Tempatnya bisa berbeda, tapi biasanya kafe atau tempat-tempat
sejenisnya. Meja-meja kecil digabungkan menjadi satu, membentuk empat
persegi panjang yang panjang.
Menunya pun boleh gonta ganti, yang penting ada makanan penggugah
selera. Peserta acara kumpul-kumpul ini biasanya belasan orang, bisa
lebih bisa kurang. Peserta juga berganti-ganti, tergantung siapa yang
sempat. Satu hal yang tetap sama, yaitu, mereka adalah alumni dari
sekolah atau kampus yang sama. Ada reuni smp, ada reuni sma, ada reuni
kampus. Malah ada pula reuni sd.
Usai reuni, ada foto-foto yang beterbangan ke internet. Teman-teman
lain yang tidak hadir ramai mengomentari. Keceriaan pun merebak,
menular, tak kenal batas demografis.
Reuni makin sering saja. Agaknya karena dipicu oleh semakin suburnya
social networking atau media sosial di alam maya. Sambil kerja di meja
kantor, kita bisa tetap terkoneksi dengan orang lain di negeri manapun,
selama internet bisa menjangkaunya. Teman-teman yang lama tak jumpa,
terselip di rimba mana, atau ternyata malah tetangga kompleks saja,
bermunculan di internet. Saling sapa, tanya kabar, dan ini itu di wall
tidak lagi cukup. Muncullah kekangenan. Terjadilah pertemuan nyata, tak
sekedar maya. Jadilah reuni. After office hour, janjian bertemu di mana.
Tentu saja tanpa istri/ suami, apalagi anak. Sekali-kali menjadi
seperti remaja kembali.
Reuni memang memberikan kegembiraan, di tengah kepenatan kerja.
Hubungan-hubungan baik di masa silam, kedekatan emosional, memberikan
alasan yang kuat bagi keinginan bertemu lagi. Bertemu pun mungkin memang
sekedar bertemu. Tak lebih. Bercanda. Sekedar berbicara ngalor ngidul.
Melepaskan tawa yang mungkin tidak lagi lepas jika berada di kantor.
Dari reuni-reuni kecil, tak jarang berkembang menjadi reuni besar.
Reuni satu angkatan. Puluhan, bisa ratusan jumlah pesertanya. Jauh lebih
seru, tentu. Kadang lahir ide-ide mulia. Program dana beasiswa
misalnya, yang diberikan buat para pelajar di sekolah tempat dulu kita
menuntut ilmu.
Reuni bisa mengingatkan kita masa-masa remaja yang katanya paling
indah itu. Entah kata siapa, tapi orang sering beranggapan demikian.
Reuni kadang memberikan sensasi kembali muda, meski mungkin kita
sebenarnya sudah separuh baya.
Bagi sebagian orang, reuni harus dihindari, karena orang ini enggan
berurusan dengan masa lalu. Reuni juga bisa agak menyakitkan, jika
niatnya hanya hendak membandingkan harta perolehan. Ini memang cara
salah dalam memandang reuni. Mudah-mudahan tak ada yang demikian.
Bagi saya, reuni lebih memberikan warning. Warning bahwa waktu
sungguh-sungguh berjalan. Jika dulu kita adalah ABG, maka sekarang kita
sudah punya anak-anak yang ABG. Jika dulu kita masih ramping, sekarang
kita sudah berkutat dengan baju yang sering kekecilan. Reuni seperti
pembisik yang diam-diam memberikan pertanyaan menikam di hati kita,
‘apakah ente sudah lebih baik dibandingkan ABG dulu?’
Bagi saya, ada reuni besar yang sungguh-sungguh harus diantisipasi.
Sampai sering kali dada ini berdebar-debar jika mengingat-ingatnya.
Itulah dia, reuni orang-orang beriman. Kapan? Reuni itu tak jelas
tanggalnya, tapi pasti datangnya. Yaitu di akhirat nanti. Allah, lewat
kisah menggetarkan di surat Az Zumar, bercerita bahwa kelak orang-orang
beriman akan masuk ke dalam surga berkelompok-kelompok.
Pertanyaan yang
paling meresahkan tentulah, apakah saya masuk ke dalam kelompok itu?
Saya, dengan stamina ibadah yang pas-pasan, kadang naik, sering
turun, tapi sering kali mencintai dunia secara keterlaluan, acap kali
merasa tak pede dengan pertemuan itu. Banyak orang lain yang lebih besar
jasanya terhadap Islam. Lebih mantap ibadahnya. Lebih besar
pengorbanannya. Perasaan tak pantas itu sering begitu rupa, hingga
kadang membuat diri enggan berharap. Tapi, Allah sendiri yang melarang
kita untuk mengubur harapan. Bahwa rahmatNya melampaui azabNya.
Dengan bermodalkan harapan, sering hati ini berpikir, apa kira-kira
yang bisa diperbuat, agar dapat memantaskan diri bisa bergabung dalam
reuni yang pastinya indah tersebut?
Agaknya itulah gunanya reuni. Membuat kita selalu bertanya.
Menanyakan kepada diri. Sudah berapa siapkah kita? Itulah gunanya reuni,
mengingatkan diri bahwa dunia isinya hanyalah fana berkepanjangan. Yang
sejati adalah amal-amal yang akan kita bawa kelak di negeri abadi.
(http://www.eramuslim.com/oase-iman/sabrul-jamil-reuni-orang-orang-beriman.htm)
Reuni Orang-orang Beriman
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar: