Saat istirahat, usai sholat Jum’at.
“ Kamu tidak makan Mad?” tanya seorang rekan kerja Ahmad, sambil mengambil jatah makan siang yang sudah siap sejak sebelum sholat Jum’at.
“ Saya puasa Mas “ jawab Ahmad singkat.
“ Kok hari Jum’at kamu puasa. Kan nggak boleh puasa khusus hari Jum’at”
“ Saya tidak puasa khusus
hari Jum’at, Mas. Kemarin saya puasa, dan insya Allah besok juga puasa.
Mulai hari ini saya puasa sunah pertengahan bulan Safar, tanggal 13, 14
dan insya Allah sampai tanggal 15 nanti “ Ahmad coba menjelaskan mengenai puasanya hari ini agar rekan kerjanya tidak salah paham, apalagi menganggapnya ‘linglung’
seperti bulan kemarin yang menyangka bahwa Ahmad salah mengira hari dan
menghitung tanggal, padahal kala itu Ahmad yang rajin puasa sunah Senin
– Kamis bukan salah mengira hari atau tanggal, tapi Ahmad memulai puasa
pertengahan bulan yang kebetulan jatuh pada hari Rabu, tanggal 30
Desember.
“ Wah, puasa terus bisa cepet kaya dong !”
“ Maksudnya ?” tanya Ahmad tak mengerti
Rekan kerja Ahmad menghentikan makan siangnya sesaat.
“ Kemarin kamu puasa hari
Kamis. Hari ini, besok dan besoknya lagi kamu puasa pertengahan bulan.
Terus hari Seninnya kamu puasa juga, itu artinya kamu bisa menghemat
uang jajan selama lima hari, ga cepat kaya dari mana?” jawabnya sambil tersenyum dan kembali meneruskan makan siangnya.
“ Amin!” jawab Ahmad prihatin
***
Barangkali
apa yang baru saja diucapkan rekan kerja Ahmad adalah sebatas seloroh
saja, tapi bisa jadi memang begitu cara pandang dia terhadap orang yang
rajin melakukan puasa sunah. Sangat disayangkan dan harus segera
diluruskan.
Rajin berpuasa sunnah biar cepat kaya?
Bukan hal yang mustahil, namun bukan pula hal yang benar jika yang
dimaksud adalah kaitannya dengan pengurangan jatah makan ataupun jajan.
Mungkin jika yang dimaksudkan kaya karena keberkahan rejeki bagi
orang-orang yang rajin berpuasa sunah juga ibadah-ibadah sunah lainya,
itu ada benarnya.
Masih saja, dan kenyataanya
memang benar-benar ada orang-orang yang memandang segala sesuatu
termasuk ibadah dari sudut pandang, kepentingan dan keuntungan duniawi
saja. Sayang, jika ternyata ibadah-ibadah yang mereka kerjakan, baik
wajib maupun sunnah orientasinya adalah dunia semata. Padahal pekerjaan
dunia saja bisa bernilai ibadah jika diorientasikan untuk tujuan
akhirat. Bekerja menjadi buruh pabrik misalnya, jika kita niatkan untuk
memenuhi kebutuhan kelurga, maka akan bernilai ibadah. Dan segala
pekerjaan dunia yang bernilai ibadah jelas akan membawa keberkahan atas
hasil yang didapatkan.
Yang harus dirubah adalah jangan
pernah meniatkan ibadah untuk kepentingan dunia, karena hal ini tidak
akan membawa hasil, baik dunia maupun akhiratnya. Luruskan niat bahwa
ibadah kita - baik wajib maupun sunnah - tujuannya adalah Allah semata.
Sholat kita tidak akan bernilai ibadah jika tujuan kita adalah agar
dilihat orang. Puasa kita tidak akan bernilai ibadah jika tujuan kita
adalah untuk menghemat uang belanja. Sebaliknya, pekerjaan dunia yang
kita lakukan dengan mengharap keridhoan dan keberkahan dari Allah akan
bernilai ibadah, sehingga bukan saja akan membawa hasil di dunia tapi
juga tabungan untuk akhirat.
Jika kita ingin kaya, hal yang
sudah tentu harus dilakukan adalah usaha. Usaha di sini meliputi usaha
yang berorientasi dunia, juga akhirat. Kita harus bekerja untuk bisa
mendapatkan penghasilan. Bekerja yang dimaksudkan tidak asal kerja,
tentunya bekerja yang dibenarkan oleh agama, bukan asal kerja yang
penting cepat menghasilkan uang, meskipun harus menghalalkan segala
cara. Selain bekerja, kita juga harus tak putus berdoa, agar usaha kita
diberi kemudahan dan kelancaran. Kemudian, dari penghasilan yang kita
dapatkan, kita sisihkan sebagian untuk kita sedekahkan kepada orang lain
yang membutuhkan ataupun kita sumbangkan untuk pembangunan masjid, atau
lembaga sosial lainnya agar penghasilan kita menjadi barokah. Cara
seperti inilah sebenarnya yang lebih tepat dan benar untuk bisa menjadi
kaya.
Satu hal yang harus kita yakin,
bahwa Allah Maha Kaya, Allah tidak tidur, dan tidak mungkin
menyia-nyiakan usaha kita, apalagi jika usaha kita itu kita tujukan
untuk mengharap ridlo Nya. Dan juga yang tak kalah penting bahwa kita
memang membutuhkan harta dalam hidup ini, tapi bukan itu tujuan
sebenarnya. Pastikan, apapun usaha kita adalah kita lakukan sesuai
dengan aturan Allah SWT dan kita kerjakan untuk mengharapkan keridhoan
Nya. Apa yang tidak mungkin bagi Allah, termasuk memberikan kita
kekayaan di dunia, juga surga di akhirat kelak.
(http://www.abisabila.com/2010/02/rajin-puasa-biar-cepat-kaya.html)
0 komentar: