Secara fisik kehidupan saya terlihat sangat sederhana, bahkan jauh
berbeda dibanding dengan orang kebanyakan sekarang. Jauh lebih
sederhana. Hanya bertempat tinggal di sebuah kontrakan, dengan perabotan
yang sederhana pula. Hanya di atas karpetlah tempat merebahkan diri
kala lelah menghampiri bukan di atas kasur empuk pastinya. Bus dan
angkotan umum adalah kawan-kawan pendamping ketika hendak beraktifitas
setiap hari. Itulah yang dapat dilihat dari kehidupan saya sekarang.
Sering terbersit dalam pikiran, tatkala melihat rumah-rumah yang
layak, ingin memilikinya. Rumah milik sendiri dimana akan terasa jauh
lebih nyaman dibanding kontrakan pastinya. Toh, ketika berada di
kontrakan, saya merasa sangat nyaman dan mampu beradaptasi dengan segala
keterbatasan yang ada. Jika tak di dunia, mudah-mudahan akan
mendapatkan tempat istimewa kelak di akhirat.
Juga saat harus bersusah payah berjalan kaki, bersabar menunggu
angkutan umum yang datangnya tak bisa diduga. Dalam keadaan seperti itu
saya merasa enjoy, saya belajar kesabaran yang lebih saat menunggu bus,
saat merasakan ketidaknyaman di dalam angkutan dan sebagainya. Dari sisi
lain, saya mampu mengamati kehidupan yang berbeda manakala berada di
jalan atau di dalam angkutan umum. Terlalu banyak hikmah yang bisa
diambil. Dalam balutan kesederhanaan.
Bukan tak mampu untuk membeli semua kemewahan yang akan membuat
nyaman atau memudahkan aktifitas saya. Sebagai manusia, saya pun
memiliki iri. Namun rasa itu hanya menjadi sebuah bisikan yang tak
pernah saya hiraukan. Manakala memang butuh barang tersebut, maka saya
akan membelinya. Kebutuhan yang menjadi prioritas utama saya bukan
keinginan.
Saya selalu berusaha merasa kaya, saya selalu berusaha merasa cukup.
Meskipun kemewahan lalu lalang di hadapan saya dan rasa iri kadang
menghinggapi. Alhamdulillah, segala puji hanya untuk Allah Rabb semesta
alam. Semoga perasaan qana’ah (merasa cukup dengan rizki yang Allah
berikan) selalu hadir dalam hati kita sebagai hambaNya. Allah yang Maha
Baik, yang kita inginkan ketika kita ingat kepada Allah seolah itu sudah
cukup. Tak ada yang lain. Allahlah penggenggam manusia hati manusia,
Yang Maha
Membolakbalikkan Hati Manusia. Tetapkan hati kami selalu dalam
ketaatan padaMu. Aamiin.
Mukjizat syukur, dimana kata tersebut mampu melebihi segala kemewahan
yang terdapat di muka bumi. Tak mudah mengucap syukur, manakala saat
kita berada lebih sulit dibanding orang lain. Hakikatnya, sebagai
manusia kita akan merasa ingin seperti dia tapi kenyataannya kita belum
mampu. Dengan perlahan belajar untuk selalu bersyukur dengan apa yang
Allah berikan, akan menjadikan hati kita selalu tersenyum dengan apa
yang ditetapkanNya.
Tak perlu kita selalu menatap ke atas, melihat orang lain yang jauh
lebih beruntung dari kita, karena hal itu akan membuat kita selalu
merasa kurang dan kurang. Padahal syukur itu adalah selalu berusaha
merasa kaya bahkan dalam kondisi yang kurang sekalipun. Sering-sering
menatap kebawah, memperhatikan kehidupan jalanan atau yang kurang mampu,
karena disana jika kita memiliki kepekaan hati maka secara otomatis
kita akan bersyukur memiliki kehidupan yang lebih baik dibanding mereka.
Rasa syukur yang dominan akan menggeser keluh kesah yang fitrah
dimiliki manusia. Bersandarlah hanya kepada Allah.
Paling tidak, bukan dari banyaknya harta yang Allah lihat dari
seorang hamba, melainkan ketaatannya. Dan semoga dengan kesederhanaan
tak membuat kita merasa rendah diri, terlebih menyalahkan takdir. Karena
harta adalah warna warni dunia yang menyilaukan. Manakala manusia ingin
memiliki harta, maka itu adalah hawa nafsunya yang berkata, bahkan saat
dia merasa ingin dan ingin lagi menambah hartanya itu.
Harta dunia hanya titipan, tak perlu ada rasa iri akannya. Kemegahan
akan melalaikan kita dari mengingatNya. Belajarlah untuk belajar hidup
sederhana bahkan susah, dengan demikian kita akan lebih menghargai apa
yang kita miliki. Harta yang banyak tak menjamin seseorang hidup tenang
tanpa merasa gelisah. Rasa takut kehilangan harta akan selalu
menghantuinya. Tapi jika hati yang kaya, siapapun tak akan mampu
mencurinya. Kuncinya hanya dengan bersyukur.
(http://www.eramuslim.com/oase-iman/kiptiah-di-balik-rasa-syukur.htm)
Di Balik Rasa Syukur
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar: