Inilah 2/3 Ilmu yang Hilang Itu


Yusuf bin Husain rahimahullah berkata:
“Dengan (memahami dan mengamalkan) adab engkau dapat memahami ilmu (dengan baik dan benar).” (Lihat Iqtidho’ul ‘Ilmi Al-‘Amal karya Al-Khothib Al-Baghdadi hal.170) Imam Malik bin Anas rahimahullah berkata kepada seorang pemuda dari suku Quraisy: “Wahai anak saudaraku, pelajarilah olehmu adab-adab (islami) sebelum engkau mempelajari ilmu agama.” (Lihat Hilyatul Auliya’ karya Abu Nu’aim Al-Ashbahani VI/330) Zakariya Al-‘Anbary rahimahullah berkata: “Ilmu tanpa adab bagaikan api tanpa kayu bakar. Dan adab tanpa ilmu bagaikan ruh tanpa jasad.” Disebutkan bahwa jumlah jama’ah yang hadir di majlis ta’limnya imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah mencapai 5000 (lima ribu) orang. Akan tetapi yg mencatat ilmu (hadits yang disampaikan oleh imam Ahmad, pent) hanya 500 (lima ratus) orang. Sedangkan yang lainnya hanya mempelajari akhlak dan adab (sopan santun) yang baik dari beliau.” Muhammad bin Sirin rahimahullah berkata: “Mereka (para sahabat dan tabi’in) mempelajari adab-adab sebagaimana mereka mempelajari ilmu syar’i.” Muhanna (salah seorang murid imam Ahmad) rahimahullah berkata: “Aku pernah berguru kepada imam Ahmad bin Hanbal, dan aku telah belajar dari beliau tentang adab dan ilmu beliau.” Ibnu Wahb rahimahullah berkata: “Apa yg telah kami pelajari dari Adab (sopan santun)nya imam Malik lebih banyak drpd apa yg telah kami pelajari dari ilmunya.” (Lihat Siyar alam wa nubala)

Imam Sufyan ats-Tsauri (wafat th, 161 H) berkata “Mereka tidak menyuruh/mengirimkan anak-anak mereka untuk menuntut ilmu, hingga mereka mempelajari adab dan beribadah selama 20 tahun”
Beliau juga mengatakan, “Adab itu 2/3 ilmu.” Hiyatul ‘Auliyaa’ (VI/361), dinukil dari Min Hadyis Salaf fii Thalabil ‘Ilmi (hal.23) Imam Muhammad bin Sirin (wafat th.110 H) berkata, “ Mereka (Salafush Shalih) mempelajari petunjuk Nabi ( tentang Adab) sebagaimana mereka belajar ilmu.” Al-Jaami’ Li Akhlaaqir Raawi wa Adaabis Saami’ (1/79)

Yusuf bin Al Husain berkata, بالأدب تفهم العلم “Dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu.”

Syaikh Sholeh Al ‘Ushoimi berkata, “Dengan memperhatikan adab maka akan mudah meraih ilmu. Sedikit perhatian pada adab, maka ilmu akan disia-siakan.”

Oleh karenanya, para ulama sangat perhatian sekali mempelajarinya. Ibnul Mubarok berkata, تعلمنا الأدب ثلاثين عاماً، وتعلمنا العلم عشرين “Kami mempelajari masalah adab itu selama 30 tahun sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun.” Ibnu Sirin berkata, كانوا يتعلمون الهديَ كما يتعلمون العلم “Mereka -para ulama- dahulu mempelajari petunjuk (adab) sebagaimana mereka menguasai suatu ilmu.” Makhlad bin Al Husain berkata pada Ibnul Mubarok, نحن إلى كثير من الأدب أحوج منا إلى كثير من حديث “Kami lebih butuh dalam mempelajari adab daripada banyak menguasai hadits.” Ini yang terjadi di zaman beliau, tentu di zaman kita ini adab dan akhlak seharusnya lebih serius dipelajari. Dalam Siyar A’lamin Nubala’ karya Adz Dzahabi disebutkan bahwa ‘Abdullah bin Wahab berkata: “Yang kami nukil dari (Imam) Malik lebih banyak dalam hal adab dibanding ilmunya.”
Imam Malik juga pernah berkata: “Dulu ibuku menyuruhku untuk duduk bermajelis dengan Robi’ah Ibnu Abi ‘Abdirrahman -seorang fakih di kota Madinah di masanya-. Ibuku berkata: “Pelajarilah adab darinya sebelum mengambil ilmunya.” Imam Abu Hanifah berkata, “Kisah-kisah para ulama dan duduk bersama mereka lebih aku sukai daripada menguasai beberapa bab fiqih. Karena dalam kisah mereka diajarkan berbagai adab dan akhlaq luhur mereka.” (Al Madkhol, 1: 164)

0 komentar: