Jangan Jadi Akhwat Narsis

Di zaman Arab jahiliyah, wanita selalu menjadi subjek kekerasan dan pelecehan kaum pria. Wanita dianggap sebagai aib bagi keluarga. Maka tidak jarang jika yang lahir dari rahim sang istri seorang anak perempuan, jawabannya adalah kubur hidup-hidup. Ini pun yang pernah dilakukan Umar bin Khattab sebelum menemukan Islam. Hal serupa pun terjadi di zaman Cina kuno. Wanita lah yang selalu menjadi objek penumbalan kepada para dewa demi menyenangkan sang dewa. Dan dalam setiap peradaban kuno posisi wanita selalu saja diletakan dalam level yang sama: 1. Sama-sama hina, 2. Sama-sama hanya dianggap symbol pelampiasan hasrat seksual kaum pria.

Islam lah yang kemudian merubah semua itu. Posisi wanita diletakkan sedemikian tinggi dalam Islam. Derajat wanita diposisikan sedemikian terhormat. Bagaimana tidak, bahkan kata Rosulullah, syurga itu adalah dibawah telapak kaki ibu. Ya, ibu. Dan seorang ibu tidak lain adalah seorang wanita. Tidak hanya itu, Islam lah yang kemudian membebaskan kaum wanita dari santapan mata-mata liar kaum pria dengan disyariatkan menutup aurat. Dan setau saya, hanya Islam yang menyediakan syariat sedemikian terhormat kepada kaum wanita.

Sampai akhirnya seiring perkembangan zaman, posisi wanita semakin dihargai dimata dunia. Banyak perkumpulan-perkumpulan wanita terbentuk dan diberikan hak bersuara. Sekarang sudah tidak heran jika Anda melihat ada wanita yang menjadi bos disebuah perusahaan. Dan jangan kaget pula jika ada satpam yang juga seorang wanita. Sayangnya ada miss persepsi diantara kebanyakan wanita. Dengan dibukanya ruang kebebasan berpendapat dan berekspresi banyak diantara mereka yang out of control. Atas nama kebebasan mereka seenaknya saja menggunakan pakaian, mengumbar aurat kemana-mana, dan ketika ada yang mengingatkan mereka selalu bilang, “apa hak loe ngelarang-larang gue?” Masih atas nama kebebasan berekspresi, ada sebagian wanita yang seenaknya saja bergoyang-goyang menggumbar syahwat diberbagai kesempatan publik, termasuk di televisi, dan membranding nama goyangannya tersebut dengan berbagai nama mulai dari goyang ngebor, goyang ngecor, goyang nyangkul, goyang pasak bumi, goyang kayang, goyang patah-patah, goyang gali sumur, goyang benerin genteng, goyang nyampu halaman, goyang bersihin WC, bahkan goayang giling beras pun ada. Hehehe…

Mereka tidak sadar bahwa apa yang mereka lakukan adalah sesuatu yang membahayakan bagi kaum mereka sendiri atau izinkan saya menyebutnya sebagai tindakan harakiri alias bunuh diri. Coba bayangkan, Karena ulah segelintir wanita semacam itu, makin banyak laki-laki yang kembali memperlakukan wanita semena-mena, entah sekedar menyiuli mereka, menggoda-goda, pegang-pegang, bahkan sampai memperkosa (ingat perisitwa yang marak dan mulai jadi trend belakangan ini? Yup, Anda benar jika menjawab pemerkosaan dalam angkot). Parahnya lagi banyak diantara wanita-wanita tersebut yang bukannya marah atau merasa dihinakan dengan tindakan terebut justru merasa bahwa itu adalah bentuk penghargaan, penghormatan, dan pencurahan kasih sayang kaum laki-laki kepada wanita (biasanya cewek-cewek bermental kagak bener nih yang kayak begini). Astagfirullahal ‘adzim…

Nah, diera kecanggihan teknologi informasi seperti sekarang ini wanita semakin mendapat angin segar. Mereka lebih mampu mengekspresikan diri dalam berbagai media, terlebih media sosial yang belakangan ini menjadi konsumsi favorit masyarakat. Kehadiran media sosial ini menjadi suatu indicator eksistensi kaum wanita di mata banyak orang. Tanpa terkecuali kaum akhwat (defisini penulis: wanita berjilbab besar, aktif di organisasi keislaman, memiliki pemahaman Islam yang cukup baik)

Akhwat-akhwat ini saya yakin sadar dengan berbagai konsekuensi ketika mereka memutuskan untuk bergabung dengan suatu media social, katakanlah Facebook dalam hal ini. Konsukuensinya adalah mereka rela membuka kehidupan pribadi mereka kepada banyak orang, baik yang mungkin mereka sudah kenal atau bahkan kepada yang belum mereka kenal, entah dengan menampilkan alamat rumah, no handphone, hobi, dan minatnya terhadap sesuatu. Yang lebih kongkrit lagi, yakni dengan update status setiap hari dan upload foto-foto disetiap momentum yang mereka lakukan.

Saya sendiri, memiliki cukup banyak teman akhwat difriend list akun facebook saya (maaf untuk sementara saya sedang puasa facebook, jadi jika Anda menemukan akun facebook atas nama saya itu artinya bukan saya karena sudah beberapa bulan saya deactive-kan akun saya) baik yang saya kenal atau yang tidak kenal (yang begini, biasanya mereka yang add duluan lalu saya confirm). Dari sekian banyak akun-akun tersebut sebagian besar selalu update status yang saya pikir menurunkan dapat harga diri mereka sebagai seorang akhwat. Contohnya, “Duh lagi kesepian nih sendirian dirumah.” Kontan biasanya banyak kaum pria yang comment: “Mau aku temenin ga? Di jamin puas deh!” atau “Wah, kan ada akyu, jadi kamu gak akan kesepian,” atau “Qt jalan-jalan aja yuk?” dan komentar-komentar lain, yang kalau menurut saya bermakna melecehkan.










Kalau akhwat yang bijak mungkin akan mikir, ketika mereka mengupdate status semacam itu, akan ada dua keburukan yang akan dialaminya. Pertama, harga dirinya sebagai wanita baik-baik akan turun dimata publik, terlebih jika banyak pria yang memberi komentar-komentar melecehkan. Kedua, ia memberikan peluang orang lain untuk membahayakan dirinya. Contoh kasus status alay diatas, taruhlah begini, ketika ia mengupdate status tersebut, tentu akan dilihat semua orang yang ada dalam friend list. Syukur-syukur gak ada yang berniat jahat, tapi akan menjadi masalah jika ada yang berbuat jahat. Bahkan boleh jadi orang yang tadinya gak berniat berbuat jahat seakan diberi kesempatan berbuat jahat, entah merampok dirumah tersebut atau bahkan melampiaskan nafsu seksualitasnya dengan memperkosa, apalagi ketika mereka lihat foto-foto di wall atau album atau profil picture-nya, itu akhwat cantik. Hmmm… bukan tidak mungkin akan jadi mangsa.

Mungkin ada diantara pembaca yang nyeletuk begini, ah… itu sih imajinasi penulis aja! Hey… sebentar, ente inget dengan kata-katanya Bang Napi? Kejahatan itu tidak terjadi hanya karena ada niat dari si pelaku tetapi juga karena ada kesempatan! Waspadalah! Waspadalah! Waspadalah! Jadi memang benar, kejahatan itu bukan hanya terjadi karena si pelaku sudah meniatkan berbuat jahat, tetapi juga karena ente-ente pada tuh yang membuka kesempatan mereka untuk berbuat jahat (maaf, bukan bermaksud su’udzon).

Inget, itu baru dari status lho! Belum lagi dari kegemaran mengupload foto-foto. Masalahnya ini yang jauh lebih berbahaya. Kadang-kadang saya mikir hanya akhwat-akhwat kurang bijak aja yang dengan sangat bangga mengupload foto-foto mereka di Facebook. Mengapa saya katakan begitu, begini ya… coba deh ente mikir, ketika ente upload foto, kemudian dilihat oleh banyak kaum laki-laki atau bahkan ikhwan, secara tidak langsung ente udah mengotori mata dan hati mereka tuh! Dan itu artinya ente ndak bijak, Cuma mikirin dunia ente sendiri, kagak mau mikirin gimana imbasnya buat orang lain. (lagi-lagi maaf, bukan bermaksud su’udzon)



Saya sempat menemukan kondisi memilukan sekaligus memalukan semacam ini berkali-kali, terutama ketika berkunjung ke kontrakan atau kos-kosan cowok, pria, laki-laki, parahnya lagi ikhwan pun ada yang begitu, mereka memperbincangkan seorang akhwat sambil melihat-lihat foto-foto mereka di Facebook.

“Wah si akhwat ini cantik banget ya,”

“Bakal calon istri ana nih akh kayaknya.”

“Subhanallah, kayak bidadari aja.”

Dan seterusnya… dan seterusnya…

Sampai disini mungkin ada yang nyeletuk lagi, “Yeh… itu sih salah ikhwannya aja. Suruh siapa lihat-lihat foto akhwat!” Lagi-lagi saya ingin utarakan pesannya Bang Napi, “Kejahatan (dibaca: dosa) itu bisa terjadi bukan hanya karena niat dari pelakunya tetapi juga karena adanya kesempatan!” Taruhlah begini, ente upload foto, lalu ke akan tampil di headline dan dilihat banyak orang. Sangat mungkin saat foto-foto itu tampil di headline ada sekian banyak lelaki yang juga tanpa sengaja melihat, syukur-syukur mereka bisa jaga pandangan, masalahnya kalau nggak gimana? Apalagi kecenderungan laki-laki ‘kan lemah dalam menahan godaan, terutama urusan syahwat. Itu baru satu kejahatan lho: mengotori pandangan dan hati kaum pria.

Selain itu, coba bayangkan begini, ketika Anda upload foto di facebook, bukan tidak mungkin ada foto-foto yang unsensored ikut terpampang, semisal Anda lagi narsis atau lagi gaya manja atau lagi tidur atau lagi kelihatan lekuk tubuh atau lagi lain-lainnya. Boleh jadi izzah alias harga diri Anda sebagai seorang akhwat akan jatuh bahkan terjun bebas, “Oh ternyata mba ini kayak gini ya aslinya,” atau “Wah, dikampus doank kelihatan alim, ternyata aslinya narsis juga tuh!” atau lain-lainnya, yang tentu akan memudarkan alias menurunkan nilai kewibawaan Anda dimata banyak orang, terlebih adik angkatan Anda.

Lebih parah lagi, ketika Anda, kaum akhwat, mengupload foto, kemudian ada yang mencuri foto Anda yang mengeditnya menjadi sedemikian rupa (disandingkan dengan gambar tidak senonoh) bagaimana perasaan Anda? Ada kisah nyata, seorang akhwat mengupload foto-fotonya di facebook, tanpa sepengetahuannya ternyata ada yang mencuri alias mengcopy foto-fotonya tersebut dan mengeditnya dengan gambar-gambar tidak senonoh (biasanya atasannya wajah tuh akhwat, bawahannya gambar bugil). Ia baru tahu bahwa foto-fotonya disalahgunakan ketika ada salah seorang temannya yang memberi tahu bahwa foto-foto syur itu dipampang disebuah forumnya para pornonista! Si akhwat langsung syok luar biasa ketika ia meluncur ke TKP. Ia tidak mampu lagi menahan rasa malu. Berhari-hari ia tidak mau keluar rumah karena malu. Sampai akhirnya ada salah seorang teman yang memberitahu bahwa forum tersebut sudah diberangus. Namun, tahukah Anda, ternyata foto-fotonya sudah disimpan banyak member di forum tersebut, sampai kemudian forum yang baru muncul, dan lagi-lagi menampilkan foto-foto syur akhwat tersebut. Nau’dzubillahi min dzalik.

Anda, terutama kaum akhwat, bisa membayangkan jika hal tersebut terjadi pada diri Anda? Apa yang akan Anda lakukan jika hal tersebut terjadi? Saya berpesan dan semoga Anda bisa menggarisbawahi: MENJAGA LEBIH BAIK DARI PADA MENGOBATI, SEBELUM NASI MENJADI BUBUR, SEDIA PAYUNG SEBELUM HUJAN: MENDING GAK USAH DEH PASANG-PASANG FOTO DI DUNIA MAYA APALAGI DI TEMPEL DI MIMBAR MASJID. Hehehe…

Sedari lama, saya pernah menasehati kaum akhwat (terutama yang pernah satu organisasi, khususnya satu bidang) untuk tidak mengupload foto-foto mereka sembarangan. Alhamdulillah, ada yang sadar tapi tidak sedikit juga yang ngeyel. Untuk yang pada ngeyel, saya berlepas diri dari tuntutan yang akan antuna lakukan di akhirat kelak.

Lalu bagaimana solusinya agar terhindar dari semua kemudharatan ini?







1.  Jangan update status alay, lebay, unyu-unyu, ababil, galau, atau status gak penting lainnya di facebook (atau social media manapun). Update lah dengan status-status berbobot yang bisa membawa nilai positif untuk orang lain, mencerahkan orang lain, dan menginspirasi orang lain untuk berbuat kebaikan. Gunakan media social sebagai ladang bagi Anda untuk mendulang pahala sebanyak-banyaknya. Ingat Sabda Rosul, “Baliguni walaw Aayah,” sampaikanlah walaupun 1 ayat! Taruhlah, setiap hari misalnya Anda mengupdate status dengan tausiyah, hadist Nabi, ayat Qur’an kemudian ada sekian banyak orang tercerahkan karenanya, sudah tentu ALLAH pun akan memberikan hadiah untuk Anda. Hadiah special berupa pahala. Lebih spesialnya lagi, jika orang-orang yang Anda cerahkan itu menularkan bibit kebaikannya kepada orang lain, sehingga semakin banyak orang yang berbuat kebaikan, itu artinya tabungan pahala Anda pun semakin besar, hingga di akhirat kelak Anda tidak sadar bahwa Anda memiliki Bank Pahala yang begitu banyak.

2. Jangan pernah upload foto di Facebook, kasus yang saya utarakan diatas adalah satu dari sekian banyak kasus yang menimpa kaum akhwat. Saya yakin benar itu bukan satu-satunya kasus yang terjadi. Lagipula apa sih untungnya Anda upload-upload foto? Untuk pamer kecantikan? Biar dilirik banyak lelaki? Biar dianggap kembang kampus? Biar cepet dapet jodoh ikhwan keren? Halah!! Lupakan aja semua itu. Inget, Mba Bro..! Kalau mereka memuji Anda dengan panggilan si cantik, bidadari, jelita, atau lainnya lantas apa efeknya untuk Anda? Saya yakin yang ada justru Anda bisa lupa diri, takabur, lalu berubah jadi sombong! Padahal Anda tahu, yang pantas sombong hanya ALLAH saja. Ketika Anda sombong, boleh jadi secara tidak langsung Anda ingin menyaingi ALLAH. Lagipula, bukankah sebaik-baiknya Anda pamer kecantikan hanya untuk suami Anda saja? Lalu ngapain pamer kecantikan kepada orang-orang yang bukan mahram Anda? (Maaf ya, ini cuma contoh gak ada niat mensu’udzoni antuna)

Taruhlah kalaupun Anda tetap ingin upload foto (untuk Facebook), tolong di setting private atau setting custom agar cuma yang Anda tag saja yang bisa melihat, tidak dengan setting public. Kebanyakan dari orang itu, cuma bisa pakai saja tanpa ngerti fasilitas-fasilitas yang disediakan Facebook kepadanya. Untuk yang seperti ini, izinkan saya mengucap: Ndeso!!!! Hehehe…

Sedangkan untuk media social lain, kalaupun Anda ngeyel pengen tetap pasang foto, Anda bisa resize foto Anda dengan ukuran yang kecil, dengan begitu jika ada orang iseng yang mau ngesave atau copy foto Anda mereka cuma dapat ukuran seiprit itu. Gunakan ukuran sekecil mungin. Anda bisa edit foto Anda baik lewat Photoshop, Picassa, Ms. Picture Manager, atau program lain yang Anda ketahui lalu resize ukurannya.

3. Jangan sekali-kali meng-add ataupun meng-confirm orang-orang yang belum Anda kenal, terlebih orang tersebut adalah laki-laki (bahkan ada kok laki-laki yang pakai akun palsu bernama perempuan. Buat yang berbuat begini, gue udah tau trik-trik loe tong). Beruntung jika orang tersebut bukan orang jahat, lalu jika orang jahat? Sayangnya, Anda mungkin akan berujar begini, “Ah, gak boleh su’udzon gitu!” Saya lagi-lagi menegaskan, alangkah baiknya jika Anda menjaga diri Anda dari berbagai kemungkinan yang terjadi, terlebih dari kejahatan orang lain.

4. Jangan mengisi data diri Anda secara lengkap. Hal ini sangat berbahaya ketika ada orang jahat yang melihat kemudian mengintai Anda kemudian melancarkan tindak kejahatan kepada Anda. Contoh kecil dari status alay di atas, “Duh lagi kesepian nih sendirian dirumah.” Bayangkan jika orang jahat atau yang Anda beri kesempatan berbuat jahat tersebut melihat data diri, alamat rumah, kemudian mendatangi rumah Anda untuk berbuat kejahatan. Apa yang bisa Anda lakukan jika sudah begini?

Selain itu, jangan sekali-sekali mempublish alamat email Anda. Karena para hicker sering beraksi melalui alamat email Anda ini. Sekarang banyak sekali software-sofware untuk menghick media social, terutama facebook, dan cara termudah adalah dengan mengetahui alamat emailnya. Bahkan saya pun bisa saja menghick akun facebook Anda jika saya memang berniat jahat. Atau untuk yang biasa ke warnet, setelah Anda membuka entah itu media social, blog, web, atau apapun milik Anda pribadi, pastikan akun Anda sudah benar-benar di close! Karena jika tidak, itu artinya Anda memberi peluang orang lain untuk menyalahgunakan akun Anda.

5. Jangan mudah percaya dengan produk-produk yang sering ditag ke wall facebook Anda, terutama produk-produk elektronik (entah laptop, kamera, handphone, dll), khususnya lagi yang berlabel BM alias Black Market. Kebanyakan yang seperti ini cuma hoax alias scam alias tukang tipu alias penjahat cyber. Kalaupun bener, Anda harus benar-benar teliti dan waspada terhadap gerak-gerik penjualnya. Usahakan pakai rekening bersama (silakan tanya mbah google aja, apa itu rekening bersama atau klo bayarnya boleh pakain dollar, coba gunakan Paypal). Sebagai bahan pembelajaran, sempat suatu kali saya kena tipu. Waktu itu, saya niat mau beli kamera Canon DLSR. Harga yang terpampang disana hanya 3 juta-an, padahal saya tahu benar harga aslinya sekitar 6 – 7 juta an. Karena waktu itu udah ngiler dan sangat menyakinkan promonya. Gimana nggak meyakinkan, itu penjahat hick akunnya Pak Adang Darajatun untuk promo—begini kalimatnya: Kemarin saya baru jalan-jalan ke bea cukai, lihat-lihat barang sitaan disana. Ternyata banyak barang elektronik yang dijual murah. Saya beli Kamera Canon, Macbook Air Aple, Blackberry. Jika ada yang ingin beli, hubungi sepupu saya saja, saya kasi no contactnya via inbox. Setelah itu saya segera hubungi “Pak Adang” via inbox kemudian diberi no contactnya atas nama Ari Susanti. Besoknya saya transferlah itu uang. Ini kali pertama saya bertransaksi online, jadi masih lugu dengan geliat mencurigakan. Ternyata hingga berhari-hari barang tidak pernah sampai dan no penjahat bernama Ari Susanti tersebut tidak pernah aktif lagi. Semoga kebodohan saya ini, bisa menjadi pelajaran berharga bagi Anda.

6. Memohonlah kepada ALLAH agar DIA menghindarkan Anda dari segala kejahatan hamba-hambanya. Setiap pagi dan petang biasanya, yang rutin melakukan dzikir pagi dan petang akan menemukan doa indah tersebut, “Audzubikalimatillahit tammati min syarri maa kholaq” (Aku berlindung dengan kalimat-kalimat ALLAH yang sempurna dari keburukan yang dia ciptakan, atau dalam versi lain, Aku berlindung dengan kalimat-kalimat ALLAH yang sempurna dari keburukan dan kejahatan hamba-hambaNYA)

7. Perbanyaklah shodaqoh! Salah satu keutamaan shodaqoh adalah bisa mengindarkan Anda dari segala bala alias musibah alias keburukan. Dalam sebuah hadist disabdakan begini, “Bala tidak akan mendahului shodaqoh.” Jadi demi menjaga diri Anda dari segala bala, banyak-banyaklah sedekah. Demi ALLAH banyak sekali keutamaan dalam shodaqoh ini. Banyak orang sudah merasakannya. Dan yang terpenting: ALLAH TIDAK AKAN PERNAH MENGINGKARI JANJINYA! Jadi, Anda nggak perlu takut ALLAH tidak akan menurunkan keutamaan shodaqoh ini kepada Anda

Tulisan ini saya buat bukan untuk menggurui, su’udzon, apalagi mengutuki. Ini semata-mata sebagai bentuk tanggung jawab saya sesama saudara kepada saudara lainnya, terutama kaum hawa, agar terhindar dari keburukan. Saya mohon maaf jika ada diantara sahabat sekalian yang tersinggung. Demi ALLAH, saya tidak ada niat sedikitpun untuk membuat Anda marah. Semoga bermanfaat. 



sumber

0 komentar: