Ini Dia Seorang Muslimah Dibalik Revolusi Mesir
Nama Asmaa Mahfouz mungkin tidak sepopuler nama tokoh-tokoh politik yang bersuara dalam revolusi 19 hari menumbangkan rezim Husni Mubarak di Mesir. Tapi ia adalah sosok perempuan muda yang aktif dalam gerakan pembaharuan di Mesir, termasuk revolusi 19 hari kemarin. Orasi-orasinya lewat jejaring sosial dan rekaman video telah menginspirasi rakyat Mesir untuk berani melawan pemimpin yang zalim, meski untuk itu Asmaa dan keluarganya harus menghadapi tekanan dan tindakan represif.
Asmaa adalah satu dari sedikit muslimah di Mesir yang berani terjun ke dunia aktivis dan politik. Usianya baru 26 tahun dan dalam usia semuda itu, ia sudah menjadi salah satu tokoh gerakan demokrasi di Mesir yang bergulir sejak tiga tahun lalu. Ia lulusan sekolah bisnis dan manajemen di American University Kairo, tahun 2008.
Aktivitas Asmaa di situs jejaring sosial, membuatnya terkenal sebagai aktivis di kalangan anak muda Mesir. Asmaa adalah salah seorang pendiri gerakan "Gerakan Pemuda 6 April". Gerakan yang ia gagas lewat akun grup di Facebook. Akun itu dibuat untuk mendukung para buruh di El-Mahalla El-Kubra--pusat industri di utara kota Kairo--yang berencana melakukan aksi mogok kerja pada tanggal 6 April 2008.
Tapi, Asmaa harus menerima konsekuensi yang cukup berat karena aktivitasnya itu. Ia dan keluarganya mendapat tekanan dari aparat keamanan Mesir. Asmaa juga harus kehilangan pekerjaannya sebagai akuntan di-perusahaan ekspor dan impor Al-Shaimaa--setelah perusahaan itu memecat Asmaa karena aktivitas politiknya.
Konsekuensi pahit itu tak membuat Asmaa mundur. Ia terus aktif menyuarakan gerakan pro-demokrasi di Mesir yang puncaknya terjadi bulan Januari 2011 kemarin. Dengan menggunakan jejaring sosial Facebook, Twitter dan YouTube, Asmaa berhasil menggalang massa untuk berpartisipasi dalam aksi menumbangkan rezim Mubarak. Bahkan, setelah Mubarak mundur, pemerintahan baru Mesir pernah meminta untuk bertemu dengan Asmaa, tapi ia menolak.
Video Asmaa yang diunggah ke YouTube pada 18 Januari lalu mampu menggerakan massa untuk turun ke jalan. Dalam rekaman video itu Asmaa menceritakan tentang empat warga Mesir yang membakar dirinya sendiri sebagai bentuk protes terhadap kemiskinan, kelaparan, keterpurukan dan penghinaan yang dilakukan pemerintah. Keempat warga Mesir itu berharap tindakannya bisa memicu revolusi seperti yang terjadi di Tunisia.
"Mungkin kita bisa mendapatkan kebebasan, keadilan, kehormataan dan kemuliaan sebagai manusia," kata Asmaa dalam rekaman videonya.
Setelah mengunggah videonya di YouTube, Asmaa datang ke alun-alun Tahrir. Dia berdiri di sana sendirian sambil membawa poster--ia bahkan menuliskan nomor teleponnya di poster itu--dan mengajak orang-orang di jalan untuk datang dan bergabung dengannya. Tapi hanya tiga orang pemuda yang datang, dan mereka semua akhirnya ditangkap oleh polisi Mesir.
Setelah insiden itu, Asmaa bertambah semangat menyerukan aksi protes. "Orang-orang yang mengorbankan dirinya sendiri ini (empat orang Mesir yang membakar diri) tidak takut mati. Tapi kita takut pada aparat keamanan. Bayangkan! Apakah Anda juga seperti itu?"
"Saya tidak akan membakar diri. Kalau aparat keamanan yang akan membakar saya, biarkan mereka datang dan melakukannya. Kalau Anda lelaki sejati, datang dan bergabunglah dengan saya pada tanggal 25 Januari."
"Kalau ada yang bilang kaum perempuan seharusnya tidak ikut protes karena mereka bisa kena pukul, biarkan lelaki yang bilang seperti itu menunjukkan kehormatan dan martabatnya dengan bergabung dengan saya pada tanggal 25 Januari," demikian ajakan Asmaa dalam rekaman videonya.
Asmaa bahkan menantang orang-orang yang pesimis dengan ajakannya melakukan aksi protes terhadap pemerintah. Ia menyebut orang-orang seperti itulah yang menjadi alasan aksi massa ini. Ia bahkan menyebut orang-orang seperti itu sebagai pengkhianat, sama seperti presiden dan polisi yang memukuli demonstran di jalan.Warta Unik
"Kehadiran Anda diantara kami akan membuat sebuah perbedaan. Ajaklah tetangga, kolega, teman dan keluarga untuk datang. Jangan cuma duduk dan menonton berita atau mengomentarinya di Facebook, yang hanya akan merendahkan kita."
"Jika kalian laki-laki terhormat, kalian harus datang, melindungi kami dan kaum perempuan saat aksi protes. Kalau kalian hanya diam di rumah, kalian akan merasa menyesal pada negara dan rakyat. Kalian bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada kami di jalan saat kalian cuma duduk saja di rumah," ujar Asmaa.
Orasinya lewat rekaman-rekaman videonya menginspirasi rakyat Mesir untuk tidak takut melawan pemerintah dan hanya takut pada azab Allah Swt. "Tuhan tidak mengubah nasib suatu kaum, sampai kaum itu sendiri yang mengubahnya," tukas Asmaa mengutip ayat Al-Quran.
Namun setelah itu, pemerintah Mesir memblokir situs jejaring sosial. Pada harian New York Times, Asmaa mengungkapkan, sebenarnya ia khawatir akan reaksi masyarakat Mesir setelah ia mengunggah rekaman videonya. Masyarakat Mesir adalah masyarakat yang menginginkan agar kaum perempuan bersikap dan berperilaku baik dan sopan.
"Tapi setelah saya pikir-pikir lagi, sampai kapan saya akan bersikap takut dan ragu-ragu. Saya harus melakukan sesuatu," ujar Asmaa menjawab kekhawatirannya.
Tak disangka, ternyata puluhan orang merespon semangat yang disampaikan Asmaa dalam videonya dan menyatakan siap datang pada tanggal 25 Januari. Dunia pun menyaksikan sebuah gerakan rakyat yang berubah menjadi revolusi Mesir.
"Sepanjang Anda mengatakan tidak ada harapan, maka tidak ada harapan. Tapi jika Anda ikut turun dan mengambil sikap, harapan itu akan selalu ada," tukas Asmaa, si srikandi revolusi Mesir.
(http://forum.vivanews.com/showthread.php?t=72125)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar: