10 Muharam 1434 H, disubuh yang dingin, di Masjid Darussalam Kota
Wisata, jamaah Masjid dihidangkan tausiah oleh seorang Dai keturunan
tionghoa Felix Siauw, menguraikan kenapa dan bagaimana caranya umat
Islam ini bangkit.
Mengawali tausiahnya, beliau katakan segala sesuatu ada pusatnya. Manusia ada pusatnya yang disebut pusar, begitupun dunia inipun ada
pusatnya. Dunia ini bila ditinjau dari sisi geografis dan dan konflik
dunia hingga kini, terlihat jelas dunia ini berpusat di timur tengah. Disanapun banyak para nabi lahir, berjuang disana dan wafatpun di
sana. Sebutlah sejumlah nabi dan termasuk Nabi Ibrahim, Musa, Isa dan
Muhammad lahir disana.
Perjalanan dunia, banyak tahapannya dan sejarah mencatat didunia ini
pernah ada kekuatan imperium Persia dari wilayah timur. Sebuah kekuatan
yang mencakup wilayah sepanjang lebih dari 7 juta KM, dan
dibagian barat ada imperium romawi yang menguasai 5 juta KM lebih. Pada
saat itu apalah artinya wilayah Arab? Wilayah yang terjajah sebagian
oleh Romawi dan sebagian oleh Persia, dan pertempuran Persia dan Romawi
pun berada di wilayah pusat dunia, yaitu wilayah Arab.
Bayangkan pada saat dua kekuatan itu sangat berkuasa, Muhammad
Rasulullullah saat itu tidaklah bisa dikatakan sebagai kekuatan apa
pun. Tapi beliau SAW sudah mampu untuk mengirimkan surat kepada para
adikuasa tersebut untuk diajak kepada Islam, bila mereka menganut Islam maka akan selamat. Surat yang inti sebenarnya bukanlah surat
sekedar ajakan tetapi cenderung surat itu adalah surat ancaman. Surat
yang dilakukan oleh sebuah daulah yang belum bisa dibilang apa tapi
sudah memberikan ancaman kepada adikuasa, Apa rahasianya?
Rahasianya adalah, Islam itu harus ada 3 pilar pembangunan karakter,
pilar tersebut adalah Kekuatan Pribadi, Kekuatan Masyarakat dan Kekuatan
Daulah!
Pilar pertama, kekuatan pribadi. Umat muslim harus menjadikan islam
hadir secara penuh di jiwanya, setiap melakukan apapun sejak dari masuk
ke kamar kecil, makan, dan apapun aplikasi kehidupan dilakukan dengan
cara Islam. Kumpulan pribadi pribadi ini berkumpul dalam masyarakat yang
berjamaah, maka kekuatan jamaah itu pun muncul , jamaah ataupun
bermasyarakat ini menjadi Pilar Kedua, karena Allah bersama dengan
jamaah. Maka Allah berikan karunia , dan dimunculkanlah orang orang
hebat dari Islam yang tentunya berasal juga dari jamaah yang kuat.
Dengan jamaah dan masyarakat yang kuat maka akan terdorong keinginan
jamaah tersebut untuk lebih tampil dan membentuk kekuatan daulah yang
berdasarkan aturan syariah Islam, meninggikan kalimat Allah dan Islam,
kekuatan daulah inilah yang menjadi Pilar Ketiga yang akan menjaga
kepentingan Islam, dan sebaliknya Islam juga akan menjaga daulah. Beliau
mensitir ucapan Usman Bin Affan bahwa kekuasaan dan Islam adalah dua
sisi yang saling melengkapi, maka dengan kekuasaanlah dakwah Islam akan
terjaga, dan dengan Islam juga Daulah terpelihara.
Beliau lanjutkan, Islam butuh kekuasaan. Tapi untuk meraih kekuasaan, bukanlah seperti cara politik yang terjadi saat ini. Arena politik
saat ini adalah berkiblat dari politik Machiavelli, politik sebagai alat
untuk meraih kekuasaan dengan segala cara, yang diterapkan seperti yang
kita kenal sekarang yaitu Demokrasi. Dan beliau katakan dengan tegas
bahwa beliau tidak setuju dengan konsep demokrasi. Asal demokrasi
bukanlah dari Islam, dan bukan cara Islam.
Bagaimana demokrasi
memutuskan dan menentukan yang benar kalau kebenaran itu berdasarkan
suara terbanyak? ketahuilah yang benar itu berasal dari Allah, dan
bukan suara makhluk terbanyak. Saya tidak bersependapat dengan itu,
walau kita sepakat harus menerapkan ukhuwah bagi para kelompok yang
mengambil jalan itu, bila ijtihad mereka itu sepanjang ada Nash yang
jelas yang mendasari, kita harus bertoleransi, dan tetap membina
ukhuwah dengan mereka, karena perpecahan umat jauh lebih buruk daripada
persoalan penyimpangan syariah saat ini.
sumber
Demokrasi Bukan Cara Islam
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar: