Mengapa Kartini? Mengapa bukan Rohana
Kudus? Mengapa bukan Cut Nyak Dien? Mengapa Abendanon memilih Kartini?
Dan mengapa kemudian bangsa Indonesia juga mengikuti kebijakan itu?
Masih
ingat Cut Nyak Dien? Beliau tidak pernah mau tunduk kepada Belanda. Ia
tidak pernah menyerah dan berhenti menentang penjajahan Belanda atas
negeri ini. Meskipun aktif berkiprah di tengah masyarakat, Rohana Kudus
juga memiliki visi keislaman yang tegas. Perputaran zaman TIDAK AKAN PERNAH MEMBUAT WANITA MENYAMAI LAKI-LAKI. Wanita tetaplah wanita dengan segala kemampuan dan kewajibannya.
Yang
harus berubah adalah, wanita harus mendapat pendidikan dan perlakuan
yang lebih baik. Wanita harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan
berbudi pekerti luhur, taat beribadah yang kesemuanya hanya akan
terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan, begitu kata Rohana Kudus.
Seperti diungkapkan oleh Prof.
Harsja W. Bachtiar dan Tiar Anwar Bahtiar, penokohan Kartini tidak
terlepas dari peran Belanda. Harsja W. Bachtiar bahkan menyinggung nama
Snouck Hurgronje dalam rangkaian penokohan Kartini oleh Abendanon.
Padahal, Snouck adalah seorang orientalis Belanda yang memiliki
kebijakan sistematis untuk meminggirkan Islam dari bumi Nusantara.
Pakar sejarah Melayu, Prof.
Naquib al-Attas sudah lama mengingatkan adanya upaya yang sistematis
dari orientalis Belanda untuk memperkecil peran Islam dalam sejarah
Kepulauan Nusantara. Dalam bukunya, Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan
Melayu ((Bandung: Mizan, 1990, cet. Ke-4), Prof. Naquib al-Attas menulis tentang masalah ini:
Kecenderungan
ke arah memperkecil peranan Islam dalam sejarah Kepulauan ini, sudah
nyata pula, misalnya dalam tulisan-tulisan Snouck Hurgronje pada akhir
abad yang lalu. Kemudian hampir semua sarjana-sarjana yang menulis
selepas Hurgronje telah terpengaruh kesan pemikirannya yang meluas dan
mendalam di kalangan mereka, sehingga tidak mengherankan sekiranya
pengaruh itu masih berlaku sampai dewasa ini.
Apa hubungan Kartini dengan Snouck Hurgronje?
Dalam
sejumlah suratnya kepada Ny. Abendanon, Kartini memang beberapa kali
menyebut nama Snouck. Tampaknya, Kartini memandang orientalis-kolonialis
Balanda itu sebagai orang hebat yang sangat pakar dalam soal Islam.
Dalam suratnya kepada Ny. Abendanon tertanggal 18 Februari 1902, Kartini
menulis:
Salam,
Bidadariku yang manis dan baik!… Masih ada lagi suatu permintaan
penting yang hendak saya ajukan kepada Nyonya. Apabila Nyonya bertemu
dengan teman Nyonya Dr. Snouck Hurgronje, sudikah Nyonya bertanya kepada
beliau tentang hal berikut: Apakah dalam agama Islam juga ada hukum
akil balig seperti yang terdapat dalam undang-undang bangsa Barat?
Ataukah sebaiknya saya memberanikan diri langsung bertanya kepada
beliau? Saya ingin sekali mengetahui sesuatu tentang hak dan kewajiban
perempuan Islam serta anak perempuannya. (Lihat, buku Kartini:
Surat-surat kepada Ny. R.M. Abendanon-Mandri dan Suaminya, (penerjemah:
Sulastin Sutrisno, Jakarta: Penerbit Djambatan, 2000 hal. 234-235).
Melalui
bukunya, Snouck Hurgronje en Islam (Diindonesiakan oleh Girimukti
Pusaka, dengan judul Snouck Hurgronje dan Islam, tahun 1989), P.SJ. Van
Koningsveld memaparkan sosok dan kiprah Snouck Hurgronje dalam upaya
membantu penjajah Belanda untuk menaklukkan Islam.
Mengikuti
jejak orientalis Yahudi, Ignaz Goldziher, yang menjadi murid para
Syaikh al-Azhar Kairo, Snouck sampai merasa perlu untuk menyatakan diri
sebagai seorang muslim (1885) dan mengganti nama menjadi Abdul Ghaffar.
Dengan itu dia bisa diterima menjadi murid para ulama Mekkah. Posisi
dan pengalaman ini nantinya memudahkan langkah Snouck dalam menembus
daerah-daerah Muslim di berbagai wilayah di Indonesia.
Menurut
Van Koningsveld, pemerintah kolonial mengerti benar sepak terjang
Snouck dalam penyamarannya sebagai Muslim. Snouck dianggap oleh banyak
kaum Muslim di Nusantara ini sebagai ulama. Bahkan ada yang menyebutnya
sebagai Mufti Hindia Belanda. Juga ada yang memanggilnya Syaikhul Islam
Jawa.
Penyamaran Snouck Hurgronje
|
Snouck Hurgronje (lahir:
1857) adalah adviseur pada Kantoor voor Inlandsche zaken pada periode
1899-1906. Kantor inilah yang bertugas memberikan nasehat kepada
pemerintah kolonial dalam masalah pribumi. Dalam bukunya, Politik Islam
Hindia Belanda, (Jakarta: LP3ES, 1985), Dr. Aqib Suminto mengupas
panjang lebar pemikiran dan nasehat-nasehat Snouck Hurgronje kepada
pemerintah kolonial Belanda.
Salah satu strateginya adalah melakukan pembaratan kaum elite
pribumi melalui dunia pendidikan, sehingga mereka jauh dari Islam.
Menurut Snouck, lapisan pribumi yang berkebudayaan lebih tinggi relatif
jauh dari pengaruh Islam. Sedangkan pengaruh Barat yang mereka miliki
akan mempermudah mempertemukannya dengan pemerintahan Eropa.
Aqib
Suminto mengupas beberapa strategi Snouck Hurgronje dalam menaklukkan
Islam di Indonesia: Terhadap daerah yang Islamnya kuat semacam Aceh
misalnya, Snouck Hurgronje tidak merestui dilancarkan kristenisasi.
Untuk menghadapi Islam ia cenderung memilih jalan halus, yaitu dengan
menyalurkan semangat mereka kearah yang menjauhi agamanya (Islam)
melalui asosiasi kebudayaan. (hal. 24).
Itulah
strategi dan taktik penjajah untuk menaklukkan Islam. Kita melihat,
strategi dan taktik itu pula yang sekarang masih banyak digunakan untuk
menaklukkan Islam. Bahkan, jika kita cermati, strategi itu kini semakin
canggih dilakukan. Kader-kader Snouck dari kalangan pribumi Muslim sudah
berjubel.
Biasanya,
berawal dari perasaan minder sebagai Muslim dan silau dengan peradaban
Barat, banyak anak didik Snouck langsung atau pun tidak, yang sibuk
menyeret Islam ke bawah orbit peradaban Barat. Tentu, sangat ironis,
jika ada yang tidak sadar, bahwa yang mereka lakukan adalah merusak
Islam, dan pada saat yang sama tetap merasa telah berbuat kebaikan.
Sudah
sejak dulu memang Orang-orang Orientalis Barat selalu hendak meredupkan
cahaya Islam dan menutup-nutupi sesuatu yang benar dan mengaburkan
sejarah. Saya yakin, pengikut feminisme dan emansipasi pasti akan sangat
benci kepada artikel pahit dalam situslakalaka ini, karena akan
mengancam "periuk" mereka. Mereka tentu akan kejang-kejang, sambil
menjerit-njerit tidak suka. Kepahitan yang sesungguhnya obat dilemparkan
demi memilih kemanisan yang sejatinya RACUN.
Wahai KAUM FEMINIS, wahai penuntut EMANSIPASI !! Cara anda menghinakan diri dengan menjadi pengeras suara dan symbol orang-orang Barat hanya akan membuat anda TERPANDANG di kalangan mereka tetapi HINA dihadapan Pencipta.
Perhatikan pemikiran dangkal yang tak mau bercermin pada masa lalu sebagaimana ucapan orang orang terbelakang berikut: "Cara
berfikir seperti itu justru membuat bangsa ini berkutat dipersoalan yg
tidak perlu ! Akhirnya waktu kita habis cuma untuk mengungkit-ungkit
sejarah..Sejarah adalah bagian dari masa lalu.. ada yg jauh lebih
penting: Masa Depan !!! Apakah dimasa depan tidak bakalan ada lagi
Wanita Islam yg pantas jadi Pahlawan ? Sehingga kita harus
mengorek-ngorek "celah" masa lalu ?"
Dangkal
!!!!! Bagi umat yang merasa dirinya muslim, masa lalu adalah masa yang
teramat berharga, Allah swt sendiri mengatakannya berulang ulang dalam
kitab-Nya untuk bercermin pada masa lalu. Dari masa lalu kita bisa
menemukan jalan, dari masa lalu kita bisa belajar dari kegagalan, dan
dari masa lalu, kita bisa mencoba menemukan masa depan.
(http://situslakalaka.blogspot.com/2011/06/titik-awal-hilangnya-peradaban.html)
0 komentar: