Kekuatan Politik Islam Melawan Sekulerisme

Belum satu abad sejak runtuhnya Khilafah Ostmaniyah di Turki, tahun 1924, dan digantikan rezim Kemal Attaturk yang sekuler, dan berdampak sangat luas terhadap dunia Islam. Kini, Islam menampakkan cahayanya kembali di ujung akhir abad 21 ini.

Sekulerisme yang telah menggantikan nilai-nilai Islam di seluruh dunia Islam, kini  menghadapi kekuatan Islam yang perlahan-lahan menggantikannya. Sistem sekuler yang sudah hampir satu abad yang disebarkan dan dipancarkan dari Turki itu, mulai redup, dan perlahan-lahan sirna. Sekalipun secara formal masih tetap ada, seperti di Turki. Tetapi, secara nilai dan politik, mulai digantikan oleh nilai-nilai Islam, yang menjadi sebuah kekuatan riil.

Secara nilai sekulerisme tidak memberikan manfaat apapun bagi kehidupan. Justeru sekulerisme menjadikan dunia Islam, hanya menjadi alat kaum penjajah Barat yang menginginkan dunia Islam menjadi bagian subordinasi Barat secara permanen. Tetapi, tak terjadi di dunia Islam yang seperti mereka inginkan.
Begitu banyak para pengkhutbah dan missionaris sekulerisme yang ingin terus berusaha menawarkan dan menjajakan  sekurisme di dunia Islam. Tetapi semuanya gagal. Karena, nilai-nilai sekulerisme tidak sesuai dengan fitrah mausia. Sekulerisme yang ingin memisahkan kehidupan manusia dengan agama, dan tidak menemukan jalan, kecuali kegagalan.

Banyak tokoh sekuler yang mengajukan pemikiran dan theori tentang kehidupan, tetapi tak dapat dipraktekkan dalam kehidupan. Mohammad Arkoun (Aljazair), Thoha Husien (Mesir), Ali Abdul Raziq (Mesir), Ahmad Khan (India), Qasim Amin (Lebanon), Kook Alab (Turki), dan Nurcholis Madjid (Indonesia), mereka para "nabi"nya kaum sekuler, yang menawarkan pemikiran pembaharuan, tetapi tak pernah bisa mewujudkannya.

Seperti pemikiran yang sangat terkenal dari Nurcholis Madjid, yang sudah tidak ada lagi gemanya, "Islam Yes, Partai Islam No", yangn sudah  tidak relevan lagi. Karena, Nurcholis Madjid pernah ikut dalam bursa pencalonan presiden di Partai Golkar. Kemudian, dia kalah dan mengundurkan diri.

Nurcholis Madjid tidak konsisten dengan pemikirannya, "Islam Yes, Partai Islam No". Akhirnya Nurcholis terjebak dengan politik praktis, dan ingin mendapatkan kekuasaan melalui bursa pencalonan presiden di Partai Golkar.

Di dunia Arab,  Afrika, dan Asia, para pemikir sekuler, seperti Mohamad Arkoun, Thoha Husien, Ali Abdul Raziq, Qasim Amin, Kook Alab, dan Ahmad Khan, semuanya hanya menjadi alat kepentingan Barat. Mereka menjajakan pemikiran guna mendukung  kekuatan politik kaum sekuler.

Seperti sekarang di Mesir, Mohammad el Baradei, yang digunakan kaum sekuler, dan ingin menjegal kaum Islamis, melalui gerakan politik, di Tahrir Square, dan gagal. Karena, el-Baradei tidak memiliki tempat berpijak, dan lama di Amerika dan Eropa. Serta tak memiliki kontribusi apapun, dikalangan rakyat Mesir.

Gerakan Islam melalui dakwah yang mereka lakukan secara perlahan di tanah Arab, Afrika dan Asia dan Asia Selatan, perlahan-lahan, berhasil menanamkan nilai-nilai Islam dikalangan rakyat. Sekarang menjadi sebuah kekuatan. Menggeser kekuatan sekuleris yang selama ini mendominasi kehidupan politik. Revolusi dan pemberontakan yang sekarang terjadi di dunia Arab , Afrika, dan Asia merupakan hasil kerja yang panjang. Bukan tiba-tiba lahir menjadi sebuah gerakan dan revolusi.

Perubahan politik di Tunisia, Mesir, Yaman, Libya, Yordania, Suriah, Somalia, Sudan, Turki, Pakistan, dan Afghanistan,  bukan sebuah peristiwa yang dadakan, tanpa sebab. Tetapi, hasil kerja panjang yang dilakukan para aktivis Islam, yang dengan sangat tulus mendakwahkan agama Islam kepada rakyat di seluruh kawasan itu.

Jangan dibiarkan lagi, mereka yang mempunyai pemikiran dan pandangan sekuler mendominasi kehidupan. Mereka harus disingirkan. Mereka sudah tidak layak lagi, mendapatkan tempat di dalam kehidupan ini. Sekulerisme sudah tidak layak mendapatkan tempat di negeri-negeri Muslim. Kehidupan masa depan memerlukan tokoh-tokoh baru, yang lebih menjunjung tinggi nilai-nilai bersumber dari nilai-nilai yang fitrah, al-Islam.

Hampir satu abad, para pemikir, tokoh, politisi sekuler mendominasi di dunia Arab dan dunia Islam, tanpa dapat memberikan sumbangan apapun bagi kehidupan. Tidak memberikan solusi bagi rakyat dan kehidupan rakyat. Justeru mereka menenggelamkan negara dan bangsanya ke dalam penderitaan dan kesengsaraan.

Kisah-kisah yang sangat telanjang yang terjadi di dunia Arab, yang dikuasi rejim-rejim yang sekuler dan tiranik, tak memberikan apapun bagi rakyatnya. Kecuali kesengsaraan dan penindasan. Kenestapaan. Kehinaan semata. Serta menjadi bagian dari penjajah Barat. Inilah hakekat sekulerisme itu.

Kekuatan politik Islam berakar dari sebuah gerakan dakwah yang panjang, penuh dengan pengorbanan, dan kesabaran yang tiada ujung, yang sekarang membuahkan hasil. Munculnya harapan di ufuk kehidupan. Di mana Islam menjadi cahaya diantara gelapnya kehidupan jahilyah, yang diwariskan kaum sekuler di dunia Islam.

Satu generasi lagi, Islam bakal menjadi sistem kehidupan yang menyeluruh di dunia Arab, Afrika, dan Asia, menggantikan sistem sekuler yang mencabik-mencabik kehidupan, dan menyengsarakan.

Sejarah telah mencatat anak-anak keturunan penjajah Barat, seperti Raja Farouq, Gamal Abdul Naser, Anwar Sadat, Hosni Mubarak, Habib Bourguiba, Zine al Abidin ben Ali, Muammar Gaddafi, Ali Abdullah Saleh, Hafez Al-Azzad dan Bashar al-Assad, Saddam Husien, Raja Abdullah, semuanya telah sirna, dan menjadi bagian masa lalu sejarah sekulerisme di dunia Arab dan Afrika.

Sekarang anak-anak dan generasi baru, yang berasal dari "Gerakan Islam", tampil mengambil alih tanggung jawab, dan akan mengemplementasikan nilai-nilai Islam, dan menggantikan sekulerisme, yang dicangkokkan dalam kehidpan bangsa-bangsa Muslim. Sekulerisme merupakan produk penjajah, yang sangat jahat, dan merusak, serta menghancurkan. Sekulerisme harus dikeluarkan dari seluruh aliran darah, ruh, serta pemikiran Muslim di seluruh dunia Islam.

Mungkin sekarang masih belum sempurna dan masih sangat hati-hati, dan tidak berani dengan terus terang menawarkan Islam, tetapi mereka telah melakukan langkah-langkah perubahan, yang tidak akan dilupakan oleh siapapun.

Tiba saatnya sekarang menyatakan dengan lantang : "Isyhadu bi ana Muslimun". Tidak perlu takut. Tidak perlu malu. Tidak perlu merasa minder. Sebagai Muslim harus bangga dan percaya diri. Mari kita berikan solusi dan jalan keluar bagi kehidupan yang sekarang, yang carut-marut, dan penuh dengan kemunafikan, akibat warisan sistem jahiliyay, sekuler, dan anti Islam, yang tertanam lama dalam jiwa-jiwa penduduk di dunia Islam ini. Mari kita tegakkan sistem Islam.

Saudara-saudara kita di Timur  Tengah, Afrika, dan Asia Selatan telah memberikan contoh dan teladan, berani mendobrak dan memerangi sistem sekuler, dan para penjajah Barat, dan berhasil memenangkannya.

Jangan sampai kita kehilangan arah dan orientasi hidup, akibat tertipu oleh banyaknya opini yang sifatnya mendistorsi (merusak), dan berusaha menjauhkan umat Islam dari agamanya. Belum mati para pengkhotbah sekulerisme dan corong-corongnya. Mereka terus berusaha mengkampanyekan nilai-nilai yang sudah usang itu.

Kemenangan telah berada di depan mata kita. Kekuatan sekuler dan la diniyah telah tersungkur dalam kehinaan. Seperti kita saksikan hari ini. Di seluruh  belahan dunia. Wallahu'alam.


(http://www.eramuslim.com/editorial/kekuatan-politik-islam-melawan-sekulerisme.htm)

0 komentar: