Katakanlah, "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu; kemudian hanya kepada Allah kamu akan dikembalikan." (QS As-Sajdah:11)
Dari megahnya istana istana menuju gelapnya kubur.
Begitulah akhir kisah para raja yang pernah menginjakkan kaki di muka bumi ini. Tak ada bedanya antara yang adil maupun yang dzolim. Semuanya sama di hadapan takdir.
Semasa hidup, mereka mampu membangun istana yang megah. Akan tetapi tak ada daya sedkitpun saat ajal menjemput.
Mereka bahkan harus ditandu menuju gerbang kehidupan yang baru.
Sebenarnya kematian adalah sebuah tabir yang kita tahu bersama, tapi kita tak pernah mau menyikapinya dengan bijak.
Sahabat...
Mari lihat istana itu. Tahukan Anda, kemana perginya pemilik istana itu..?
Mari lihat istana itu. Tahukan Anda, kemana perginya pemilik istana itu..?
Iya. Dia baru saja pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya.
Mendekatlah kesini. Coba kita perhatikan pemakaman itu. Di bawah tanah berpasir yang tak istimewa itulah sang pemilik istana terbaring.
Di pemakaman itu dia tak sendiri. Tercatat sejumlah raja dan ratusan keluarga kerajaan dimakamkan di sana. Makam mereka saling berdampingan dengan makam rakyat biasa. Semua tampak sama.
Tak ada bangunan megah bertahbiskan karangan bunga. Tidak juga tulisan Raja Fulan Ibnu Fulan. Bukan karena mereka tak mampu membuatnya. Tapi ini murni soal konsekuensi beragama yang mereka pilih.
Hidup dan mati di atas kemurnian islaam. Lagipula, keindahan makam bukan jaminan sebuah akhir yang indah.
Saya dan anda mungkin bukan raja. Namun, dalam perlombaan menuju Firdaus, saya, anda dan mereka sama di mata Allaah.
Hanya taqwa yang membuat kita berbeda.
Selamat berkumpul bersama keluarga. SEMOGA SELALU BAHAGIA HINGGA KE SYURGA. Aaamiiin..
0 komentar: