Persiapan Ruhyah Pra Nikah

 Segala puji milik Allah Rabb semesta alam. Shalawat dan salam mari kita haturkan buat junjungan kita, Habibullah, nabi Muhammad SAW, kepada para Istri, keluarga, sahabat, tabi’in, tabiut tabi’in dan orang –orang yang senantiasa mengikuti ajaran beliau hingga hari kiamat
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, aku mengesakanNya dan tidak mempersekutukanNya.

Ukhtyfillah…. Kita cermati sejenak sebuah hadits dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihiwassalam :
"Barangsiapa yang telah memiliki kemampuan (menikah) maka menikahlah, karena menikah lebih menjaga pandangan dan memelihara kemaluan". (HR. Bukhari dalam kitab annikah)

Siapa yaa disini yang udah siap menikah?

Saya yakin ukhtyna disini udah pada siap yaa untuk menikah, oke… disaat seseorang menyatakan siap untuk menikah ada hal-hal yang harus diperhatikan dan dipahami serta dipersiapkan secara matang. Ada hal-hal yang urgent yang perlu diperhatikan.

Ketika seseorang hendak memasuki gerbang pernikahan, maka tidak hanya materi saja yang wajib dipersiapkan, bukan hanya sekedar jasmani yang prima dan cantik yang harus diperhatikan,akan tetapi yang terpenting adalah kesiapan Ruhiyah kita untuk:
  • menjadi lebih bertanggung jawab, 
  • sedia berbagi, 
  • melunturkan ego, 
  • berlapang dada,
  • menerima pasangan dengan segala kekurangan dan kelebihannya, kenapa saya dahulukan kekurangan disini? Karna dimata manusia melihat kekurangan seseorang itu amat sangat peka, terkadang saat ada kekurangan beberapa kelebihan jadi hilang.
  • siap untuk mencintai kelebihannya dan menyayangi kekurangannya. Pasti bertanya Tanya juga kenapa mencintai kelebihan? Dan Menyayangi kekurangan? Karna mencintai taraf perasaannya masih dibawah menyayangi. 
  • siap menerima adat kebiasaan yang berbeda dari kedua belah pihak. Perlu ukhtyna ketahui bahwa pernikahan yang akan terlaksana bukan hanya menyatukan 2 pribadi dan 2 kebiasaan saja, namun juga menyatukan 2 garis keturunan, bisa kebayang yaa jika nggak siap? 
Saya ambil 1 perumpamaan, 2 orang anak kembar, meskipun kembarnya adalah kembar identik, pasti akan berbeda kepribadian, berbeda pemahaman, berbeda selera, walau diwaktu kecilnya baju disamakan, makanan disamakan, yakinlah mereka akan berbeda nggak akan sama, apalagi kita dan pasangan kita, yang datang dari rahim yang berbeda gen yang berbeda, adat yang berbeda. Jika tidak siap, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi.


Namun dibalik itu semua Ada dua hal yang lebih penting yang harus kita lakukani yaitu sabar dan syukur.

Ukhtyna sholehat :
Sabar adalah sesuatu yang sangat gampang bila diucapkan namun sulit untuk diterapkan jika dihati kita masih wara wiri yang namanya ego, masih wara wiri yang nama hawa nafsu, sulit jika dihati masih kita izinkan setan untuk bertahta.
Sabar ini memang ada batasnya ukhtyna, batasnya yaitu liang lahat, jadi sebelum tubuh kita ini belum masuk kesana maka sabar ini harus tetap dipelihara dalam diri kita.

Sabar atas apapun yang Allah takdirkan didalam biduk rumah tangga kita nantinya. Sabar terhadap ujian-ujian Allah kekita dalam mengarungi rumah tangga.

Syukur dalam kondisi apapun syukur ini wajib kita ucapkan dan kita lakukan, karena dari rasa syukur Allah akan menambah nambah nikmatnya kepada Kita, Allah akan menambah nambah rizkiNya kepada kita.ber Syukur wajib kita lakukan walau itu menurut kita adalah hal yang tidak menyenangkan, namun kadang kita lupa kalo Allah menentukan itulah yang terbaik buat kita, Allah Maha Tahu tentang UmmatNya, dan Allah jauh dari keAlfaan, makanya wajib kita bersyukur dalam setiap kondisi.

Saat akan memulai langkah menuju Sebuah Bahtera Rumah Tangga ada baiknya kita pikirkan kembali apa landasan kita berumah tangga, apakah landasannya adalah “KARENA”?
karena kaya
karena berilmu
karena anak seseorang/orang terpandang
Karena cinta
karena sayang

Semua karena ini akan bisa hilang sesuai kehendakNya Allah.
Cantik/tampan bisa hilang saat tua datang,
kaya bisa hilang saat pailit tiba,
ilmu juga bisa hilang jika Allah mentakdir sesuatu terjadi,
keturunan bisa cacat nama baiknya hanya karna sedikit permasalahan,
cinta juga bisa luntur dikala pribadi masing masing mulai kelihatan aslinya,
sayang pun bisa memudar disaat kesalahpahaman dan tidak menemukan titik kesepakatan.

Naah ukhtyfillah... jika pernikahan masih "karena" kita hanya akan menunggu saat saat perpisahan, nah looh belum nikah kok udah bicara pisah, yups karna ini harus dipikirkan dari awal, karena pernikahan bukan mainan yang bisa bongkar pasang sesuai kehendak hati kita. Pernikahan adalah satu hal yang sakral. Semua orang jika ditanya mau nikah berapa kali rata rata jawabannya 1 kali seumur hidup.

Oleh Sebab itu ambillah landasan berpijak saat akan menikah adalah kata kata “Walaupun” dikata walaupun inilah akan terpakai menerima segala kekurangan.
Dan sebaik baik landasan adalah LILLAHI TA’ALA

Ukhtyna …
Kita sebagai hamba harus Siap menerima sgala ketentuan Allah, karna Allah lah yang mengatur hidup kita seutuhnya, yaitu kehidupan berumah tangga kita.
Saat kita  tidak memiliki kesabaran dalam mengarungi bahtera kehidupan maka akan karamlah bahteranya tersebut, dan begitu juga dengan syukur. Kita juga harus bersyukur dengan apa yang Allah berikan kepada kita yaitu apa yang  diturunkan melalui pasangan kita.

Akhwat yang pandai bersyukur adalah akhwat  yang siap menerima apapun yang diberikan suami.

Sebuah peringatan untuk kita "orang yang tidak pandai berterima kasih kepada manusia maka dia tidak bersyukur kepada Allah". Bagi orang yang tidak bersyukur kita juga tau apa ganjarannya.

Ada beberapa nasehat yang bisa dilakukan, agar kebahagiaan kita semakin berkah dan tidak dihantui dengan perasaan takut kehilangannya,
Pertama, Tawakkal kepada Allah.

Allah memberi jaminan bagi siapa saja yang bertawakkal kepada-Nya, maka Dia akan mencukupinya,

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka Dia akan memberi kecukupan baginya.” (QS. at-Thalaq: 3)

Pertama, tawakkal.
Tawakkal adalah Hal yang sangat penting ditanamkan didalam diri kita, karena sebagai manusia kita tidak diberi izin oleh Allah untuk mengetahui apa yang akan kita dapati kedepannya. Karenanya wajib bagi kita untuk  tawakkal kepada Allah. Pasrahkan kepada Allah, dalam setiap upaya untuk kebahagiaan kita.

Dan inilah yang diajarkan oleh para sahabat, terutama bagi orang yang tidak PD ketika menikah.

Abu Said mantan budak Abi Usaid menceritakan,
Aku menikah, sementara aku berstatus seorang budak. Akupun mengundang beberapa orang sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Diantaranya Ibnu Mas’ud, Abu Dzar, dan Hudzaifah. Ketika datang waktu shalat, mereka mempersilahkan diriku untuk menjadi imam. Seusai shalat, mereka mengajariku,

إذا دخل عليك أهلك فصل ركعتين ثم سل الله من خير ما دخل عليك وتعوذ به من شره ثم شأنك وشأن أهلك

Apabila kamu bertemu pertama dengan istrimu, lakukanlah shalat 2 rakaat, kemudian mintalah kepada Allah kebaikan dari semua yang datang kepadamu, dan berlindunglah dari keburukannya. Kemudian lanjutkan urusanmu dengan istrimu. (HR. Ibn Abi Syaibah 30352 dan dishahihkan al-Albani dalam Adab az-Zifaf).

Dalam riwayat lain, Syaqiq menceritakan,
Ada lelaki namanya Abu Hariz. Dia mendatangi Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu dan mengadukan kekhawatirannya ketika menikah.

“Saya menikahi wanita gadis masih sangat muda. Saya khawatir, dia tidak suka padaku.”

Nasehat Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu,

إن الإلف من الله والفرك من الشيطان يريد أن يكره إليكم ما أحل الله لكم فإذا أتتك فأمرها أن تصلي وراءك ركعتين، وقل : اللهم بارك لي في أهلي وبارك لهم في اللهم اجمع بيننا ما جمعت بخير وفرق بيننا إذا فرقت إلى خير

Sesungguhnya rasa cinta itu dari Allah, dan kebencian itu dari setan. Setan menginginkan untuk menanamkan kebencian terhadap apa yang Allah halalkan.
Jika kamu bersama istrimu, perintahkan dia untuk shalat dua rakaat di belakangmu, dan bacalah,

اَللَّهُمَّ بارِكْ لي في اَهْلى، وَ بَارِكْ لَهُمْ فِيَّ، اللَّهُمَّ اجْـمَعْ بَـيْنَـنَا مَا جَـمَعْتَ بِـخَيْرٍ وَفَرِّقْ بَـيْنَـنَا إِذَا فَرَّقْتَ إِلَى خَيْرٍ

Ya Allah, berkahilah istriku untukku, dan berkahilah diriku untuk istriku. Ya Allah kumpulkanlah kami, selama kumpul itu dalam kebaikan. Dan pisahkanlah kami jika perpisahan itu untuk kebaikan. (HR. Abdurrazaq dalam Mushannaf 10460 dan dishahihkan al-Albani)

Kita bisa ikuti arahan mereka. Menanamkan rasa tawakkal kepada Allah, ketika memulai berumah tangga.

Kedua, Hadirkan Semangat Niat untuk Menjaga Kehormatan.
Ukhtyna, saat kita akan menikah, luruskan niat kita karena Allah, menikah adalah fitrah kita sebagai manusia, karna kita dilengkapi dengan hawa nafsu serta ada perintah untuk memperbanyak keturunan. Dalam pernikahan ada nilai ibadah yang akan kita dapat. Dan dalam pernikahan ada pertolongan Allah yang akan kita raih. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagai manusia kita memiliki kebutuhan batin, dengan pernikahan inilah kita bisa halalkan kebutuhan batin kita, dengan pernikahan kita bisa menjauhkan diri dari dosa besar zina, dan dengan pernikahan kita bisa mendapatkan pertolongan Allah sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam.

Dalam hadis dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثَةٌ حَقٌّ عَلَى اللَّهِ عَوْنُهُمُ الْمُجَاهِدُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَالْمُكَاتَبُ الَّذِى يُرِيدُ الأَدَاءَ وَالنَّاكِحُ الَّذِى يُرِيدُ الْعَفَافَ

Ada tiga orang, Allah berhak membantunya: Orang yang berjihad di jalan Allah, budak yang melakukan transaksi mukatabah (menebus dirinya), dan orang yang menikah karena ingin menjaga kehormatan. (HR. Nasai 1655, Turmudzi 1756, dan dihasankan al-Albani).

Ketiga, Pahami hak dan kewajiban
Tentang hal ini, akan kita bahas dikesempatan lain ya akhwat.. tunggu saja..
Tanamkan mulai dari dini sebuah kepercayaan kepada pasangan kita, sesungguhnya pasangan kita adalah cerminan diri kita.
Semoga ALLAH memberkahi usaha kita, mempertemukan kita dengan para kekasihNya yang besar kecintaannya kepada ALLAH, rasulNya dan kalamNya yang indah dan mulia ini.

ﺃﻗﻮﻝ ﻗﻮﻟﻲ ﻫﺬﺍ ﺃﺳﺘﻐﻔﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻲ و ﻟﻜﻦ
ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺍﻧﻔﻌﻨﺎ ﺑﻤﺎ ﻋﻠﻤﺘﻨﺎ و ﻋﻠﻤﻨﺎ ﻣﺎ ﻳﻨﻔﻌﻨﺎ
ﺳﺒﺤﺎﻧﻚ ﺍﻟﻠﻬﻢ و ﺑﺤﻤﺪﻙ أﺷﻬد أن ﻟﺎ
ﺇﻟﻪ ﺇﻟﺎ ﺃﻧﺖ ﺃﺳﺘﻐﻔﺮﻙ و ﺃﺗﻮﺏ إليك
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

  Ummu Asma'

0 komentar: