Keputusasaan bisa jadi merupakan awal dari segala ‘bencana’. Mengapa?
Karena sekian banyak orang bisa tiba-tiba berubah nekat untuk melakukan
berbagai hal yang (biasanya) mencelakakan dirinya sendiri, akibat dari
rasa putus asa. Tidak bisa dipungkiri, bahwa setiap kali permasalahan
mendera, dalam hati kita masing-masing mungkin akan terbersit niat-niat
tertentu yang tidak baik.
Namanya saja manusia, tak pernah bisa luput dari salah dan khilaf.
Ada saja ‘terpeleset’nya sehingga sesuatu hal yang tidak baik yang kita
lakukan, bisa-bisa mengantarkan akhir hidup kita ke dalam jurang neraka,
lepas dari berapapun banyaknya amalan baik yang pernah kita lakukan
sebelumnya.
Saya teringat sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim, yang menceritakan tentang proses penciptaan manusia. Manusia
diciptakan Allah bermula dari setetes air mani, lalu menjadi segumpal
darah, lalu menjadi segumpal daging, kemudian diutuslah seorang malaikat
yang bertugas untuk meniupkan ruh padanya, dan mencatatkan empat hal
yang sudah ditentukan. Yaitu rezekinya, ajalnya, amalannya, dan susah
serta senangnya. Dan sesungguhnya tiap manusia ada yang melakukan
amalan-amalan kebaikan hingga mendekatkan dirinya pada surga dengan
jarak hanya sehasta, namun takdir mendahuluinya hingga ia melakukan amal
perbuatan buruk yang akhirnya memasukkannya ke dalam neraka.
Demikian pula sebaliknya. Ada manusia yang melakukan amalan-amalan
keburukan, hingga mendekatkan dirinya pada neraka dengan jarak hanya
sehasta, namun takdir mendahuluinya hingga ia melakukan amal perbuatan
baik yang akhirnya memasukkannya ke dalam neraka. Hadits tersebut
dikumpulkan oleh Imam Nawawi dalam kumpulan Hadits Arbain, menempati
urutan nomor empat.
Sungguh sangat menyentil isi hadits di atas. Kehidupan manusia di
dunia memang tak bisa dinilai hanya dari apa yang diperbuatnya semasa
hidup saja. Melainkan ada ketetapan Allah berupa takdir yang nantinya
akan mengarahkannya.
Dan dengan berbekal akal serta keimanan, seharusnya kita sebagai
manusia bisa mengarahkan segenap anggota tubuh kita untuk terus
melakukan kebaikan dan hanya kebaikan saja, sehingga kita terhindar dari
akhir yang buruk, atau katakanlah mati dengan sangat tercela.
Na’udzubillahi min dzaalik. Berlindunglah pada Allah dari
bisikan-bisikan setan yang senantiasa menjerumuskan manusia ke dalam
perbuatan-perbuatan yang tidak Allah ridai.
Kembali mengenai keputusasaan. Tak sedikit orang yang ‘terjebak’
dalam keputusasaan, sehingga akhirnya ia ‘memutus’ kebaikan yang selama
ini ia lakukan, hingga misalnya mengambil jalan pintas berupa mencuri,
berbohong, memfitnah, melakukan segala cara demi mencapai hasil, sampai
kepada tindakan bunuh diri.
Padahal bisa jadi, kesulitan yang ia alami tak kunjung muncul
penyelesaiannya karena ikhtiar yang kurang, atau kurang mendekatkan diri
pada Allah. Sesungguhnya Allah akan menguji keimanan tiap-tiap diri
kita dengan berbagai jenis ujian. Dan apabila kita ‘memutuskan’ untuk
berputus asa, detik itu pula kita memilih untuk menutup pintu solusi
bagi permasalahan yang sedang kita hadapi.
Menghapus sikap optimis yang sebenarnya bisa ditumbuhkan, dan
mencegah akal kita untuk berkreasi mencari jalan ke luar. Memilih untuk
berputus asa sesungguhnya hanya akan ‘mematikan’ diri kita secara
maknawi. Dan memang, menghadapi ujian dan cobaan itu tak bisa tanpa
kesabaran dan kekuatan iman. Dan kesabaran sungguh tidak boleh
dibatas-batasi dengan seenaknya.
Berputus asa, berarti menyerah. Seseorang yang yakin akan rahmat dan
pertolongan Allah sedianya akan selalu bersikap optimis, dan tak pernah
putus dari upaya keras serta doa. Masalah dikabulkan dan mendapat
kemudahan, itu soal lain. Memang kadang-kadang apa yang kita tidak
sukai, bisa jadi itu adalah yang terbaik untuk diri kita yang telah
Allah tentukan, demi untuk kebaikan diri kita sendiri.
Dan sebaliknya, apa yang kita sukai belum tentu merupakan hal yang
terbaik bagi diri kita. Jadi, sungguh kasih sayang Allah amat besar bagi
hamba-hamba-Nya yang beriman, apabila mereka mau berpikir.
Menjauhkan diri dari sikap putus asa bisa jadi merupakan salah satu
upaya kita untuk tidak ‘mengakhiri’ hidup dengan kesia-siaan. Bukankah
kita selalu berdoa untuk mendapatkan akhir hidup yang husnul khatimah?
Apa artinya sebuah doa tanpa upaya yang kita sendiri lakukan? Maka
lindungilah diri kita, ke luarga, serta orang-orang yang kita sayangi
dari jebakan setan yang satu itu. Jangan berputus asa, sebab Allah
selalu bersama kita.
Kesulitan yang kita hadapi sekarang, bisa jadi menyimpan hikmah dan
kebahagiaan di masa mendatang. Berbaik sangka sungguh lebih nikmat
daripada mengotori jiwa-jiwa kita dengan rasa was-was dan
pikiran-pikiran buruk.
Jagalah tiap diri kita dari amalan buruk yang bisa mengantarkan kita ke dalam jurang neraka. Wallahu a’lam bish showab.
(http://www.eramuslim.com/oase-iman/amal-yang-mengantar-kita-ke-neraka.htm)
Amal yang Mengantar Kita ke Neraka
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar: