Ibu adalah Sekolah Utama: Tergantung Bagaimana Kepala Sekolahnya


by Bendri Jaisyurrahman

Untuk kali ini, ijinkan saya bicara kepada ayah dari hati ke hati. Dalam konteks pengasuhan, sekolah pertama bagi anak adalah Ibu. Ibu adalah sekolah pertama dan terbaik bagi anak, karena secara psikologis: Ibu memberikan rasa nyaman bagi anak agar betah berlama-lama di dekatnya, menjadi tempat untuk curhat dan diskusi tentang banyak hal terutama menanamkan nilai-nilai agar anak menjadi tangguh menghadapi tantangan kehidupan.

Sulit bagi Ibu untuk fokus mendidik anak dan membuat mereka nyaman secara psikologis jika ia tidak mendapat dukungan, apalagi jika hanyut dalam perasaannya sendiri dan mudah stress.

Ibu yang stress akan mudah emosi dan kurang sabar menghadapi anak-anak. Inilah gejala awal munculnya mother distrust di mana anak jadi tidak betah di rumah dan merasa bahwa Ibu adalah sosok yang tidak mengenakkan.

Semua fungsi dan tugas Ibu sebagai guru pertama dan utama akan dapat dipenuhi jika peran sebagai Kepala Sekolah yang dipikul Ayah berjalan maksimal.

Mother distrust muncul lagi-lagi karena peran ayah sebagai Kepala Sekolah; hilang atau sangat kurang. Ayah lah yang seharusnya berpikir untuk membuat anak menjadi betah bersama ibunya, dalam hal ini: apakah kebutuhan psikologis Ibu. Ibu akan bisa memberikan rasa nyaman kepada keluarga jika ruang bathin nya nyaman. Dan.... Ayah-lah yang berkewajiban menyamankan ruang bathin Ibu. Ada ruang dan waktu bagi Ibu untuk mencurahkan isi hatinya, misalnya: tidak hanya dibebani oleh pusingnya kenaikan harga-harga di luar.

Menurut penelitian, perempuan (makhluk berkromosom XX) yang jiwanya sehat butuh mengeluarkan 20 ribu kata per hari. Ibu yang jarang diajak ngobrol santai oleh suaminya, maka bahasa tubuh dan nada bicaranya tidak mengenakkan. Menyusui anak akan resah, tak sabar dgn kelakuan anak, bahkan cenderung menjadikan anak sebagai sasaran pelimpahan emosi yang tdk semestinya. Jadi, endapan permasalahan dgn sang ayah dimanifestasikan dlm bentuk amarah yang tidak jelas kepada anak-anak.

Terkadang, ada Ibu yang tetap sabar kepada anak-anaknya meskipun Ayah tak memberi ruang bagi jiwanya..., tapi manifestasi ekstrim nya dalam bentuk penyakit fisik yang sulit sembuh.

Maka tugas wajib ayah adalah memberikan ruang, waktu dan suasana setiap hari bagi Ibu untuk bicara sebagai upaya untuk selalu menyehatkan jiwanya, mendengar keluh kesahnya. Rangkul Ibu untuk marah dan menangis kepada Ayah saja agar sehat jiwanya, agar Ibu bisa selalu memberikan bunga cinta untuk anak-anaknya.

Ibu yang sehat jiwanya dapat menjalankan tugasnya sebagai sekolah terbaik bagi putra-putri nya. Ia bisa tahan berjam-jam mendengar keluhan anak-anaknya. Ia mudah memaafkan anaknya. Ia menjadi madrasah yang baik untuk menanamkan nilai-nilai Robbany..., dan hal ini harus didukung oleh ayah yang memperhatikan bathinnya, disamping kesehatan fisiknya. Ibu harus sehat luar dalam.

Ayah yang hebat, berawal dari suami yang hebat, yang mengerti jiwa dan kebutuhan pasangan. Singkatnya, bahagiakan pasangan kita, karena ia adalah madrasah utama bagi anak-anak kita.

0 komentar: