Apakah Anda pernah merasa jengkel terhadap rekanan atau bawahan yang
tidak menyelesaikan pekerjaannya karena dalih sibuk banyak kerjaan?
Banyak orang yang beralasan bahwa ia memiliki setumpuk pekerjaan yang
harus diselesaikan, namun saat ditanya out-put apa yang sudah ia
lakukan, maka hasilnya pun nihil.
Tidak sedikit Anda menjumpai dalam rutinitas harian sejumlah manusia
yang mengaku sibuk namun hasil yang mereka keluarkan bukanlah hal
bernilai. Betul mereka masuk kerja atau mengerjakan tugas, namun bila
Anda menugaskan pekerjaan kepada mereka maka selalu saja molor karena
alasan sibuk dengan pekerjaan yang tak terpegang.
Lalu pertanyaan yang muncul adalah, “Apa benar ada manusia yang
sibuk?!” Boleh jadi masalah sebenarnya yang dihadapi adalah bahwa
orang-orang seperti itu tidak mau mengatur waktu yang mereka miliki
seoptimal mungkin.
Masing-masing manusia mendapatkan jatah waktu yang sama dari Allah
Swt sebanyak 24 jam. Namun ada manusia yang mampu berbuat banyak hal,
dan tidak sedikit manusia yang tidak melakukan apapun atas waktu yang
diberikan.
Karena waktu yang tidak tertata dengan baik maka jangankan waktu
untuk keluarga, tetangga dan kerabat, untuk diri sendiri saja ia sulit
mengatur waktu!
Maka mengawali pembicaraan tentang punctuality (tepat waktu) haruslah dimulai dari penataan waktu yang tepat.
Banyak orang yang menghabiskan waktu di hari libur dengan memperbanyak
tidur, padahal pasangan dan anak-anaknya menanti untuk bercengkrama.
Jarang sekali ia bersosialisasi di masyarakat dan keluarga serta
kerabat, karena selalu pergi pagi dan pulang malam. Mereka tidak mampu
menata waktunya dengan baik. Semua orang yang berhubungan dengan dia
tidak mendapatkan hak mereka.
Padahal Rasulullah Saw telah bersabda berkenaan dengan hal ini:
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin Ash r.a. bahwa ia berkata:
Rasululah saw bertanya kepadaku, “Wahai Abdullah, aku telah diberitahu
bahwa engkau selalu puasa di siang hari, dan qiyamullail malam harinya?”
Aku menjawab, “Benar, Ya Rasulullah!”
Lalu Beliau Saw bersabda: “Jangan kau lakukan itu terus menerus tapi
puasalah dan berbukalah, tahajjudlah dan tidurlah! Karena sesungguhnya
jasadmu punya hak atas kamu. Kedua matamu juga punya hak atasmu, istrimu
punya hak atasmu, dan tetanggamu punya hak atasmu.
Sesungguhnya cukup bagimu puasa sebulan tiga hari (puasa ayyamul
biidh) karena setiap kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipat berarti
kamu seakan puasa satu tahun.” Maka aku pun minta ditambah berat
amalannya seraya berkata, “Ya Rasulullah, aku masih memiliki kekuatan
untuk itu!” Beliau bersabda: “Kalau begitu,
Puasalah seperti puasanya Nabi Daud As dan jangan lebih dari itu!’ HR.
Bukhari Hadits yang dikutip di atas seolah mengisyaratkan bahwa ibadah
yang tepat dilakukan pada waktu yang tepat. Karena itu, saya hendak
mengajak pembaca untuk menata ulang waktu dan kegiatan yang mereka
miliki sehingga mereka pandai mengatur waktu dan menjadi manusia yang
unggul dalam mengelola waktu.
Di bawah ini ada sebuah ilustrasi menarik yang perlu disimak:
Dalam sebuah kuliah manajemen, seorang dosen memperagakan beberapa
alat-alat sederhana seperti bejana kaca, bebatuan, kerikil, pasir dan
air. Dosen tersebut mengatakan kepada para mahasiswanya bahwa ia hendak
mengajarkan cara mengelola waktu yang optimal.
Dosen itu bertanya kepada murid-muridnya, “Aku akan mengisi bejana
kaca ini dengan bebatuan ini!” Ia pun mengisi bejana kaca tersebut
dengan bebatuan hingga penuh. Saat sudah tidak bisa lagi satu batu pun
dimasukkan ke dalam bejana lalu sang dosen bertanya kepada para
mahasiswa, “Apakah bejana kaca ini sudah penuh?!” Para mahasiswa
serentak menjawab, “Ya!” Mendapati jawaban mereka, sang dosen berkata,
“Menurutku bejana ini belum penuh!”
Dosen itu kemudian memasukkan kerikil-kerikil kecil yang mengisi
ruang di dalam bejana yang tidak bisa diisi oleh bebatuan. Di antara
celah bebatuan, maka kerikil-kerikil itu pun berselipan. Para mahasiswa
terkesima melihat cara bagaimana dosen mencoba menjelaskan.
Begitu bejana kaca terlihat penuh, sang dosen bertanya, “Apakah
bejana ini sudah penuh?!” Serentak mahasiswa yang sudah mulai paham
menjawab, “Ya sudah penuh, namun masih bisa diselipkan dengan pasir!”
“Betul sekali!!!” jawab sang dosen. Maka sang dosen pun mengisikan
pasir ke dalam bejana kaca yang sudah berisikan bebatuan dan kerikil.
Ternyata pasir pun bisa dimasukkan ke dalam bejana kaca.
“Apa masih bisa dimasukkan benda selanjutnya?!” tanya sang dosen
kepada mahasiswa. Bejana kaca itu kini sudah bermuatan bebatuan, kerikil
dan pasir. Namun para mahasiswa mengatakan, “Coba tambahkan air ke
dalam bejana itu, Pak!”
Sang dosen pun menganggukkan kepala tanda setuju…. Subhanallah…,
rupanya bejana kaca yang awalnya dikira sudah penuh dengan bebatuan
rupanya masih bisa ditata hingga dapat memuat kerikil, pasir dan air.
~~~~~^^^~~~~~
Mungkin para pembaca sekarang sudah memahami bahwa adakah orang yang
sibuk?
Ternyata sesibuk apapun, manusia bisa menghandle kegiatan dan
tugas yang ia miliki. Mungkin bebatuan di atas bisa mewakili
kegiatan-kegiatan utama kita.
Sedangkan kerikil adalah kegiatan bersama keluarga dan tetangga.
Pasir mewakili kegiatan tertier seperti arisan, kondangan, walimah, atau
apapun namanya. Sedangkan air mungkin adalah ibadah yang meliputi
seluruh kegiatan yang kita lakukan.
Inilah semangat yang dipegang teguh oleh pribadi sukses bahwa setiap
waktu harus berarti dan tidak terbuang secara percuma. Allah Swt
berfirman: “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan),
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (QS. Al
Insyiraah [94] : 7)
Bahkan Allah Swt yang amat sibuk dengan urusan semua makhluk
menggambarkan kesibukan yang Dia Swt lakukan: “Semua yang ada di langit
dan bumi selalu meminta kepadaNya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.”
(Ar Rahmaan [55] : 29)
Konklusinya adalah kesibukan yang kita miliki bukanlah sebuah beban,
namun ia mengasah kemampuan kita untuk dapat melakukan banyak hal dengan
waktu yang terbatas dan hasil yang optimal.
Karena itu banyak orang sukses yang mengatakan, “Bukan saya pintar
mengatur waktu, namun karena tugas yang ada-lah yang membuat saya mampu
melakukan semua hal!” Karenanya, apa Anda masih percaya ada manusia
sibuk?
sumber
Adakah Orang Sibuk?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar: