Saya teringat dengan seorang tabi'in yaitu Uwais Al Qarni. Kata
Rasulullah saw, dia tidak dikenal penduduk bumi tetapi sangat terkenal
di langit. Hidupnya terbilang miskin, tapi tak pernah membuatnya menjadi
lalai dalam beribadah atau membantu sesamanya. Jika ia mempunya rizki
lebih, ia tak segan membagikannya kepada tetangganya yang sama-sama
kesusahan.
Pekerjaannya hanya seorang pengembala, uang yang dihasilkannya
digunakan untuk keperluan ia dan Ibunya sehari-hari. Siang hari ia
bekerja sambil berpuasa, sedangkan malam hari ia gunakan untuk shalat
dan bermunajat kepada Allah. Pakaian yang ia punya hanya yang melekat di
tubuhnya saja.
Sedari kecil ia tak pernah mengenyam pendidikan formal, pendidikan
hanya ia dapat dari kedua orangtuanya. Ia seringkali dicap sebagai anak
bodoh. Tapi ia tak pernah memperdulikannya dan tetap semangat membantu
sesama.
Ia juga seorang anak yang sangat taat pada Ibunya. Ia hidup di zaman
Rasulullah saw tapi belum pernah bertemu langsung dengan Rasulullah saw.
Namun karena kecintannya pada Rasulullah saw, ia meminta izin kepada
ibunya untuk berangkat ke Madinah. Kurang lebih empat ratus kilometer
ia berjalan kaki dari Yaman hingga tiba di kediaman Rasulullah saw,
sayangnya Rasulullah saw saat itu tidak berada di rumah karena sedang
berada di medan perang. Ia di hinggapi rasa bingung, ia ingin sekali
bertemu Rasulullah saw tapi di satu sisi ia teringat akan pesan ibunya
untuk tidak berlama-lama meninggalkannya. Akhirnya ia pun pulang tanpa
bertemu dengan seseorang yang amat dicintainya.
***
Di atas adalah sekelumit kisah dari seorang tabi'in mulia Uwais Al Qarni.
Terkesan dengan julukannya, tidak di kenal penduduk bumi tapi
terkenal di langit. Ia hanya berusaha menyibukan diri beribadah dan
membantu orang lain, bukan menyibukan diri untuk menjadikannya seorang
yang hanya terkenal di bumi saja.
Bagi kita yang kini terlihat biasa saja atau bahkan terlupa,
seringkali di ejek (bukan karena perbuatan buruk) jangan pernah merasa
bersedih. Jika kita sudah melakukan hal-hal baik dan terus berusaha
mendekatkan diri kepada Allah. Di bumi kita tanpa gelar tapi yakinlah
bahwa kelak penduduk langit akan mengelu-elukan kita.
Di dunia, kita diberi ujian kemiskinan, selama hal itu tidak membuat
kita lalai akan segala perintah Allah. Maka bersiaplah akan balasan yang
dijanjikan Allah berupa Surga bagi orang-orang yang bersabar. Dan
kekayaan abadi ada di Akhirat nanti bukan di Bumi ini.
Di Dunia, kita terlihat bodoh dan jauh dari ilmu, meskipun sebenarnya
kita adalah makhluk yang sedang belajar segala hal. Tanpa ada manusia
yang mengetahui proses belajar kita. Abaikan saja penglihatan mata
orang-orang yang menatap sinis. Sungguh penilaian Allah jauh lebih
penting.
Semoga kita bisa belajar dari keteguhan Uwais Al Qarni untuk tidak
menatap dunia adalah segalanya. Hingga akhir hidupnya -Uwais yang sering
diejek- pada pemakamannya banyak dihadiri makhluk berpakaian putih
(malaikat) dan selepas disemayamkan, kuburannya langsung lenyap. Ruhnya
langsung dibawa oleh malaikat.
***
Rabi’ bin Khutsaim berkata, “Aku pergi ke tempat Uwais al-Qarni, aku
mendapati beliau sedang duduk setelah selesai menunaikan shalat Shubuh.”
Aku berkata (pada diriku), “Aku tidak akan mengganggunya dari
bertasbih. Setelah masuk waktu Zhuhur, beliau mengerjakan shalat Zhuhur.
Dan begitu masuk waktu Ashar beliau shalat Ashar. Selesai shalat Ashar
beliau duduk sambil berdzikir hingga tiba waktu Maghrib. Setelah shalat
Maghrib beliau menunggu waktu Isya’, kemudian shalat Isya’.
Selesai shalat Isya’ beliau mengerjakan shalat hingga menjelang Shubuh.
Setelah shalat Shubuh beliau duduk dan tanpa sengaja tertidur. Tiba-tiba
saja beliau terbangun. Ketika itu aku mendengar dia berkata, ‘Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari mata yang senang tidur, dan perut yang tidak merasa kenyang’.”
(http://www.eramuslim.com/oase-iman/kiptiah-biasa-di-bumi-tak-biasa-di-langit.htm)
Biasa Di Bumi, Tak Biasa Di Langit
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar: