Kita, Teknologi, dan Aib Orang Lain

Kita hidup pada zaman dimana aib dan dosa orang lain beredar dengan cepat dan mudah. Tugas teknologi mempermudah penyebarannya, tapi tahukah dimana peranmu?

Peranmu adalah di saat aib saudaramu sampai ke telingamu, biarkan ia berhenti padamu. Dengan begitu, kamu menutup aib saudaramu. Itu kebaikan yang sangat agung namun sering diabaikan.

Dan, "Siapa yang menutup rapat aib saudara muslimnya, Allah akan menutup rapat aibnya di dunia dan akhirat." (Hadits)

Dulu, ada seorang alim yang didatangi oleh seorang wanita kepadanya untuk suatu keperluan.
Tanpa disengaja, wanita itu mengeluarkan kentut dengan sedikit keras dihadapannya, maka wanita itupun menjadi salah tingkah, tetapi lelaki alim ini sangat bijaksana, ia adalah orang yang baik, ia mengerti bagaimana perasaan wanita yang sangat malu dengan suara kentutnya, jadi ia pura- pura tidak mendengar kentut wanita itu.

Saat wanita itu bertanya, ia berkata : “Tolong keraskan suaramu, karena aku tidak bagus pendengaranku, aku tidak mendengar apa yang kamu bicarakan.”

Alim ini berpura-pura tuli agar wanita itu menyangka bahwa kentutnya tidak ia dengar. Dia nenutup aib wanita yang membuat dirinya malu itu. Wanita itu pun mengulangi ucapannya dengan agak keras dan beliau pun menjawabnya dengan suara yang agak keras pula.

Setelah urusan mereka beres, wanita itu pulang dengan gembira dan ia tidak malu lagi dengan suara kentutnya karena ia sudah pastikan bahwa sang alim tidak mendengarnya. Dalam hati sang alim, bagaimana jikan nanti wanita itu tahu ia hanya pura-pura?

Akhirnya, semenjak peristiwa itu, sampai 15 tahun selama wanita itu masih hidup, lelaki bijaksana itu selalu berpura-pura tuli kepada semua orang, padahal pendengarannya masih normal layaknya orang lain.

Subhanallah, betapa perjuangan yang besar hanya untuk menjaga nama baik dan perasaan wanita itu.

Setelah wanita itu meninggal dunia, ia pun tidak lagi berpura-pura tuli, jika ditanya orang lain, dia dapat menjawabnya dengan mudah, tapi ia jadi terbiasa selalu mengatakan, "Berbicaralah yg keras!”

Kata-kata itu sudah menjadi kebiasaannya, karena 15 tahun selalu ia ucapkan kepada siapa saja yang menjadi lawan bicaranya. Semenjak peristiwa itu, maka sang alim yang bernama Hatim ini diberi gelar AL ASHAM yang artinya si tuli. Hatim Al Alsham berarti Hatim yg tuli, padahal ia sehat dan pendengarannya sangat baik.

Di saat kita mencari-cari kesempatan membuka aib dan meruntuhkan kehormatan orang lain, ingatlah Hati Al Asham. Semoga bermanfaat.

Akhukum fillah..

Kitab Tanbihul Ghafilin
ABU Laits Tsamarkandi

Reposted By
®Rumah Dakwah Indonesia

0 komentar: