Manusia adalah makhluk paling sempurna yang diciptakan Allah. Maksudnya manusia berikut seluruh anggota tubuh termasuk hati diciptakan memiliki kesempurnaan sendiri. Artinya bila anggota tubuh dan hati itu kehilangan fungsi dan kemampuannya, maka hilang / berkuranglah daya lihatnya, telinga hilang daya dengarnya, lidah hilang daya rasanya, lisan hilang daya bicaranya berarti hilanglah kesempurnaannya.
Sedang hati diciptakan pertama sekali untuk dapat mengenal Penciptanya, menjadikan-Nya sebagai yang lebih dicintai, lebih diharapkan, lebih Agung dari segala sesuatu. Bahkan tidak ada nikmat sehat, ceria, lezat dan nikmat kehidupan kecuali atas pertolongan-Nya. Dari sini hati akan mengenal rasa cinta dan tauhid kepada-Nya, ridho kepada-Nya dan pada takdir-Nya, memberikan rasa cinta dan benci pada makhluk karena-Nya, memusuhi siapapun karena-Nya dan selalu ingat/ berzikir kepada- Nya
Itulah ilmu hati.
Semua itulah yang dapat mengusir sepi, menenangkan diri, mengurangi rasa sakit akibat musibah, bencana, sedih, susah, murung, stress, frustasi, depresi dsb, sekuat dan sedahsyat apapun penyebabnya. Baginya kenikmatan dan kebahagiaan hanyalah ketika dia merasa Allah. Hal inilah yang dirasakan oleh para pendahulu umat ini yang telah menorehkan prestasi emas dlbidang peribadatan.
Sebagaimana anggota tubuh yang bisa terkena penyakit bahkan mati, demikian juga halnya dengan hati. Penyakit hati paling parah adalah:
- berbuat syirik,
- dosa, lalai, dzalim,
- enggan bertawakkal, jarang bersandar kepada-Nya
- kecewa pada takdir-Nya atau ragu terhadap janji dan ancarnan-Nya.
Asal dari semua itu adalah memperturutkan hawa nafsu. Melawan hawa nafsu adalah obat yang paling manjur, sekalipun itu sangat pahit dan sulit sekali dilakukan karena pada dasarnya jiwa manusia itu diciptakan dalam keadan bodoh dan suka menganiaya diri.
Dengan kebodohannya itu jiwa manusia menganggap bahwa kesembuhan bisa dicapai dengan memperturutkan hawa nafsu, padahal justru itulah penyebab kerusakan dan kebinasaan jiwa hingga tidak bisa lagi menerima nasihat dokter (kebenaran), tidak bisa lagi membedakan mana obat dan mana penyakit, mana kebaikan dan mana keburukan hingga tidak lagi peduli mana pahala dan mana dosa/maksiat. Bahkan ia menjadikan penyakit sebagai obat yang dengan sengaja dan terang-terangan dikonsumsinya sebaliknya menganggap obat (yang memang pahit) sebagai penyakit yang malah dijauhinya.
Walhasil dengan memilih penyakit dan menjauhi obat, muncullah berbagai pencemaran, degradasi, kemerosotan, penyakit dan wabah yang membuat geger dan pusing kalangan medis dan cerdik pandai. Parahnya lagi kondisi ini dijadikan alasan untuk mengkambinghitamkan takdir dan mengesahkan pendapat sendiri, menganggap suci/benar sendiri dan secara tidak langsung mengecam keadilan Allah yang jelas-jelas telah menurunkan petunjuk, bahkan kecaman itu menjadi-jadi hingga secara terus terang lisanya mengecam Allah swt
Astaghfirullahal 'Adziim.............bila kondisinya sudah sedemikian parah maka jangan mengbarap lagi kesembuhan kecuali turun salah satu dari dua keputusan Allah yaitu Allah memberi keajaiban dengan menurunkan rahmatnya dan memberikan kehidupan baru kepadanya (lewat taubatan nasuha) atau Allah menurunkan Azabnya yang pedih di dunia, dialam kubur, hingga akhirat dan menggantinya dengan kaum yang lain yang lebih baik.
Satu lagi yang harus diingat bahwa dosa ibarat racun bagi hati, kalaupun tidak sampai membunuhnya paling tidak melemahkannya dan itu pasti. Bila stamina hati lemah ia takkan mampu menolak maupun mengusir penyakit hingga muncullah penyakit jasmani. Singkatnya sebagian besar penyakit jasmani berasal dari sakitnya hati (stress, frustasi dsb). Sekali lagi terbukti sabda Rosul bahwa
"...Di dalam tubuh ada segumpal darah yang bila ia baik maka baiklah seluruh tubuh tetapi bila ia rusak maka rusaklah seluruh tubuh. Dialah HATI" (HR Bukhari).
(http://situslakalaka.blogspot.com/2011/03/ilmu-hati-rahasia-mencegah-mengobati.html)
(http://situslakalaka.blogspot.com/2011/03/ilmu-hati-rahasia-mencegah-mengobati.html)
0 komentar: