Rindu
bertemu Tuhanku. Saat aku lemah dan rapuh dua hari belakangan ini.
Karena angin, ya… Karena aku selalu bermotor-motoran kemanapun pergi.
Bila dalam keadaan lemah seperti ini, hanya merenung yang sanggup aku
lakukan. Terbayang-bayang dosa dipelupuk mata. Bahkan hingga menitikkan
air mata karena takut jika rasa sakit dapat merenggut nyawaku seketika.
Namun, Allah masih menyayangiku. Diberi-Nya kesempatan padaku untuk
memohon ampun dan menjadi pribadi yang jauh lebih baik lagi ke depannya.
Dan puncaknya, aku sulit beraktivitas. Bahkan aku menjadi bintang yang sulit berpijar menerangi orang-orang di sekelilingku.
Semua mengantarkanku pada relung hati yang terdalam, yang penuh dengan
lukisan Maha Karya dahsyat. Terbayang sudah kehadiran-Mu di dekatku, di
sisi yang belum pernah aku kunjungi sama sekali, padahal akulah pemilik
diri ini, tak paham bahwa Allah-lah pemilik aku –yang memiliki diri
ini-.
Betapa rapuhnya aku… Baru diuji dengan sakit seperti ini,
sudah membuatku lumpuh beraktivitas dan merasa lemah tak berdaya.
Rabb.. apa yang salah dengan diri ini?
Tuhan, jika aku berdosa dan bermaksiat..
Wahai Sang Maha Pemurah,
Berikan aku cambuk yang tak menyakitiku,
Biarkan aku terluka atAs penyesalan..
Asal cinta-Mu tetap mengalir di pembuluh darahku.
Tak tertahankan lagi, bulir air mata ini kembali jatuh membasahi
pipiku.. sekelebat bayangan, terbayang semua hamparan dosa yang tak
bertepi. Tuhan.. aku penuhi penggilanmu tatkala mata yang lain tengah
terpejam, ketika yang lain terbuai dalam sebuah cengkeraman mimpi.
Ku sapa Kau kembali... Dan Kau tersenyum padaku, sambil berbisik “Duhai
hamba-Ku, Aku senantiasa berada di sisimu, namun kau tak pernah
merasakan kehadiran-Ku di dekatmu. Ketahuilah.. aku tersenyum bangga,
aku menunggu air mata yang selama ini kau simpan untuk kepentingan
makhluk-Ku. Dan Ku lihat, air mata itu kini deras mengalir... membasahi
peluh jiwamu yang tengah dirundung gelisah. Biarkan ia mengalir, duhai
hamba-Ku.. sebagai bukti, bahwa kecintaanmu pada-Ku tak pernah luntur.
Yang ada, kau hanya perlu diberi sedikit sentuhan oleh-Ku.. dan bukankah
kau senang ketika Aku menegurmu? Bukankah kau senang, tatkala Aku bisa
membuatmu beruraian air mata? Ini yang Ku tunggu selama ini, kau sibuk
dengan urusan duniamu.. sementara kau selipkan namaku dalam setiap
aktivitasmu yang tak ber-ruh sama sekali. Sadarlah wahai hamba-Ku.. Aku
selalu disini bersamamu, dan Aku terus menanti kau menyebut asma-Ku
dalam sujud-sujud ibadahmu.”
Semakin deras peluh dan air mata
ini menyatu dalam keheningan malam. Teguran-Nya begitu menghangatkan
qolbuku yang tengah dirundung kesedihan karena rasa sakit yang aku
alami. Aku terus menerus berkomunikasi dengan Tuhanku.. dan aku memahami
kini, apa yang menyebabkan perjumpaan dengan Allah terasa tak berkesan.
Rabb,
Dalam keheningan malam
Ku menyapa-Mu dalam doa
Agar kegelisahan ini lenyap
Biar smua yang terpendam tercurah nyata
Dan kini ku tersenyum puas
Bahwa Kau masih ada disini untukku
Untuk menemani hari-hariku.
Ku ingat kembali senandung Abu Sulaiman Al-Darani, “Dalam beberapa
kitab suci aku membaca firman Allah Swt: ‘Demi mata-Ku, tidaklah mereka
menderita karena-Ku dan tidak pula merasa berat mencari Ridho-Ku.
Bagaimana mungkin begitu? Mereka telah berada di samping-Ku dan senang
dalam taman abadi-Ku. Gembirakanlah mereka yang tekun beramal karena
melihat Kekasih yang MahaDekat! Akankah Aku menyia-nyiakan amal mereka?
Bagaimana mungkin begitu, sementara Aku berbuat baik pada hamba serta
menerima tobat dan mengasihi kaum berdosa.’”
Rapuh… dan ku coba untuk tak mengeluh.
Ya. Dan ku susun kembali puzzle hidupku yang hampir menjadi serpihan.
Karena Dia yang telah membantuku menemukan kepingan puzzle yang hilang.
Dan kepingan itu telah kembali.. memenuhi jiwaku yang telah menemukan
arti kesertaan Tuhan dalam setiap alur perjalanan hidupku.
Alhamdulillah...
(https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10150419961281268&set=a.311467011267.158786.301729376267&type=3)
Rapuh
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar: