Tanpa melihat status sosial, suku, tingkat materi, jenjang pendidikan,
agama, Allah tunjukkan sifat kasih dan sayangnya kepada semua makhluk
hidup di muka bumi.
Sang pemberi anugerah ini senantiasa melimpahkan nikmat-Nya tak hanya bagi para ahli ibadah namun juga untuk ahli maksiat.
Ya, Kendati banyak manusia yang berbuat dosa, karena sifat Rahman dan
Rahim-Nya, Allah tidak ‘membenci’ orang-orang yang mengotori dirinya
dengan dosa—jika mereka mau kembali, membersihkan diri, melakukan
perbaikan, juga berjanji setia dengan Allah bahwa takkan pernah
mengulangi dosa yang senada.
Dalam Surah An-Nisaa ayat 27 dan 28, Allah Swt berfirman: “Dan Allah
hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa
nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari
kebenaran). Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia
dijadikan bersifat lemah.”
Sa’ad bin Hilal pernah berkata, “Bila manusia (umat Muhammad SAW)
berbuat dosa, maka Allah tetap memberikan empat anugerah padanya, yaitu:
Pertama, ia tidak terhalang untuk mendapatkan rezeki.
Kedua, ia tidak terhalang untuk mendapatkan kesehatan badan.
Ketiga, Allah tidak akan memperlihatkan dosanya selama di dunia.
Keempat, Allah tidak serta-merta mengazabnya.
Keempat ‘anugerah’ ini semestinya betul-betul disadari oleh kita—makhluk
yang sering terperdaya untuk melakukan dosa, agar malu di hadapan
Allah.
Malu karena memakan nikmat Allah, tapi shalat tak kunjung khusyuk.
Malu karena merasakan nikmat Allah tapi ibadah pas-pasan
Malu telah mendapatkan fasilitas gratis dari Allah—penglihatan,
pendengaran, hati, harta, jabatan, pasangan hidup—tapi posisi di hadapan
Allah belum jelas. Hamba-Nya kah? Atau sekedar makhluk-Nya? Atau
keduanya? Yang harus kita sadari bersama ialah bahwa tugas kita sebagai
khalifah di bumi hanyalah untuk beribadah.
“Dan tiada kuciptakan jin dan manusia, selain untuk beribadah kepadaKu.” (Qs Adz-Zariyat: 56).
Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa kita harus berlomba-lomba mencari
perhatian Allah, mencari posisi strategis di hadapan Allah, mencari dan
mengejar cinta-Nya—bukan mencari itu semua pada selainNya yang berakhir
kefanaan.
Diriwayatkan bahwa Nabi Adam AS telah berkata, “Allah memberikan empat
macam kemuliaan kepada umat Muhammad yang tidak Allah berikan kepadaku,
yaitu:
1. Allah menerima taubatku di Makkah, sedangkan umat Muhammad diterima taubatnya—dimana pun ia berada.
2. Ketika aku melakukan dosa, Allah menghilangkan pakaianku seketika,
sedangkan umat Muhammad tetap diberi pakaian meskipun durhaka pada
Allah.
3. Ketika aku berbuat dosa, Allah pisahkan aku dengan istriku, sedangkan
umat Muhammad ketika ia berbuat dosa—tidak dipisahkan oleh istrinya.
4. Aku berbuat dosa di surga, lalu Allah mengusirku dari surga ke dunia,
sedangkan umat Muhammad yang berbuat dosa di luar surga, lalu Allah
memasukkan mereka ke surga bila mereka mau bertaubat.
Itulah empat keutamaan umat Nabi Muhammad SAW yang manusia pertama saja
tidak mendapatkannya. Marilah bersama perbaiki diri agar kita layak
mendapatkan nikmat Allah. Wallahu a’lam.
0 komentar: