Pakailah uang ini untuk mu sekeluarga. Gunakan untuk usaha, agar engkau tidak kelaparan lagi”
Ya Allah……… disinilah Hajiku
Ya Allah……… disinilah Mekahku.
Mendengar cerita tersebut Abdullah bin Mubarak tak bisa menahan air mAta. Fi kitab irsyadul ibad ila sabiila rosyad.

Wassalamu'alaikum wr wb

0 komentar:

Sudahkah...?


Pada suatu hari Rasulullah menjadi imam sholat. Dilihat oleh para sahabat, pergerakan beliau antara satu rukun ke rukun yang lain amatlah sukar sekali. Dan mereka mendengar bunyi kemerutuk seolah-olah sendi-sendi pada tubuh beliau yang mulia itu bergeser antara satu sama lain. Umar bin Khattab yang tidak tahan melihat keadaan beliau langsung bertanya setelah selesai sholat.

"Ya Rasulullah, kami melihat seolah-olah tuan menanggung penderitaan yang amat berat, Apakah anda sakit Ya Rasulullah?"

Jawab beliau :"tidak Ya Umar, Alhamdulillah saya sehat dan segar".

"Ya Rasulullah, mengapa setiap kali baginda menggerakkan tubuh, kami mendengar seolah-olah sendi bergesekan di tubuh Anda?"

"Kami yakin, Anda sedang sakit", desak Umar penuh cemas.

Akhirnya Rasulullah mengangkat jubahnya. Para sahabat amat terkejut. Perut baginda yang kempis, kelihatan dililiti sehelai kain yang berisi batu kerikil, buat menahan rasa lapar. Batu kerikil itulah yang menimbulkan bunyi-bunyi halus setiap kali beliau bergerak.

"Ya Rasulullah, adakah bila baginda menyatakan lapar dan tidak punya makanan, kami tidak akan memberikannya untuk Baginda?"

Lalu beliau menjawab dengan lembut dan senyum,"tidak paflra sahabatku. Saya tahu, apa pun akan kalian korbankan demi Rasulmu. Tetapi apakah yang akan saya jawab di hadapan Allah nanti, apabila saya sebagai pemimpin, menjadi beban kepada umatnya? Biarlah kelaparan ini sebagai hadiah Allah untukku, agar umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia ini lebih-lebih lagi tiada yang kelaparan di aKhirat kelak." Jawab Rasul

Subhanallah... 😭😭

Betapa cintanya beliau kepada umatnya... Sedang cinta kita pada beliau?? Apakah kita sering mengingat beliau? Apakah kita sering membaca sholawat untuk beliau? Apakah akhlak Rasulullah yang lembut, santun, pemaaf, ikhlas, dan tawadhu' telah kita teladani?....

Mari kita renungkan kembali... Kita jadikan introspeksi diri?
Apakah kita benar-benar mencintai Rasulullah atau sekedar omongan saja?....

0 komentar:

JIKA BISA MENJADI ORANG YANG TIDAK TERKENAL, ITU LEBIH BAIK...


Renungan Malam....
○○○○○○○○○○○○○○○○○○○

Malam yang senyap. Tak ada suara kecuali desiran angin yang bergesek dedaunan. Atau berdesir meniup debu-debu pasir. Atau menyiul dari tiupan mulut mereka yang terlelap.

Di waktu ini, banyak kisah para salaf (orang shalih terdahulu) yang bermunajad memuja Rabb mereka, Allah SWT. Tetesan air mata sebagai pengiring kalimat do'a.

Ada pula yang berderma (shadaqah) tanpa berharap satu pun lirik mata.
Mereka lebih senang TAK DIKENAL & TAK DISANJUNG. Walaupun mereka pemilik amalan yang agung.

Berbeda dengan khalayak masa kini. Bekerja dalam diam dinilai tidak berkontribusi. POPULARITAS merupakan sebuah harga. Penghargaan dan penghormatan adalah kebanggaan. Pujian adalah harapan.

Salah seorang ULAMA' BESAR generasi Tabiut Tabi’in, Abdullah bin al-Mubarak rahimahullah, mengatakan, "Tidak dikenal dan tidak disanjung adalah (kebahagiaan dlm) kehidupan. Menjadi biasa di mata manusia adalah harapan".

Salah seorang murid beliau, Hasan bin Rabi’, rahimahullah bercerita, “Suatu hari, aku bersama Syaikh Ibnul Mubarak rahimahullah menuju tempat minum umum. Orang-orang (mengantri) minum dari tempat tersebut. Lalu Ibnul Mubarak mendekat ke tempat peminuman umum itu dan tidak ada orang yang mengenalinya. Mereka memepet-mepet bahkan mendorong dorongnya.

Ketika keluar dari desak-desakan tersebut, Ibnul Mubarak berkata, "Yang seperti inilah baru namanya (kebahagiaan) hidup. Yaitu ketika orang tidak mengenalmu dan tidak mengagung-agungkanmu’.” (Shifatu Shafwah, 4/135).
Mungkin kita adalah seorang aktivis yang sangat dihargai di rantau. Menjadi pembicara di mimbar dan memimpin jama'ah shalat. Mewakili universitas atau bahkan delegasi negara.

Namun saat kita pulang, kita dianggap biasa-biasa saja. Tidak memiliki keistimewaan di masyarakat. Maka nikmatilah keadaan tersebut. Karena itulah hakikat hidup.

Suatu saat Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu keluar dari rumahnya. Lalu orang-orang mengikutinya. Lalu beliau bertanya, “Apakah kalian ada keperluan?” Mereka menjawab, “Tidak ada. Kami hanya ingin berjalan bersamamu”. Ibnu Mas’ud menegur mereka, “Pulanglah (jangan ikuti aku). Yang demikian itu kehinaan bagi yang mengikuti dan fitnah (ujian ketenaran) bagi yang diikuti”. (Shifatu Shafwah, 1/406).

Diikuti mass (ummat) dan 'ditempeli' teman kesana kemari dapat mengeraskan hati. Hal itu akan membuat manusia bisa merasa bernilai luar biasa, padahal di sisi Allah dia bukanlah siapa-siapa.

Tidak penting berobsesi menjadi terkenal karena ilmu dan amal. JIKA BISA KITA MEMILIKI PERANAN DAN TIDAK DIKENAL, maka itu lebih bernilai.

Bukanlah manusia tempat kita berharap balasan. Akan tetapi hanya apa yang ada di sisi Allah ﷻ lah yang terbaik.

Mari terus beramal. Walau kita TIDAK DIKENAL.

Wakafaa billaahi syahiida...Cukuplah Allah yg menjadi saksi amal kita. Wallaahu a'lam bish shawaab.

Sumber:
– al-Jalil, Abdul Aziz bin Nashir. 1994. Aina Nahnu min Akhlaq as-Salaf. Riyadh: Dar at-Thayyibah.

0 komentar:

Hebatnya para Ibu


JIKA SUATU SAAT NANTI KAU JADI IBU..
🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾

Jadilah seperti Nuwair binti Malik (Radhiyallahu 'Anha) yang berhasil menumbuhkan kepercayaan diri dan mengembangkan potensi anaknya..
Saat itu sang anak masih remaja. Usianya baru 13 tahun..

Ia datang membawa pedang yang panjangnya melebihi panjang tubuhnya, untuk ikut perang badar.

Rasulullah (Shallallahu 'Alayhi wa'ala-Aalihi wa-Sallam) tidak mengabulkan keinginan remaja itu. Ia kembali kepada ibunya dengan hati sedih.

Namun sang ibu mampu meyakinkannya untuk bisa berbakti kepada Islam dan melayani Rasulullah (Shallallahu 'Alayhi wa'ala-Aalihi wa-Sallam) dengan potensinya yang lain..

Tak lama kemudian ia diterima Rasulullah (Shallallahu 'Alayhi wa'ala-Aalihi wa-Sallam) karena kecerdasannya, kepandaiannya menulis dan menghafal Qur’an..
Beberapa tahun berikutnya, ia terkenal sebagai sekretaris pencatat wahyu..
Karena ibu, namanya akrab di telinga kita hingga kini: 

👉Zaid bin Tsabit (Radhiyallahu 'Anhu)..

☆☆☆

🌾Jika suatu saat nanti kau jadi ibu..
jadilah seperti Shafiyyah binti Maimunah (Rahimahallah) yang rela menggendong anaknya yang masih balita ke masjid untuk shalat Subuh berjamaah..

Keteladanan dan kesungguhan Shafiyyah mampu membentuk karakter anaknya untuk taat beribadah, gemar ke masjid dan mencintai ilmu..
Kelak, ia tumbuh menjadi jajaran Ulama Hadits dan Imam Madzhab.
Ia tidak lain adalah
👉Imam Ahmad bin Hanbal (Rahimahullah)..

☆☆

🌾Jika suatu saat nanti kau jadi ibu..
Jadilah ibu yang terus mendoakan anaknya .
Seperti Ummu Habibah (Rahimahallah)..

Sejak anaknya kecil, ibu ini terus mendoakan anaknya..
Ketika sang anak berusia 14 tahun dan berpamitan untuk merantau mencari ilmu, ia berdoa di depan anaknya,
“Ya Allah Tuhan yang menguasai seluruh alam! Anakku ini akan meninggalkan aku untuk berjalan jauh, menuju keridhaan-Mu..

Aku rela melepaskannya untuk menuntut ilmu peninggalan Rasul-Mu.. Oleh karena itu aku bermohon kepada-Mu ya Allah, permudahlah urusannya..
Peliharalah keselamatannya, panjangkanlah umurnya agar aku dapat melihat sepulangnya nanti dengan dada yang penuh dengan ilmu yang berguna, aamiin!”..

Doa-doa itu tidak sia-sia. Muhammad bin Idris, nama anak itu, tumbuh menjadi ulama besar. Kita mungkin tak akrab dengan nama aslinya, tapi kita pasti mengenal nama besarnya:
👉Imam Syafi’i (Rahimahullah)..

🍄🍄🌰🌰🌳🌳🌳

🌾Jika suatu saat nanti kau jadi ibu..
Jadilah ibu yang menyemangati anaknya untuk menggapai cita-cita. Seperti ibunya 'Abdurrahman..

Sejak kecil ia menanamkan cita-cita ke dalam dada anaknya untuk menjadi Imam Masjidil Haram, dan ia pula yang menyemangati anaknya untuk mencapai cita-cita itu..

“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah menghafal Kitabullah, kamu adalah Imam Masjidil Haram…”, katanya memotivasi sang anak..

“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah, kamu adalah imam Masjidil Haram…”, 

Sang Ibu tak bosan-bosannya mengingatkan..
Hingga akhirnya 'Abdurrahman benar-benar menjadi Imam Masjidil Haram dan termasuk deretan Ulama berkelas dunia yang disegani..

Kita pasti sering mendengar Murattal-nya diputar di Indonesia, karena setelah menjadi ulama, anak itu terkenal dengan nama:
👉'Abdurrahman As-Sudais (Hafizhahullahu ta'ala)..

🌼🌼🌼

Maa syaa'aAllaah.. 🌹
Rabbanaa hablanaa min azwaajinaa wa min-dzuriyyatinaa Qurrata a'yun waj-'alnaa lil-Muttaqiinaa Imaamaa..
Aamiiin Allaahummay Aamiiin..
✒Dan masih banyak lagi kisah tentangnya...ya tentang ibu yg dari pangkuannya lahir generasi emas islam...
Tentu mereka bukan masa kita, tapi tentu dengan pasti kita bisa meneladani mereka....Insya Allah biidznillah...
😊😊😊

0 komentar:

Saudaraku


Tahukah engkau dimana ia bersemayam?
Dialah saudaramu... kemana ia melangkah?
Sanggupkah matamu memandangnya?
Sedang matanya tak sanggup menatapmu

Saudaramu hidup laksana sejarah
Berjalan beriringan mengikuti langkah
Tanpa bahasa yang dapat menyapa
Bercucur air mata jika bersua

Jika bumi menghimpitnya
Hanya hatimu tempat mengadu
Engkau bermurah hati tanpa pamrih
Memupus duka nestapa yang dia derita
Engkau memikul beban berat tanggungannya
Ketika letih pilu merasuk kedua belah bahunya

Masih berfikir untuk pergi???
Sedangkan Allah begitu banyak memberikan gambaran indahnya kita bersatu

Jika bumi menghimpitnya
Hanya hatimu tempat mengadu
Engkau selimutkan tirai disekujur tubuhnya

Ketika syaithan datang memperdaya
Engkau tersenyum bangga dengan ranum bak buah yang merah

Engkau bahagia pula dengan kesuburan
Ladang dunia saudaramu

Jika bumi menghimpitnya
Hanya hatimu tempat mengadu

وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ ۚ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.

By:
Mba Iin, ketua ODOJ 2012

0 komentar:

Kisah Abu Hurairah R.A, yaitu Bapaknya para Kucing

Sahabat nabi saw adalah insan yang paling mulia selepas nabi kerana pengorbanannya dalam membantu berjuang bersama nabi saw, jasa mereka tidak mampu dibayar melainkan jannah Allah swt. Firman Allah swt dalam Quran:
Dan orang-orang yang terdahulu – yang mula-mula (berhijrah dan memberi bantuan) dari orang-orang “Muhajirin” dan “Ansar”, dan orang-orang yang menurut (jejak langkah) mereka dengan kebaikan (iman dan taat), Allah reda akan mereka dan mereka pula reda akan Dia, serta Ia menyediakan untuk mereka Syurga-syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; itulah kemenangan yang besar." (At-Taubah ayat: 100) 
Tafsir Ibnu Katsier :
Allah Swt memberitahu tentang redha-Nya kepada orang-orang yang terdahulu dan yang pertama-tama masuk islam dari golongan Muhajirin dan Ansar, serta orang-orang yang mengikuti jejak mereka dengan sebaik- baiknya. Bagi mereka itu semuanya Allah menyediakan kehidupan di surga dengan segala nikmat dan kebahagiaannya.
Beserta dengan ini marilah bersama mengenal mereka dengan mengungkap kisah sahabat ra pada minngu ini mengenai kisah Abu Hurairah ra, yaitu Bapaknya para Kucing.

Tokoh kita ini biasanya berpuasa sunah tiga hari setiap awal bulan Qamariah (bulan Arab dalam peninggalan Hijri), mengisi malam harinya dengan membaca Al-Quran dan solat tahajud. Akrab dengan kemiskinan, beliau sering mengikatkan batu ke perutnya, bagi menahan lapar. Dalam sejarah beliau dikenal sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadith. Dialah Bapaknya para Kucing (Abu Hurairah), begitu orang mengenalnya.
Kenapa beliau dikenal sebagai “Bapak Kucing”? Di waktu jahiliyah namanya dulu Abdu Syamsi ibn Shakhr Ad-Dausi, dan tatkala beliau memeluk Islam, beliau diberi nama oleh Rasul saw dengan Abdurrahman. beliau sangat penyayang kepada binatang dan mempunyai seekor kucing, yang selalu diberinya makan, digendongnya, dibersihkannya dan diberinya tempat. Kucing itu selalu menyertainya seolah-olah bayang bayangnya. Inilah sebabnya beliau digelar sebagai “Bapaknya para Kucing”.
Penghafal Hadits Terbesar Sepanjang Masa
Shahabat mulia Abu Hurairah adalah seorang perawi agung yang paling banyak meriwayatkan hadith. Dia mempunyai bakat yang luar biasa dalam kemampuan dan kekuatan ingatan. Abu Hurairah r.a. mempunyai kelebihan dalam seni menghafal apa yang didengarinya, ingatannya mempunyai keistimewaan dalam segi menghafal dan menyimpan. Didengarnya, lalu terpatri dalam ingatannya, hampir tidak pernah beliau melupakan satu kata atau satu huruf pun dari apa yang telah didengarnya, sekalipun usia bertambah dan masa saling berganti. Oleh karena itulah, beliau telah mewakafkan hidupnya untuk lebih banyak mendampingi Rasulullah saw sehingga termasuk antara sahabat yang terbanyak menerima dan menghafal Hadith, serta meriwayatkannya.
Sewaktu datang zaman pemalsuan hadith yang dengan sengaja masyarakat membuat hadith-hadith palsu, seolah-olah ianya berasal dari Rasulullah saw. Mereka memperalat nama Abu Hurairah dan menyalahgunakan keterangannya dalam meriwayatkan Hadith dari Nabi saw, hingga sering kali mereka mengeluarkan sebuah “hadith”, dengan menggunakan kata-kata: — “Berkata Abu Hurairah… ”
Dengan perbuatan ini hampir-hampir mereka menyebabkan keterangan Abu Hurairah dan kedudukannya selaku penyampai Hadith dari Nabi saw menjadikan ianya satu keraguan dan tanda tanya, kalaulah tidak ada usaha dengan susah payah dan ketekunan yang luar biasa, serta banyak waktu yang telah di habiskan oleh tokoh-tokoh utama para ulama Hadith yang telah membaktikan hidup mereka untuk berkhidmat kepada Hadith Nabi dan menyingkirkan setiap tambahan yang dimasukkan ke dalamnya.
Di sana Abu Hurairah berhasil meloloskan diri dari jaringan kepalsuan dan penambahan yang sengaja hendak diselundupkan oleh kaum perusak ke dalam Islam, dengan mengkambinghitamkan Abu Hurairah dan membebankan dosa dan kejahatan mereka kepadanya.
Beliau adalah salah seorang yang menerima pantulan revolusi Islam, dengan segala perubahan yang mengkagumkan yang telah diciptakan. Dari seorang hamba upahan menjadi perawi hadith agung.
Dari seorang yang teronta-ronta di tengah-tengah lautan manusia, menjadi imam dan panutan. Dan dari seorang yang sujud di hadapan batu-batu yang disusun, menjadi orang yang beriman kepada Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. Inilah Abu Hurairah ra sekarang bercerita dan berkata: “Aku dibesarkan dalam keadaan yatim, dan pergi hijrah dalam keadaan miskin. Aku menerima upah sebagai pembantu pada Busrah binti Ghazwan demi untuk mengisi perutku! Akulah yang melayani keluarga itu bila mereka sedang menetap dan menuntun binatang tunggangannya bila sedang bepergian. Sekarang inilah aku, Allah telah menikahkanku dengan putri Busrah, maka segala puji bagi Allah yang telah menjadikan Agama ini tiang penegak, dan menjadikan Abu Hurairah panutan ummat.!”
Islamnya Abu Hurairah
Jika dibandingkan Nabi saw, umurnya lebih muda sekitar 30 tahun. Dia lahir di Daus, sebuah desa miskin di padang pasir Yaman. Hidup di tengah kabilah Azad, beliau sudah yatim semenjak kecil, yang membantu ibunya menjadi penggembala kambing.
Abu Hurairah ra datang kepada Nabi saw di tahun yang ke tujuh Hijrah sewaktu beliau berada di Khaibar, beliau memeluk Islam karana dorongan kecintaan dan kerinduannya terhadap Islam. Dan semenjak beliau bertemu dengan Nabi Saw; dan berbai’at kepadanya, hampir-hampir beliau tidak pernah berpisah daripada nabi kecuali pada ketika waktu tidur. Begitulah berjalan selama masa empat tahun yang dilaluinya bersama Rasulullah saw yakni sejak beliau memeluk agama islam hingga wafatnya Nabi, pergi jauh disisi Yang Maha Tinggi. Kita katakan: “Waktu yang empat tahun itu tak ubahnya bagai suatu usia manusia yang panjang lebar, penuh dengan segala yang baik, dari perkataan, sampai kepada perbuatan dan pendengaran!’
Dengan fitrahnya yang kuat, Abu Hurairah mendapat kesempatan yang besar yang memungkinkannya untuk memainkan peranan yang penting dalam berbakti kepada Agama.
Ketika itu pahlawan perang dikalangan sahabat amat banyak walhal ahli feqah, juru da’wah dan para guru amat sedikit. Tetapi lingkungan dalam masyarakat ketika itu amat memerlukan tulisan dari penulis. Di masa itu golongan manusia pada umumnya bukan hanya terbatas pada bangsa Arab saja bahkan termasuk juga benua eropah tidak mampu menulis. Dan tulisan itu belum Lagi merupakan bukti kemajuan terhadap masyarakat dikala itu.
Walaupun Abu Hurairah bukanlah seorang penulis, beliau hanya seorang ahli hafal yang mahir, di samping memiliki kesempatan atau mampu mengadakan kesempatan yang diperlukan itu, karena ia tak punya tanah yang akan digarap, dan tidak punya perniagaan yang akan diurus.
Beliau menyadari bahwa dirinya termasuk orang yang terakhir masuk Islam, maka ia bertekad untuk mengejar ketinggalannya, dengan cara mengikuti Rasul terus menerus dan secara tetap menyertai majlisnya. Kemudian disadarinya pula adanya bakat pemberian Allah ini pada dirinya, berupa daya ingatannya yang luas dan kuat, serta semakin bertambah kuat, tajam dan luas lagi dengan do’a Rasul, agar pemilik bakat ini diberi Allah berkat.
Beliau telah menyiapkan dirinya dan menggunakan bakat dan kemampuan yang kurnia Ilahi untuk memikul tanggung jawab dan memelihara peninggalan yang sangat penting ini dan mewariskannya kepada generasi kemudian.
Abu Hurairah bukan tegolong dalam barisan penulis, tetapi sebagaimana telah kita utarakan, beliau adalah seorang yang beketerampilan dalam bidang hafalan dengan mempunyai daya ingatan yang kuat. Karana beliau juga tidak punyai tanah yang akan diushakan atau perniagaan yang akan disibukkan, ini telah memberikan peluang untuknya berdamping dengan nabi saw, baik dalam perjalanan mahupun dikala menetap.
Begitulah beliau mempermahir dirinya dengan ketajaman daya ingatnya untuk menghafal Hadith-hadith Rasulullah saw. Sewaktu Rasul telah pulang ke Rafikul’Ala (wafat), Abu Hurairah terus-menerus menyampaikan hadith, yang menyebabkan sebahgian sahabatnya merasa hairan sambil tertanya-tanya di dalam hati, dari mana datangnya hadith-hadith ini.
Abu Hurairah telah memberikan penjelasan untuk menghilangkan rasa kecurigaan dan keraguan kepada sahabat lain, beliau berkata: “Tuan-tuan telah mengatakan bahwa Abu Hurairah banyak sekali mengeluarkan hadith dari Nabi saw. Dan tuan-tuan katakan pula orang-orang Muhajirin yang lebih dahulu daripadanya masuk Islam, tidak ada menceritakan hadith itu? Ketahuilah, bahwa sekalian sahabatku orang-orang Muhajirin itu, mereka sibuk dengan perdagangan mereka di pasar-pasar, sedang sahabat-sahabatku dari orang Anshar sibuk degan tanah pertanian mereka. Sedang aku adalah seorang miskin, yang paling banyak menyertai majlis Rasulullah, maka aku hadir sewaktu yang lain tidak. Dan aku tahu seandainya mereka lupa adalah karena kesibukan mereka.
Dan Nabi saw pernah berbicara kepada kami di suatu hari, berkata beliau: “Siapa yang membentangkan serbannya hingga selesai ucapanku, kemudian dia mengambil serban ke dirinya, maka ia tidak akan terlupa dedikitpun dari apa yang telah didengarnya dari padaku!”
Maka kuhamparkan kainku, lalu beliau berbicara kepadaku, kemudian kuraih kain itu ke diriku, dan demi Allah, tak ada suatu pun yang terlupa bagiku dari apa yang telah kudengari daripadanya! Demi Allah kalau tidaklah karana adanya ayat di dalam Kitabullah nescaya tidak akan kukabarkan kepada kalian sedikitpun melainkan! Ayat itu ialah:
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa-apa yang telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan dan petunjuk, sesudah Kami nyatakan kepada manusia di dalam Kitab mereka itulah yang dikutuk oleh Allah dan dikutuk oleh para pengutuk (Malaikat-malaikat) !”
Demikianlah Abu Hurairah menjelaskan rahasia kenapa hanya ia seorang diri yang banyak mengeluarkan riwayat dari Rasulullah saw. Yang pertama: karena ia melowongkan waktu untuk menyertai Nabi lebih banyak dari para shahabat lainnya.
Kedua, karena ia memiliki daya ingatan yang kuat, yang telah diberi berkat oleh Rasul, hingga ia jadi semakin kuat. Ketiga, ia menceritakannya bukan karena ia gemar bercerita, tetapi karena keyakinan bahwa menyebarluaskan hadits-hadits ini, merupakan tanggung jawabnya terhadap Agama dan hidupnya. Kalau tidak dilakukannya berarti ia menyembunyikan kebaikan dan haq, dan termasuk orang yang lalai yang sudah tentu akan menerima hukuman kelalaiannya!
Oleh sebab itulah ia harus saja memberitakan, tidak suatupun yang boleh menghalanginya dan tidak jua seorangpun boleh melarangnya, hingga pada suatu hari Amirul Mu’minin Umar berkata kepadanya: “Hendaklah kamu hentikan menyampaikan berita dari Rasulullah! kalau tidak, akan kukembalikan kau ke tanah Daus. !” (yaitu tanah kaum dan keluarganya).
Tetapi larangan ini tidaklah mengundang suatu tuduhan bagi Abu Hurairah, hanyalah sebagai pengukuhan dari suatu pandangan saja oleh Umar, yaitu agar orang-orang Islam dalam jangka waktu tersebut, tidak membaca dan menghafalkan yang lain, kecuali Al-Quran hingga ia melekat dan mantap dalam hati sanubari dan fikiran.
Kerana Al-Quran adalah kitab suci Islam, Undang-undang Dasar dan risalah lengkap dan terlalu banyak mnceritakan tentang Rasulullah saw yang teristimewa. Tambahan lagi sewaktu wafatnya baginda Nabi saw, saat baru tercetusnya usaha menghimpunkan Al-Quran, maka ditakuti jika dihafal hadith pada ketika itu ianya akan mengundang campur aduk terhadap hadith dan quran!
Oleh karena ini, Umar berpesan: “Sibukkanlah dirimu dengan Al-Quran karena dia adalah kalam Allah.” Dan katanya lagi: “Kurangilah olehmu meriwayatkan perihal Rasulullah kecuali yang mengenai amal perbuatannya!”
Dan sewaktu beliau mngutus Abu Musa al-Asy’ari ke Irak beliau berpesan kepadanya: “Sesungguhnya anda akan mendatangi suatu kaum yang dalam mesjid mereka terdengar bacaan Al-Quran seperti suara lebah. maka biarkanlah seperti itu dan jangan anda bimbangkan mereka dengan hadith-hadith, dan aku menjadi pendukung anda dalam hal ini!”
Al-Qur’an sudah dihimpun dengan jalan yang sangat cermat, hingga terjamin keasliannya tanpa dirembesi oleh hal-hal lainnya. Adapun hadits, maka Umar tidak dapat menjamin bebasnya dari pemalsuan atau perubahan atau diambilnya sebagai alat untuk mengada-ada terhadap Rasulullah SAW dan merugikan Agama Islam.
Abu Hurairah menghargai pandangan Umar, tetapi beliau juga percaya terhadap dirinya dan teguh memenuhi amanat, hingga beliau tak mahu menyembunyikan suatu pun dari Hadits dan ilmu selama diyakininya bahwa menyembunyikannya adalah dosa dan kejahatan.
Demikianlah, setiap ada kesempatan untuk menumpahkan isi dadanya berupa Hadith yang pernah didengar dan ditangkapnya tetap jua disampaikan dan dikatakannya.
Hanya terdapat pula suatu hal yang merisaukan, yang menimbulkan kesulitan bagi Abu Hurairah ini, karena sering kali beliau berucap berkenaan Haditsnya maka akan adanya tukang hadits yang lain yang akan menyebarkan Hadits-hadits dari Rasul saw dengan menambah-nambah dan melebih-lebihkan hingga para sahabat merasa sulit terhadap sebahgian besar dari Hadith-hadithnya. Orang yang sering berbuat demikian adalah Ka’ab al-Ahbaar, seorang Yahudi yang masuk Islam.
Pada suatu hari Marwan bin Hakam bermaksud menguji kemampuan menghafal dari Abu Hurairah. Maka dipanggilnya beliau dan dibawanya duduk bersamanya, lalu dimintanya untuk mengkabarkan hadith-hadith dari Rasulullah saw. Sementara itu disuruhnya penulisnya menuliskan apa yang diceritakan Abu Hurairah dari balik dinding. Sesudah berlalu satu tahun, dipanggilnya Abu Hurairah kembali dan dimintanya membacakan sekali lagi Hadith-hadith tersebut yang telah ditulis sekretarinya. Ternyata tak ada yang terlupa oleh Abu Hurairah walau sepatah kata pun!
beliau berkata tentang dirinya, — “Tak ada seorang pun dari sahabat-sahabat Rasul yang lebih banyak menghafal Hadith dari padaku, kecuali Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash, karena beliau pandai menuliskan sedangkan aku tidak.” Dan Imam Syafi’i mengemukakan pula pendapatnya tentang Abu Hurairah: — “beliau seorang yang paling banyak menghafal di antara seluruh perawi Hadith yang sesamanya.” Sementara Imam Bukhari menyatakan pula: –“Ada delapan ratus orang atau lebih dari shahabat tabi’in dan ahli ilmu yang meriwayatkan Hadits dari Abu Hurairah.”
Demikianlah Abu Hurairah ra tidak ubah bagai suatu perpustakaan besar yang telah ditaqdirkan kebijaksanaannya dan keabadiannya bagi menyampaikan risalah dari baginda nabi rasulullah saw.

0 komentar:

Hati yang Jernih


Kiriman Dr Hidayat Nur Wahid:
Alangkah bahagianya diriku. saya mendapatkan kiriman dari seorang sahabat nun jauh di sana. Seorang sahabat yang sekarang sedang sibuk menjadi menteri urusan Islam di negaranya. Namun, kesibukannya tidak menjadikannya lupa kepada diriku yang jauh darinya di sini. Tidak lupa untuk memberi nasihat yang sangat luar biasa ini. Saya pun meneruskan nasihatnya, agar diri yang lemah ini pun mendapatkan bagian dari kebaikan meneruskan nasihat kebaikan. 
Selamat menyimak, semoga bermanfaat…

عِبَادَةٌ غَالِيَةٌ عِنْدَ اللهِ، قَلِيْلَةُ الْوُجُوْدِ بَيْنَ النَّاسِ .. 


Ibadah yang sangat bernilai di sisi Allah SWT, sayangnya, keberadaannya ditengah manusia sangat sedikit

(هِيَ صَفَاءُ الْقَلْبِ) 

Yaitu: Hati yang Jernih


- قَالَ بَعْضُهُمْ: كُلَّمَا مَرَرْتُ عَلَى بَيْتِ مُسْلِمٍ مَشِيْدٍ دَعَوْتُ لَهُ بِالْبَرَكَةِ !؟ 


Sebagian mereka berkata: “Setiap kali saya melewati rumah megah milik seorang muslim, saya berdo’a, semoga Allah SWT memberkahinya?!”.


- وَقَالَ بَعْضُهُمْ: كُلَّمَا رَأَيْتُ نِعْمَةً عَلَى مُسْلِمٍ (سَيَّارَةً، مَشْرُوْعًا، مَصْنَعًا، زَوْجَةً صَالِحَةً، ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ...) قُلْتُ: اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُ مُعِيْنًا لَهُ عَلَى طَاعَتِكَ وَبَارَكَ لَهُ فِيْهَا ! 


Sebagiannya lagi berkata: “Setiap kali saya melihat satu kenikmatan pada seorang muslim (mobil, proyek, pabrik, istri shalihah, anak keturunan yang baik), saya berkata: ‘ya Allah..jadikanlah kenikmatan itu penolong baginya untuk taat kepada-Mu, dan berikanlah keberkahan kepadanya’”!


- وَقَالَ آخَرُ: كُلَّمَا رَأَيْتُ مُسْلِمًا يَمْشِيْ مَعَ زَوْجَتِهِ، دَعَوْتُ اللهَ أَنْ يُؤَلِّفَ بَيْنَ قَلْبَيْهِمَا عَلَى طَاعَتِهِ. 


Ada juga yang berkata: “Setiap kali saya melihat seorang muslim berjalan bersama istrinya, aku berdo’a kepada Allah, semoga Allah SWT menyatukan hati keduanya dalam rangkan taat kepada Allah SWT”.


وَقَالَ بَعْضُهُمْ: كُلَّمَا مَرَرْتُ عَلَى عَاصِيْ، دَعَوْتُ لَهُ بِالْهِدَايَةِ. 


Ada lagi yang berkata: “Setiap kali saya bertemu pelaku maksiat, aku berdo’a, semoga Allah SWT memberikan hidayah kepadanya”.


وَآخَرُ يَقُوْلُ: أَنَا أَدْعُو اللهَ أَنْ يَهْدِيَ قُلُوْبَ النَّاسِ أَجْمَعِيْنَ، فَتُعْتَقُ رِقَابُهُمْ، وَتُحْرَمُ وُجُوْهُهُمْ عَلَى النَّارِ. 


Yang satu ini berkata: “Saya selalu berdo’a, semoga Allah SWT memberikan hidayah kepada hati manusia seluruhnya, lalu leher mereka terbebas dari belenggu dan wajah mereka terhindar dari neraka”.


وَقَالَ آخَرُ: عِنْدَ نَوْمِيْ أَقُوْلُ: يَا رَبِّ، مَنْ ظَلَمَنِيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ فَقَدْ عَفَوْتُ عَنْهُ، فَاعْفُ عَنْهُ، فَأَنَا أَقَلُّ مِنْ أَنْ يُعَذَّبَ مُسْلِمٌ بِسَبَبِيْ فِي النَّارِ .. 


Yang ini lain lagi perkataannya: “Setiap kali mau tidur, aku berkata: ‘ya Allah Rabb-ku, siapapun kaum muslimin yang menzhalimi diriku, sesungguhnya aku telah memaafkannya, oleh karena itu, maafkanlah dia, sebab, saya terlalu hina untuk menjadi sebab seorang muslim tersiksa di neraka gara-gara aku’”.


قُلُوْبٌ صَافِيَةٌ مَا أَحْوَجَنَا إِلَى مِثْلِهَا !! 


Semua itu adalah hati-hati yang jernih, alangkah perlunya kita kepada hati-hati semisal ini!!


اَللَّهُمَّ لَا تَحْرِمْنَا مِنْهَا، فَإِنَّ الْقُلُوْبَ الصَّافِيَةَ سَبَبٌ فِيْ دُخُوْلِنَا الْجَنَّةَ .. 


Ya Allah..jangan halangi kami untuk memiliki hati seperti ini, sebab, hati yang jernih adalah penyebab kami masuk surga.


ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟْﺤَﺴَﻦُ ﺍﻟْﺒَﺼْﺮِﻱُّ ﻳَﺪْﻋُﻮْ ﺫَﺍﺕَ ﻟَﻴْﻠَﺔٍ وَيَقُوْلُ: ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ اﻋْﻒُ عَمَّنْ ﻇَﻠَﻤَﻨِﻲْ .. ﻓَﺄَﻛْﺜَﺮَ ﻓِﻲْ ﺫَﻟِﻚَ! 


Pada suatu malam, al-Hasan al-Bashri berdo’a: “Ya Allah, berikanlah permaafan kepada siapa saja yang menzhalimi diriku”… dan ia terus menerus berdo’a demikian!


ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻟَﻪُ ﺭَﺟُﻞٌ: ﻳَﺎ ﺃَﺑَﺎ ﺳَﻌِﻴْﺪٍ ... ﻟَﻘَﺪْ ﺳَﻤِﻌْﺘُﻚَ اللَّيْلَةَ ﺗَﺪْﻋُﻮْ ﻟِﻤَﻦْ ﻇَﻠَﻤَﻚَ، ﺣَﺘَّﻰ ﺗَﻤَﻨَّﻴْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃَﻛُﻮْﻥَ ﻓِﻴْﻤَﻦْ ﻇَﻠَﻤَﻚَ. فَمَا ﺩَﻋَﺎﻙَ ﺇِﻟَﻰ ﺫَﻟِﻚَ؟ 


Maka seorang lelaki berkata: “Wahai Abu Sai’d .. sungguh, tadi malam, aku telah mendengar engkau mendo’akan baik orang yang menzhalimimu, sehingga saya berangan-angan, kalau saja aku termasuk yang menzhalimi dirimu, apa sih yang membuat engkau berbuat demikian?


ﻗَﺎﻝَ: ﻗَﻮْﻟُﻪُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ : {ﻓَﻤَﻦْ ﻋَﻔَﺎ ﻭَﺃَﺻْﻠَﺢَ ﻓَﺄَﺟْﺮُﻩُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ} [الشورى: 40]


Al-Hasan menjawab: “adalah firman Allah SWT: ‘tetapi, barang siapa memaafkan dan berbuat baik (kepada yang berbuat jahat kepadanya), maka pahalanya dari Allah’”. (Q.S. asy-Syura: 40).


ﺇِﻧَّﻬَﺎ ﻗُﻠُﻮْﺏٌ ﺃَﺻْﻠَﺤَﻬَﺎ ﻭَﺭَﺑَّﺎﻫَﺎ الْمُرَبُّوْنَ وَالْمُرْشِدُوْنَ بِالْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ، فَهَنِيْئًا لَهَا الْجَنَّةَ. 


Sungguh, itu semua adalah hati yang menjadi shalih dan telah dibina oleh para murabbi dan para mursyid dengan berlandaskan Al-Qur’an dan as-Sunnah, maka.. selamat atas surge yang didapatkannya


لَا تَحْزَنْ عَلَى طِيْبَتِكَ؛ فَإِنْ لَمْ يُوْجَدْ فِي الْأَرْضِ مَنْ يُقَدِّرُهَا؛ فَفِي السَّمَاءِ مَنْ يُبَارِكُهَا. 


Janganlah engkau bersedih meratapi kebaikanmu, sebab, jika di dunia ini tidak ada yang menghargainya, yakinlah bahwa di langit ada yang memberkahinya.


حَيَاتُنَا كَالْوُرُوْدِ، فِيْهَا مِنَ الْجَمَالِ مَا يُسْعِدُنَا، وَفِيْهَا مِنَ الشَّوْكِ مَا يُؤْلِمُنَا. 


Hidup kita ini bagai bunga mawar; padanya terdapat keindahan yang membuat kita berbahagia, namun, padanya pula terdapat duri yang menyakiti kita.


مَا كَانَ لَكَ سَيَأْتِيْكَ رَغْمَ ضَعْفِكَ!! وَمَا لَيْسَ لَكَ لَنْ تَنَالَهُ بِقُوَّتِكَ!! 


Apa saja yang telah (ditakdirkan) menjadi milikmu, akan datang kepadamu, meskipun engkau begitu lemah.

Dan apa saja yang telah (ditakdirkan) bukan menjadi milikmu, engkau tidak akan mendapatkannya dengan kekuatanmu!!

اَلْحَمْدُ للهِ عَلَى نِعَمِهِ وَفَضْلِهِ وَإِحْسَانِهِ.. 


Segala puji bagi Allah atas segala limpahan nikmat, karunia dan kebaikan-Nya..


أَسْعَدَ اللهُ أَيَّامَكُمْ بِكُلِّ خَيْرٍ وَبَرَكَةٍ 


Semoga Allah SWT menjadikan hari-hari kita penuh bahagia dengan segala kebaikan dan keberkahan... Aamiin YRA

0 komentar: